BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rayap adalah tergolong dalam binatang Arthropoda,
kelas Insekta dari Ordo Isoptera yang terdiri atas enam family, yaitu
Mastotermitidae, Kalotermitidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae,
Serritermitidae, dan Termitidae (Krishna 1969). Rayap merupakan serangga kecil
berwarna putih pemakan selulosa yang sangat berbahaya bagi bangunan yang
dibangun dengan bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk
turunan kayu (papan partikel, papan serat, plywood, blockboard dan laminated
board) (Hasan, 1984).
Rayap merupakan serangga social yang
hidup dalam suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap
terdiri atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta
prajurit dan kasta pekerja). Rayap kasta reproduksi berperan dalam pembentukan
dan penyebaran koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota
koloni dari hewan-hewan penggangu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat
telur dan nimfa, membuat dan memelihara sarang serta mencari dan member makan
untuk seluruh anggota koloni (Krishna, 1969)
Rayap juga merupakan serangga yang sudah
akrab dengan kehidupan manusia. Namun, rayap selalu diidentikan sebagai hama
perusak bangunan, perumahan, arsip, buku, tanaman, dan sebagainya. Padahal,
pada awalnya rayap merupakan serangga yang berperan sebagai pembersih sampah
alam. Saat ini, rayap perusak termasuk serangga yang sangat meresahkan
masyarakat karena tingkat serangannya sangat cepat, ganas, dan menimbulkan kerusakan
yang cukup parah Hal ini akibat habitat rayap yang terganggu oleh pembangunan
yang dilakukan oleh manusia (Nandika, 2003).
Menurut Borror dan De Long (1998), Rayap hidup
dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Dalam
koloni terdapat serangga bersayap dan serangga tidak bersayap, ada juga yang
hanya mempunyai tonjolan sayap saja. Sayapnya berjumlah dua pasang yang
menempel pada bagian toraks dan berbentuk seperti selaput, dengan pertulangan
sederhana dan reticulate. Bentuk dan ukuran sayap depan sama dengan
sayap belakang, dan oleh karena itilah ordonya dinamakan Isoptera (Iso = sama,
petra = sayap).
Rayap adalah serangga-serangga sosial
pemakan selulosa yang berukuran sedang, merupakan ordo isoptera, secara efektif
kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Bagi
masyarakat pengendali hama, pengenalan, biologi dan perilaku (etologi) rayap merupakan
pengetahuan essensial, sedangkan bagi masyarakat umum hal ini di samping
bermanfaat sebagai penambah pengetahuan untuk menghindari kerugian ekonomis
yang ditimbulkan oleh kerusakan terhadap bangunan habitat pemukimannya, karena
dengan demikian dapat dilakukan tindakan atau perlakuan khusus untuk mengendalikan
hama perusak kayu.
Rayap merupakan salah satu serangga yang
berperan penting dalam kerusakan kayu di dunia. Serangga ini merusak kayu
dengan cara membuat liang kembara pada kayu dan menjadikannya sebagai tempat tinggal
sekaligus sumber nutrisi koloni rayap. Hal ini menyebabkan kayu menjadi keropos
dan hancur (Tarumingkeng, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana
ciri-ciri dari ordo isopteran ?
2) Bagaimana
struktur morfologi dan anatomi ordo isopteran ?
3) Bagaimana
siklus hidup rayap ?
4) Bagaimana
cara pengendalian rayap dalam suatu
komunitas tertentu ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui
ciri-ciri dari ordo isopteran
2) Mengetahui
struktur morfologi dan anatomi ordo isoptera
3) Mengetahui
siklus hidup rayap.
4) Mengetahui
cara pengendalian rayap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Menurut Nandika et, al. (2003),
C. curvignathus merupakan rayap
tanah yang paling luas seranganya di Indonesia. Klasifikasi rayap tanah C.
curvignathus sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Kelas : Insecta
Sub-kelas : Pterigota
Sub-kelas : Pterigota
Ordo : Isoptera
Family :Rhinotermitidae
Sub-Family : Coptotermitinae
Genus : Coptotermes
Spesies
: Coptotermes curvignathus
2.2 Ciri-ciri Ordo Isoptera
Isoptera berasal
dari bahasa Latin adalah iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap
sama. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah sebagai berikut :
(Ismantono, 2005).
1) Tubuh lunak.
2) Memiliki dua sayap yaitu sayap depan
berupa Sayap yang agak menebal seperti kulit
3) Bersifat hemitabola.
