Tuesday 13 November 2012

Laporan : Protozoa (Taksonomi Invertebrata)



BAB I

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Protozoa berasal dari kata protos, yang artinya pertama dan zoon yang berarti hewan, jadi protozoa adalah hewan yang pertama kali dikenali. Protozoa adalah organisme yang tersusun atas satu sel sehingga bersifat mikroskopik. Untuk lebih mempermudah mempelajarinya, para ahli biologi mengelompokan protozoa menjadi 4 kelas berdasarkan alat geraknya.
Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai kurang dari 10 mikron sampai ada yang mencapai 6 mm, meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah penyusun zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain, atau detritus (materi organic dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni. Jika keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri membentuk sista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada yang hidup bebas (soliter).

1.2   Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, kami dapat memperoleh Rumusan Masalah sebagai berikut:
1.      Sebutkan pengertian dari Protozoa?
2.      Sebutkan morfologi dari protozoa?
3.      Berapa banyak pembagian protozoa menurut struktur dan alat gerak?

1.3   Tujuan
Dari Rumusan Masalah yang telah di tentukan, maka dapat diperoleh Tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian dari Protozoa.
2.      Mengetahui morfologi dari protozoa.
3.      Mengetahui pembagian protozoa menurut struktur dan alat gerak.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Protozoa

Secara umum  dijelaskan bahwa protozoa berasal dari  Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.[1]
Protozoa hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya berukuran 0,01-0,5 mm sehingga secara umum terlalu kecil untuk dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di mana-mana, seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode kering sebagai kista (cyst) atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting.[2]
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan  berfotosintesa. Semua  Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam  protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Protozoa berperan sebagai rantai penting dalam rantai makanan untuk komunitas dalam lingkungan akuatik. Sebagai contoh, dalam perairan marin, zooplankton (organisme seperti hewan) adalah protozoa yang hidup dari fitoplankton (organisme mirip tumbuhan) yang fotosintetik. Pada gilirannya mereka menjadi makanan bagi organisme-organisme laut yangh lebih besar.[3]
Biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki fligel atau bersilia.

B.    Morfologi Protozoa

1.    Sarcodina (Amoeba)
Merupakan hewan  uniselular yang memiliki bentuk tubuh yang tidak tetap atau biasa disebut dengan Amoeboid. Tubuhnya dibagi menjadi beberapa bagian, yakni :[4]
a.    Nucleus
Berperan sebagai pengatur kegiatan atau aktifitas dari Amoeba, karena didalam nukleus inilah dibentuknya energi (ATP) yang diperlukan untuk bergerak, memangsa,  membelah, dan lain sebagainya.
b.    Contractile Vacuole
Berperan untuk mengumpulkan dan membuang ampas dari metabolisme, serta mengatur kadar air dan garam tubuh .
c.    Food Contractile
Berperab sebagai penyimpan bahan makanan.
d.   Ectoplasm and Endoplasm
Ectoplasm adalah plasma sel bagian luar yang berbatasan dengan memebran plasma. Endoplasm adalah plasma sel pada bagian dalam sel.
e.    Plasmalema
Adalah selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun atas senhawa kimia Lipoprotein.
f.     Pseudopodium
2.    Cilliata (Silliata)
Hewan yang termasuk kedalam Class Cilliata memiliki Cillia (rambut getar). Cillia ini digunakan untuk bergerak atau mencari makan. Cillia ini terdapat pada seluruh permukaan sel, atau pada bagian tertentu. Sel Cilliata memiliki 2 inti, Macronuclei dan micronuclei.maronuclei dan micronuclei terlibat dalam peristiwa konjugasi, yaitu peristiwa transfer bahan genetik dari individu ke individu lainnya.[5]
3.    Sporozoa
Semua anggota Class Sporozoa tidak memiliki alat gerak dan bersifat parasit, tubuh berbentuk bulat atau bulat panjang. Perkembangbiakan atau siklus hidupnya dibagi atas 3 stadium:
a.       Schizogoni
b.      Sporogoni
c.       Gamogoni
Semua Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan.
4.    Mastigophora (Flagellata)
Memiliki alat gerak berupa Flagel atau cambuk getar atau rambut getar. Flagellata memiliki alat pernafasan yaitu stigma. Stigma berperan sebagai alat respirasi. Flagel tidak hanya sebagai alat gerak, tetapi juga sebagai alat pencipta gelombang air sehingga makanannya dapat dapat mendekat kemulutnya dan dapat dimakan.
Terdapat juga organel yang unik, yaitu bintik mata. Sesuai namanya, berperan dalam penglihatan, sehingga dapat membedakan gelap dan terang.
Berdasarkan ada tidaknya klorofil, flagellata dibagi menjadi 2 :[6]
a.    Fitoflagellata
Adalah Flagellata yang dapat melakukan fotosintesis karena memiliki kromatofora.
b.    Zooflagellata
Adalah Flagellata yang tidak mempunyai flagellata dan menyerupai hewan.

