BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga termasuk filum
Artropoda yang terbesar di dunia. Serangga mempunyai peran penting dalam
kehidupan lingkungannya. Serangga juga dapat menguntungkan dan juga merugikan
bagi manusia. Diantara serangga yang menguntungkan berperan dalam penyerbukan
bunga, pengurai bahan organic, bahan pangan dan minuman, bahan pakaian,
perhiasan dan musuh alami hama. Sedangkan serangga yang merugikan pada umumnya
berperan sebagai hama tanaman budidaya, merusak bahan bangunan dan menimbulkan
penyakit.
Serangga disebut juga
insekta, insekta berasal dari bahasa yunani yaitu in artinya dalam dan sect
berarti potongan, jadi insekta dapat diartikan potongan tubuh atau segmentasi
(Bland dan Jaques, 1978).
Tubuh serangga
dilindungi oleh rangka luar (eksoskeleton)
yang berfungsi untuk perlindungan (mencegah kehilangan air) dan untuk kekuatan
(bentuknya silindris). Rangka luar serangga sangat kuat, tetapi tidak
menghalangi pergerakannya. Kelemahan dari rangka tersebut adalah berisi masa
jaringan, ukuran tubuh serangga terbatas oleh rangka dan berat rangka lebih
dari 10 % dari total berat tubuh.
Serangga ada yang diabadikan oleh Allah
sebagai nama Surat di dalam Al-Qur’an,
yaitu semut (an-Naml) dan lebah (an-Nahl). Kedua serangga ini mempunyai
keunikan, keajaiban dan kelebihan dibandingkan jenis serangga lain, sehingga
sang pencipta alam semesta memberikan kehormatan kepadanya. Akan tetapi pada
serangga capung juga mempunyai keunikan tersendiri akan tetapi namanya tidak
diabadian oleh Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut:
- Bagaimana fitur dan bentuk dari serangga ordo odonata secara khusus?
- Bagaimana manfaat serangga ordo odonata?
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya
sebagai berikut:
- Untuk mengetahui fitur dan bentuk dari serangga ordo odonata secara khusus.
- Untuk mengetahui manfaat serangga ordo odonata.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pada Ordo Odonata (Capung)
Serangga merupakan
suatu misteri penciptaan yang luar biasa. Serangga mempunyai jumlah terbesar
dari seluruh spesies yang ada di bumi ini, mempunyai berbagai macam peranan dan
keberadaannya ada dimana-mana, sehingga menjadikan serangga sangat penting di
ekosistem dan kehidupan manusia (Suheriyanto. 2008).
Dari 1,82 juta spesies
tumbuhan dan hewan yang telah diidentifikasi, serangga merupakan kelompok yang
paling besar, yaitu mencapai 60% dari spesies tersebut atau lebih baik yang
sudah diidentifikasi maupun yang belum sangat sulit untuk diketahui secara
pasti. Menurut perkiraan pada tahun 1992, jumlah serangga berkisar antara 5
sampai 10 juta spesies (Price, 1997).
Serangga odonta dengan
lebih dari 5000 spesies berbeda yang terbesar di seluruh penjuru dunia. Di
amerika serikat terdapat lebih dari 400 spesies, apalagi Indonesia yang luas
ini pasti lebih banyak spesies capung yang hidup. Capung merupakan salah satu
serangga purba, mereka sudah ada di bumi sejak 300 juta tahun yang lalu. Fosil
capung terbesar yang pernh ditemukan di bumi mempunyai ukuran lebar sayap lebih
dari 3 meter.
Capung termasuk serangga karnivora
karena capung suka menyantap hewan lain saat pada saat menetaskan
telur-telurnya. Pada saat masih larva, mereka memakan plankton, ikan-ikan
kecil, serta larva lain. Disaat sayap mereka mulai berkembang, capung muda
memiliki bagian tubuh khusus yang berada di sekitar kepalanya yang berfungsi
sebagai tongkat untuk memudahkan menangkap ikian-ikan kecil. Di saat dewasa
capung merupakan predator alami dari nyamuk sehingga populasi capung yang
banyak bisa menjadi pengontrol yang efektif dalam menanggulangi penyebaran
nyamuk pada suatu tempat.