4) Memiliki dua pasang sayap tipis yang
tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung dengan abdomen yang ukuran
lebih besar, merupakanserangga social.
5) Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
6) Tipe mulut pengunyah.
7) Cara hidupnya membentuk koloni dengan
sistem pembagian tugas tertentu yangdisebut polimorfisme. Pembagian tugas itu
adalah raja, ratu dan prajurit atautentara.
8) Contoh spesies : Helanithermis sp. (rayap).
Rayap mengalami 4 kasta meliputi:
a)
Kasta
reproduksi pertama, bersayap dan akan ditanggalkan setelah perkawinan.
b)
Kasta
reproduksi kedua, dewasa secara seksual tapi dalam bentuk nympha.
c)
Kasta
pekerja, tidak bersayap, buta, dan memilki banyak tugas yang berguna untuk
memelihara koloni.
d) Kasta tentara, bersifat steril tidak
bersayap, memiliki kepala danmandibula yang besar, serta bertugas menjaga
koloni.
2.3 Morfologi & Anatomi
Rayap yang ditemukan di daerah tropis jumlah telurnya dapat
mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Bentuk telur
rayap ada yang berupa butiran yang lepas dan ada pula yang berupa kelompok
terdiri dari 16-24 butir telur yang melekat satu sama lain. Telur-telur ini
berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm
(Hasan, 1986).
Nimfa muda akan mengalami pergantian kulit sebanyak 8 kali,
sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja, prajurit dan calon laron (Nandika
dkk, 2003).
Kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat.
Bentuk kepala bulat ukuran panjang sedikit lebih besar daripada lebarnya.
Antena terdiri dari 15 segmen. Mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung
diujungnya, batas antara sebelah dalam dari mandibel kanan sama sekali rata.
Panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang mandibel tanpa kepala
1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, panjang
badan 5,5-6 mm. Bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri.
Abdomen berwarna putih kekuning-kuningan (Nandika dkk, 2003).
Tubuh Isoptera tersusun oleh :
1. Caput
Prognathous. Mempunyai mata majemuk, kadang-kadang mengecil,
mempunyai dua ocellus atau tidak mempunyai. Antena panjang tersusun atas
sejumlah segmen, sampai tigapuluh segmen. Tipe mulut penggigit dan pengunyah
(Rizali, 1995)
2. Thorax
Mempunyai dua pasangan sayap yang bersifat membran, kedua
pasang sayap ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, pada keadaan istirahat
pasangan sayap melipat di bagian dorsal abdomen. Kebanyakan pekerja dan tentara
tidak bersayap. Pasangan-pasangan kaki pendek, coxae sangat berkembang, tarsusu
terdiri atas empat sampai lima segmen, dengan sepasang ungues (Rizali, 1995)
3. Abdomen
Tersusun atas sebelas segmen. Sternum segmen abdomen pertama
mengecil. Sternum segmen abdomen kesebelas menjadi paraproct. Cercus pendek
tersusun atas enam sampai delapan segmen (Rizali, 1995)
2.4 Siklus Hidup Isoptera (Rayap)
Telur yang menetas yang menjadi nimfa
akan mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap bervariasi, tergantung kepada jenis
dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15 butir telur. Telur
rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna
putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. TelurC.curvignathus akan
menetas setelah berumur 8-11 hari. Dalam perkembangan hidupnya berada dalam
lingkugan yang sebagian besar diaturdalam koloni dan terisolir dari pengaruh
nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh dapat
diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an
siap terbang dapat diatur (Borror, 1996).
Nimfa muda akan mengalami pergantian
kulit sebanyak 8 kali, sampai kemudian berkembang menjadi kasta pekerja,
prajurit dan calon laron (Nandika, 2003).
Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar
dari seluruh kasta yang terdapat dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur
pertama dari seluruh koloni yang baru akan berkembang menjadi kasta pekerja.
Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur sampai dapat bekerja
secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur kasta
pekerja dapat mencapai 19-24 bulan. Kasta pekerja berikutnya berbentuk dari
nimfa-nimfa yang cukup besar dan mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan
denan anggota perbentukan pertama. Kepala dilapisin dengan polisacharida yang
disebut chitin dan menebal pada bagian rahangnya. Pada segmen terakhir dari
pangkal sterink terdapat alat kelamin yang tidak berkembang dengan sempurna
sehingga membuat kasta pekerja ini menjadi mandul (Hasan, 1986).