C.    Klasifikasi Protozoa

Berdasarkan struktur dan alat gerak, filum Protozoa dapat dibagi menjadi empat kelompok subfilum yaitu :[7]
1.    Subfilum Sarcomastigophora
Sarcomastigophora bergerak menggunakan kaki semu (pseudopodia) atau undulipodia. Sarcomastigophora terdiri dari tiga kelas. Kelas pertama yaitu Mastigophora yang memiliki ciri-ciri berbentuk tetap (lonjong) dan berflagel (undolipodia mirip cambuk) pada ujung anterior tubuhnya. Flagel berfungsi sebagai alat gerak, penerima rangsang, dan untuk menangkap makanan. Mastigophora dapat ditemukan di air genangan, air kolam, dan air sawah. Mastigophora (flagellata) dibagi menjadi dua kelompok; 1.) fitoflagellata yang berbentuk mirip tumbuhan dan mempunyai kloroplas. 2.)  zooflagellata yang berbentuk mirip hewan dan tidak mempunyai kloroplas.  Fitoflagellata hijau, contohnya adalah Euglena viridis yang merupakan komponen penting dalam rantai makanan. Euglena adalah sumber makanan bagi beberapa ikan dan larva serangga. Sedangkan contoh dari zooflagellata adalah Volvox yang biasa hidup di air tawar maupun air asin.
Kelas kedua yaitu Opalinid, dinamakan demikian karena memiliki warna opal. Semua spesies dari kelompok ini bersifat simbiotik (hidupnya bergantung pada organisme lain) dan biasanya ditemukan pada sistem pencernaan katak dan kodok. Opalinid berbentuk bujur dengan undulipodia (silia) yang pendek. Opalinid berkemampuan membentuk sista sebagai bentuk perlindungan diri. Contoh dari spesiesnya adalah Opalina ranarum.
Sarcodina adalah kelas ketiga dari Sarcomastigophora dan umumnya diwakili oleh  Amoeba. Amoeba memiliki satu nucleus dan bergerak dengan pseudopodia (bentuk dari perluasan sitoplasmanya). Sarcodina hidup di berbagai habitat, termasuk air tawar, air laut, tanah, dan parasit pada hewan.
2.    Subfilum Sporozoa
Subfilum Sporozoa bersifat parasit. Dalam siklus hidupnya, sporozoa membentuk spora yang dapat bertahan hidup selama berada di luar inangnya. Contoh spesiesnya adalah Actinphilus, yang hidup di saluran usus lipan, Plasmodium penyebab penyakit malaria pada manusia.
3.    Subfilum Cnidospora
Sama halnya pada subfilum Sporozoa, subfilum Cnidospora bersifat parasit dan dalam daur hidupnya membentuk spora. Cnidospora menginfeksi invertebrata dan vertebrata. Beberapa sasaran inangnya adalah lebah madu, ulat sutra dan ikan. Cnidospora berbeda dengan Sporozoa karena memiliki kapsul polar dan kapsul filament yang membantu dalam pembagian spora.  Contoh spesiesnya adalah Myxidium.
4.    Subfilum Ciliophora (ciliata)
Ciri khas dari subfilum Ciliophora (ciliata) adalah bergerak dengan undulipodia yang pendek (silia) dan memiliki dua tipe nukleus (makronukleus dan mikronukleus). Makronukleus mengkontrol fungsi vegetatif dan mikronukleus berperan dalam proses reproduksi. Ciliata berperan dalam rantai makanan karena mengolah nutrisi yang terlarut dalam air dan dijadikan makanan  bagi hewan multiselular lainnya. Contoh spesiesnya adalah Paramecium caudatum dan Tetrahymena. 