2.2
Klasifikasi pada Ordo Odonata (Capung)
Serangga dipelajari
secara khusus pada cabang biologi yang disebut entomologi. Serangga termasuk
dalam filum arthropoda. Arthropoda
berasal dari bahasa yunani arthro
yang artinya ruas dan poda berarti
kaki, jadi arthropoda adalah kelompok hewan yang mempunyai cirri utama kaki
beruas-ruas (Borror dkk, 1996).
Pada serangga odonata
mengalami metamorphosis tidak lengkap (hemimetabolous
development), yang sayapnya tumbuh menjelang dewasa (eksopterigota) tetapi sayap tidak dapat dilipat sejajar tubuh (paleoptera).
Klasifikasi serangga
ordo odonata pada capung.
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Subordo: Epiprocta
Spesies:
Anisoptera (Selys, 1854).
2.3
Ciri - Ciri Serangga Ordo Odonata (Capung)
Ciri-cirinya sebagai
berikut:
Ø Memiliki
mulut dua pasang sayap
Ø Tipe
mulut mengunyah
Ø Metamorphosis
tidak sempurna
Ø Terdapat
sepasang mata majemuk yang besar
Ø Antenanya
pendek
Ø Larva
hidup di air
Ø Bersifat
karnivora
2.4
Struktur
Tubuh Pada Ordo Odonata (Capung)
Odonata biasa juga disebut dengan
kelompok capung-capungan. Odonata biasanya memiliki fitur yaitu memiliki cerci
yang pendek atau tidak ada, pada masing-masing sayap depan terdapat node
(bongkol) dan menakik, antena berbentuk setaceous (pita). Capung merupakan serangga
yang menarik, memiliki 4 sayap yang berselaput dan banyak sekali urat sayapnya
. Bentuk kepala besar dengan mata yang besar pula. Antena berukuran pendek dan
ramping. Capung ini memiliki dada yang kuat dan kaki yang sempurna. Abdomen
panjang dan ramping, tidak memiliki ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai
ekor yang telah berkembang dengan baik. Mata capung sangat besar dan disebut
mata majemuk, terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Dengan
mata ini capung mampu melihat ke segala arah dan dengan mudah dapat menemukan
korban atau meloloskan diri dari musuhnya, bahkan dapat mendeteksi gerakan yang
jauhnya lebih dari 10 m dari tempatnya berada. Tubuh capung tidak berbulu dan
biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis capung ada yang memiliki warna tubuh
mengkilap (metalik). Kedua pasang sayap capung berurat-urat. Para anggota
capung dapat mengidentifikasi dan membedakan kelompok capung dengan melihat
susunan urat-urat pada saxap. Masing-masing susunan urat memiliki nama
tersendiri. Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu capung menggunakan
kakiknya bukan untuk berjalan, melainkan untuk berdiri (hinggap) dan menangkap
mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat membentuk kurungan
untuk membawa korbannya. Capung biasa dapat menangkap korban dan memakannya
sambil terbang, sedangkan capung jarum makan saat hinggap (Anynomous.2009).
2.5
Sistem
Reproduksi
Pada system reproduksi
capung yakni metamorphosis tidak sempurna. System reproduksi jantan terdiri
atas sepasang testis yang terletak di ujung belakang abdomen. Setiap testis
mengandung unit-unit fungsional dimana sperma dihasilkan. System reproduksi
betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi menjadi unit-unit
fungsional dimana telur dihasilkan (price. 1997).
Capung betina tidak akan kawin lagi
setelah pembuahan. Capung jantan jenis Calopteryx Virgo akan menggunakan kait
pada ekornya, capung jantan menangkap betinanya di lehernya. Betina akan
melilitkan kakinya di sekitar ekor capung jantan. Pejantan akan menggunakan
sambungan khusus di ekornya. Capung akan membersihkan mani yang tertinggal dari
pejantan lain. Kemudian, dia akan memasukkan maninya ke dalam rongga kelamin
betina. Karena peristiwa ini memakan waktu berjam-jam, mereka kadangkala
terbang dalam posisi berhimpitan. Capung meninggalkan telur dewasa di
kedangkalan danau atau kolam.