2.5 Struktur Hidup
Rayap merupakan serangga social yang
hidup dalam suatu koloni dengan pembagian tugas yang efisien. Satu koloni rayap
terdiri atas kasta reproduksi (jantan dan ratu) dan non reproduksi (kasta
prajurit dan kasta pekerja). Rayap kasta reproduksi berperan dalam pembentukan
dan penyebaran koloni. Rayap kasta prajurit bertugas menjaga sarang dan anggota
koloni dari hewan-hewan penggangu. Rayap kasta pekerja bertugas dalam merawat
telur dan nimfa, membuat dan memelihara sarang serta mencari dan member makan
untuk seluruh anggota koloni (Krishna, 1969).
Seperti
dalam kehidupan masyarakat, rayap
memiliki kelompok-kelompok yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai
tugas dan peran masing-masing yang dilakukan dengan tekun selama mereka hidup
demi untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Kasta rayap dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Kasta
Reproduksi
Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu Laron/Alates sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk “ratu” atau “raja” baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru (Ismantono, 2005).
2. Kasta Prajurit / Soldier
Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena
penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka
tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir
mudik di antara para pekerja yang sibuk
mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui
“suara” tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan
dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka
tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para
prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah
karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap
biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali
mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun
prajurit rayap akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam)
umum terdapat di antara rayap famili
Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi
memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti “tusuk”) sebagai
alat penyemprot racun bagi musuhnya (Prayogo, 2007).
3. Kasta Pekerja / Worker.
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap.
Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan
individu-individu pekerja. Tugasnya
melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara
dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat
terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit,
membersihkan telur-telur, dan membunuh
serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua
atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta
pekerja sendiri
2.6 Habitat
Dasar
pembangunan sarang ini adalah adanya rangsangan yang mungkin berupa pergerakan
udara, bau, cahaya, temperatur dan sebagainya yangberbeda/mengganggu keadaan
normal dari lingkungan koloni. PadaZootermopsis dan Reticulitermes, rangsangan
direspon dengan menumpukkotoran dan memberikan alarm rayap lain, ini diikuti
dengan pembangunansarang. Kemudian akan timbul rangsangan kedua dan seterusnya.
Adanya rangsangan-rangsangan ini disebut stigmergie hypothesis yaitu
mekanismeperilaku membangun (Susanta,
2007)
Pembuatan sarang
rayap tanah dimulai dari bawah membentuk queenchamber yang berbentuk dome,
kemudian sarang dikembangkan ke atassecara berlapis-lapis mengikuti bentuk
queen chamber (Prayogo, 2007).
Sistem Struktur
Pada Sarang Rayap Tanah pada dasarnya sarang tersusun dari bulatan-bulatan yang
memilikidimensi dan bentuk yang tidak beraturan (maksudnya bulatan itu
tidaksempurna bulatnya) lebih menyerupai crispy pada coklat (Putra, 1994).
2.7 Peranan Dan
Pengendalian Ordo Isopter (Rayap)
Diseluruh
dunia jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120
spesies merupakan ham) sedangkan lebih kurang dari 20 spesies yang diketahui
berperan sebagai hama perusak kayu dan sebagai vektor penyakit pada manusia.
Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama dan perusak bengunan.
Kebanyakan serangga seperti jenis rayap juga sangat diperlukan dan berguna bagi
manusia. Rayap biasa berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring
makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang
hidup di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi
kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme lainnya di suatu ekosistem sungai
atau danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan
maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Tobing, 2007).
Pengendalian rayap hingga saat ini masih mengandalkan
penggunaan insektisida kimia (termisida), yang dapat diaplikasikan dalam
beberapa cara yaitu melalui penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam
bentuk serbuk atau granula dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon
atau sistem perakaran tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman
disekitar tanaman (Wulandari, 2009).
Racun kuat yang kebanyakan dari kelompok fosfat-organik atau
organofosfat dan karbamat kurang dapat mengendalikan populasi rayap karena
sifatnya yang tidak tahan lama (non persistent) di lingkungan, walaupun
kekuatannya luar biasa. Salah satu contoh fosfat organic yang sering digunakan
untuk soil treatment terhadap rayap penyerang bangunan adalah chlorpytifos
(Wulandari 2009).