D.    Reproduksi Protozoa

a.    Aseksual (vegetatif)
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dengan cara :
1.    Pembelahan mitosis (biner)
Yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan biner terjadi pada Amoeba, paramaecium, dan  euglena. Paramaecium membelah secara membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu melakukan konjugasi sedangkan euglena membelah secara membujur  memanjang (longitudinal).
2. Spora

Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.
b.    Seksual (Generatif)
Perkembangbiakan secara seksual pada Protozoa dengan cara :
1.    Konjugasi, Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya. Pada Paramaecium mikronukleus yang  sudah dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus, proses ini disebut singami.
2.    Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
E.    Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola.
Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. [8]
Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.[9]

F.   Peran Protozoa dalam Kehidupan

a.    Kerugian Protozoa

Secara umum, Phylum Protozoa lebih banyak merugikan kehidupan manusia. Banyak anggota phylum ini bersifat parasit. Contoh dari classis Rhizopoda di antaranya Entamoeba histolitica (penyebab disentri) dan Entamoeba gingivalis (perusak gigi dan gusi) parasit-parasit yang menyerang manusia. Dari classis Flagellata, parasit yang menyerang manusia dan hewan ternak banyak berasal dari genus Trypanosoma. Sementara itu, dari classis Ciliata relatif sangat sedikit yang berbahaya bagi manusia. Species lain yang cukup berbahaya berasal dari genus Balantidum. Classis Sporozoa mungkin dapat dikatakan sebagai anggota Protozoa yang paling berbahaya bagi manusia. Seluruh anggota dari Sporozoa adalah parasit, misalnya Plasmodium, Pneumocystis, dan Taxoplasma.[10]
Berikut adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa filum protozoa :
1.    Filum Flagelata
Sejumlah flagelata menginfeksi manusia, menimbulkan penyakit pada alat kelamin, usus dan penyakit sistemik. Flagelata usus terdapat dalam usus halus, juga ada dalam “cercum” (kantung yang menuju usus besar) dan usus besar, beberapa, seperti Giardia lamblia, satu – satunya protozoa usus yang menimbulkan disentri atau diare, terutama ditemukan di dalam duodenum (usus dua belas jari). Pmatenularannya berlangsung terutama melalui makanan atau minuman yan tercemar dan melalui kontak dari tangan ke mulut. Yang dinamakan flagelata usus yang lain dijumpai dalam saluran genetial. Trichomonas vaginalis menimbulkan satu tipe vaginitis, yaitu peradangan pada vagina dengan keluarnya cairan dan disertai rasa panas seprti terbakar dan rasa gatal. Organisme itu tidak mempunyai stadium sista dan menyebar sebagai penyakit kelamin.[11]
Selain flagelata usus, kelompok kedua yaitu hemofagelata (atau bentuk – bentuk darah dan jaringan) dipindah sebarkan pada manusia oleh serangga – serangga pengisap darah, disitu menimbulkan infeksi – infeksi yang ganas dan kadang mematikan, genus yang dikenal ialah Trypanosoma dan Leishmania.
2.    Filum Amoeba.
Infeksi amoba pada manusia biasanya terbatas pada usu. Tetapi darah kadang – kadang mengalirkan amoeba ke organ – organ lain dalam tubuh, sehingga mengakibatkan abses pada hati, paru – paru, limpa, perikardium dan otak.[12]
3.    Filum Siliata
Kebanyakan siliata hidup bebas. Balantidium coli, suatu parsit, merupakan satu – satunya spesies yang menyebabkan penyakit (diare berdarah) pada manusia. Organisme ini hidup dalam saluran gastrointestial beberapa vertebrata dan baik trofozoit maupun sista dilakukan dalam tinja. Stadium terensistasi dapat dipindah-sebarkan pada manusia karena dapat bertahan hidup dalam tanah dan air untuk beberapa waktu.[13]
4.    Filum Sporozoa.
Sporozoa yang paling penting adalah yang menimbulkan malaria. Malaria adalah penyakit asal – nyamuk pada manusia yang disebabkan oleh sporozoa yang tergolong genus Plasmodium yang menginfeksi hati dan sel – sel darah merah. Inang akhir bagi parasit tersebut adalah nyamuk anofelin betina: reproduksi sekual parasitnya terjadi dalam inang.[14]
b.    Manfaat Protozoa