2.6
Sistem
Pernafasan
Capung dapat mengembara
dengan kecepatan 25 mil per-jam (40 kilometer/jam). Bahkan serangga yang lebih
kecil dapat mencapai kecepatan hingga 31 mil per-jam (50 kilometer/jam).
Kecepatan ini sebanding dengan manusia yang melakukan perjalanan dengan
kecepatan ini bila menggunakan pesawat jet (price. 1997).
Pada capung daya
terbangnya memerlukan tingkat tenaga yang tinggi. Juga dibutuhkan sejumlah
besar oksigen untuk membakar energi tersebut. Kebutuhan oksigen dalam jumlah
besar ini dipenuhi oleh system pernapasan yang luar biasa yang terletak di
dalam tubuh capung dan serangga lain.
Terdapat system luar biasa yang
diciptakan didalam tubuh capung dan serangga lain agar mereka mampu memenuhi
kebutuhan akan pasokan oksigen yang tinggi: udara, seperti didalam peredaran
darah dikirim langsung ke setiap jaringan melalui pembuluh-pembuluh khusus.
Batang tenggorok di sekeliling dinding bantang tersebut terdapat spiral penguat
seperti yang terdapat pada pipa alat penyedot debu. Setiap batang tenggorok
mengirim oksigen kepada sel-sel tubuh serangga dan membuang karbon dioksida.
2.7
Habitat Ordo Odonata (Capung)
Habitat Capung menghabiskan sebagian
besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat tergantung pada habitat perairan
seperti sawah, sungai, danau, kolam atau rawa. Tidak ada satu jenis pun capung
yang hidup di laut, namun ada beberapa jenis yang tahan terhadap tigkat kadar
garam tertentu. Ada juga nimfa capung hutan tropis yang lembab hidup di darat.
Capung melakukan kegiatannya pada siang hari, saat matahari bersinar. Oleh
karena itu, pada hari yang panas capung akan terbang sangat aktif dan sulit
untuk didekati. Sedangkan pada dini hari atau di sore hari saat matahari
tenggelam terkadang capung lebih mudah didekati (Soetjipta. 1993).
2.8
Siklus Hidup Ordo Odonata (Capung)
Daur Hidup capung Daur
hidup capung merupakan metamorfosis Ametabola. Nimfa capung terkenal sebagai
pemangsa yang ganas, memiliki bibir bawah yang dapat dijulurkan untuk menagkap
mangsanya. Nimfa hidup di dalam air dan bernapas dengan insang. Dalam jangka
waktu beberapa bulan sampai lima tahun, tergantung jenisnya, nimfa kemudian
akan naik ke permukaan air dengan memanjat daun atau tumbuhan untuk kemudian
melepaskan kulit dan menjadi capung dewasa. Telur Telur capung ada yang
berbentuk panjang silindris dan ada pula yang bulat. Disudut telur ada satu
atau beberapa lubang sangat kecil (micropyle) yang dapat dimasuki sperma
sebelum telur diletakan oleh induknya. Perkembangan telur terjadi setelah telur
diletakkan, dan larvanya mulai menetas dalam waktu 1-3 minggu. Nimfa Tahap
perkembangan nimfa disebut juga instar. Instar nimfa terakhir disebut F-0 (F),
satu tingkat sebelum disebut F-1, dua tahap sebelumnya F-2, dst. Nimfa mungkin
saja waktu istirahat (diapause) yang menunda perkembangannya serta memastikan
kemunculannya pada musim yang sesuai. Selama masa istirahat, nimfa akan
mengurangi kegiatan makan, dan perkembangannya serta kegiatannya jauh berkurang
dari biasanya. Nimfa dewasa membutuhkan waktu untuk menyusun kembali susunan
tubuh dan perilakunya sebelum berubah menjadi capung dewasa. Satu atau dua hari
sebelum menjadi bentuk dewasa, nimfa akan memilih tempat yang sesuai untuk
kemunculannya. Sejenak sebelum kemunculannya, fungsi insang berhenti dan segera
digantikan oleh lubang dubur.