Nematoda Steinernema carpocapsae memiliki efektifitas cukup
mengendalikan rayap. Umumnya nematoda Steinernema carpocapsae banyak ditemukan
didalam tanah, sehingga diharapkan rayap C. curvignathus yang selalu
berhubungan dengan tanah akan dapat dimanfaatkan sebagai agen hayati. Pemberian
nematoda dengan jumlah terkecil menimbulkan 38,16% dan dengan jumlah tertinggi
menimbulkan mortalitas 60,80%. Pengendalian hama terpadu (PHT) termasuk
pengendalian rayap pada kelapa sawit berpedoman pada Undang- undang No.12 tahun
1992 tentang system Budidaya Tanaman, dan dalam sistem tersebut pengendalian
hayati dengan memanfaatkan musuh alami hama seperti parasitoid, predator dan
pathogen menjadi komponen utama, sedangkan secara kimiawi merupakan alternative
terakhir (Wulandari 2009).
Pengumpanan adalah salah satu teknik pengendalian yang ramah
lingkungan. Dilakukan dengan menginduksi racun slow action kedalam kayu umpan,
dengan air trofalaksinya kayu tersebut dimakan rayap pekerja dan di sebarkan
kedalam koloninya. Teknik pengumpanan selain untuk mengendalikan juga dapat
digunakan untuk mempelajari keragaman rayap tanah (Wulandari 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapanun yang dapat diambil
kesimpulan dari makalah Ordo Isoptera (Rayap) yaitu sebagai berikut :
1) Ciri-ciri yang dimiliki oleh Ordo
Isoptera yaitu berupa Tubuh lunak, Memiliki dua Sayap yaitu sayap depan berupa
Sayap yang agak menebal seperti kulit, Bersifat hemitabola, Memiliki dua pasang
sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung dengan
abdomen yang ukuran lebih besar, merupakanserangga social. Isoptera mengalami metamorfosis
tidak sempurna, dengan Tipe mulut pengunyah, dan Cara hidupnya membentuk koloni
dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Sedangkan
Pembagian tugas pada struktur hidupnya berupa raja, ratu dan prajurit serta tentara.
Contoh spesies : Helanithermis sp. (rayap). Rayap mengalami 4 kasta.
2) Anatomi
dari Tubuh Isoptera tersusun oleh Caput, Thorak dan abdormen
3) Siklus hidup dari Isoptera mengalami metamorfosis
tidak sempurna berupa telur, nimfa, dari nimfa akan menjadi (prajurit, pekerja
dan nimfa fertile), kemudian dari fertile akan menjadi Laron dan terlepas
sayapnya, mengalamai seleksi menjadi Kasta Reproduksi (Raja dan Ratu).
4) Pengendalian
rayap hingga saat ini masih mengandalkan penggunaan insektisida kimia
(termisida), yang dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu melalui
penyemprotan, atau pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau granula
dengan tanah. Teknik penyuntikan pada bagian pohon atau sistem perakaran
tanaman yang terserang atau dengan cara penyiraman disekitar tanaman
Daftar
Pustaka
Anonim. 2012. Rayapt.
http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 05 Mei 2012.
Banot, R. 2007.
Ant Biology and Life Cycle.
http://www.knoledge_gallery/article-112/ant-biology-and-life-cycle.htm. Diakses
tanggal 05 Mei 2012.
Borror, D.
1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta, UGM Press.
Hasan, T. 1986.
Rayap dan Pemberantasannya. Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa, Jakarta.
Ismantono, R.
(2005). Fisiologi Dan Kebiasaan Rayap (Online). http://burungkicauan.net/news-siklus-hidup.
Diakses tanggal 05 Mei 2015.
Nandika, et al.
2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP Ed. Muhammadiyah University
Press, Surakarta.
Prayogo, I.
2007. Beberapa Pengalaman Menghadapi Serangan Rayap dan paya Pencegahannya
(Online). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 21340/4/
Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 05 Mei 2012.
Putra, N. 1994.
Serangga disekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta.
Susanta, 2007.
Cara Praktis Mencegah dan Membasmi Rayap. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tarumingkeng, CR. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap (Online).
http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. PSIH IPB, Bogor. Diakses
tanggal 20 Mei 2011.
Tobing, D.
2007. Penggunaan berbagai Konsentrasi hitosan dan Fipronil terhadap
Pengendalian Hama Rayap (Online). http://repository.usu.ac.id/ bitstream/1234
56789/7702/1/09E01568.pdf. Diakses tanggal 05 Mei 2012.
Wulandari, G.
2009. Bentar Uji Toksisitas Kitosan untuk Mengendalikan rayap (Online).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7702/1/09E01568.pdf.
Diakses tanggal 05 Mei 2012.