Meskipun secara umum phylum Protozoa lebih banyak merugikan, namun bukan berarti tidak ada yang bermanfaat. Manfaat Protozoa antara lain:
No.
Jenis
Classis
Manfaat
1
Radiolaria sp
Rhizopoda
endapan rangkanya digunakan untuk bahan penggosok dan pengkilap logam
2
Foraminifera sp
Rhizopoda
fosilnya membentuk tanah globigerin sebagai penunjuk adanya sumber minyak bumi
3
Euglena
Flagellata
komponen fitoplankton
4
Paramaecium sp
Ciliata
indikator perairan tawar yang tercemar
5
Stentor sp
Ciliata
indikator perairan tawar
6.
Diatom

Bahan campuran penggosok, campuran pasta gigi
7.
Chlorella

Makanan sumber protein tinggi dan vitamin
8
Eucheuma

Bahan pembuat agar – agar

BAB III

PENUTUP


3.1.   Kesimpulan

Dari tujuan pembuatan makalah Protozoa ini, dapat kami peroleh kesimpulan sebagai berikut:

1.    Protozoa berasal dari  Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik.

2.    Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih mejemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protoza merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu aseluler tetapi keseluruhan organisme dibungkus oleh satu plasma membran.[15]

3.    Berdasarkan struktur dan alat gerak, filum Protozoa dapat dibagi menjadi empat kelompok subfilum yaitu : Subfilum Sarcomastigophora, Subfilum Sporozoa, Subfilum Ciliophora, dan Subfilum Cnidospora.

3.2  Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA


Anonymous. www.wikipedia.com. diakses tanggal 20 Oktober 2011 pukul 16.20 WIB.
Boolotian, Richard A. 1976. Zoology. New York : Macmillan Publishing.
Brotowidjoyo,  1986,  Zoologi Dasar, Erlangga. Jakarta.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : djambatan
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Peenerbit “Sinar Jaya” Surabaya.
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Pelzcar, Michael. 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi.  Jakarta: UI Press.
Smith, Brian. 2001. Kamus kedokteran untuk kePerawatan. Jakarta: EGC Publisher.


[1] Brian, Kamus kedokteran untuk kePerawatan, (Jakarta: EGC Publisher, 2011), h.35
[2] Anonymous, (www.wikipedia.com)
[3] Pelczar, Dasar-dasar Mikrobiologi, (Jakarta : UI Press, 2008), Hal. 219
[4] Wiwi,  Fisiologi hewan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.89
[5] Ibid, Hal.91
[6] Maskoeri, Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata), (Surabaya: Peenerbit “Sinar Jaya” Surabaya, 1984), Hal.101
[7] Richard A, Zoology, (New York : Macmillan Publishing, 1976), Hal. 53 – 57
[8] Brian, Kamus kedokteran untuk kePerawatan, (Jakarta: EGC Publisher, 2001), h.66
[9] Wiwi, Fisiologi hewan, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 88
[10] Richard A, Zoology, (New York : Macmillan Publishing, 1976), h.50
[11] Maskoeri, Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata), (Surabaya: Peenerbit “Sinar Jaya” Surabaya, 1984), Hal. 103
[12] Michael, Dasar – Dasar Mikrobiologi, (Jakarta: Penerbit Utama, 2008). Hal. 228
[13] Ibid
[14] Ibid, h.232.
[15] Brotowidjoyo, Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1986). Hal.60

1 comments:

Unknown said...

Terima Kasih kak, sangat membantu. izin copy ya kak :)

Post a Comment