Perilaku menarik dari
capung Kawin Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin memiliki
kebiasaan untuk menguasai suatu wilayah. Capung jantan umumnya berwarna cerah
atau lebih mencolok dari betina. Warna yang mencolok ini membantu menunjukan
wilayahnya ke jantan lain. Perkelahian diantara capung-capung jantan sering
terjadi dalam memperebutkan wilayah masing-masing. Bila ada seekor capung
betina terbang mendekati salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan mencoba
mengawininya. Capung melakukan perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar
perairan dengan menggunakan umbai ekornya, capung jantan akan mencegnkeram
bagian belakang kepala capung betina. Kemudian capung betina akan membengkokkan
ujung perutnya menuju alat kelamin jantan yang sebelumnya sudah terisi sel-sel
sperma. Kondisi ini membentuk posisi yang menarik seperti lingkaran yang
disebut "roda perkawinan". Setelah berhasil, sperma akan memasuki
tubuh capung betina dan membasahi telur-telurnya (Borror. 1996).
Bertelur Setelah kawin,
capung betina siap untuk meletakkan telur-telurnya dengan bernagai cara ini
sesuai dengan jenisnya, ada yang menyimpan di sela-sela batang tanaman air, ada
pula yang menyelam ke dalam air untuk bertelur. Oleh sebab itu capung selalu
terikat dengan air, baik untuk meletakkan telur-telurnya maupun untuk kehidupan
nimfanya. Pada waktu capung betina meletakkan telur-telrnya, capung jantan
melayang-layang diatasnya atau tetap menempel pada tubuh betina dalam posisi
berboncengan atau "tandem". Berjemur Capung memiliki kebiasaan
berjemur dibawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya dan menguatkan
otot-otot sayapnya untuk terbang.
Capung diciptakan oleh Allah SWT dengan
tubuh yang kecil dan mampu berenang dengan cepat untuk meletakkan
telur-telurnya dan dapat menangkap ikan dan menjempitnya dengan kuat untuk
mencabik-cabik mangsanya pada masa kepompong. Telur capung berumur 1 bulan,
pada masa larva berumur 3 tahun dan pada masa dewasa capung hanya berumur 1
hari atau 1 minggu. Pada saat capung telah selesai melakukan perkawinan dan
bertelur, capung akan mati. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nuur Ayat 45, yang artinya:
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Capung diciptakan oleh Allah dengan
proses – proses sedemikian rupa. Seperti yang dijelaskan ayat di atas bahwa,
capung banyak menghabiskan hidupnya dalam bentuk larva sehingga hidup di dalam
air dan berjalan dengan keenan kakinya, capung memangsa ikan – ikan kecil demi
keberlangsungan hidupnya. Pada proses kedewasaan capung mengalami perubahan di
dalam air atau dalam bentuk larva dengan pertumbuhan awal pada kakinya setelah
itu punggungnya mengalami pembelahan. Pada saat pembelahan tubuhnya mengalami
kelenturan yang sempurna serangga pada saat pembelahan tidak mengalami
kerusakan, suatu system cairan tubuh khusus diciptakan untuk digunakan pada
proses ini. Bagian tubuh yang yang mengeriput ini menggembung dengan memompakan
cairan tubuhnya setelah berhasil keluar dari celah kepompong. Larutan larutan
kimiawi mulai memutus ikatan antara kaki baru dengan kaki lama tanpa
merusaknya. Proses ini sangat sempurna meskipun akan menimbulkan kerusakan
seandainya satu kaki terjebak. Kaki-kaki tersebut dibiarkan mongering dan
mengeras selama sekitar dua menit sebelum digunakan. Sayap-sayapnya sudah
terbentuk sempurna namun masih dalam keadaan terlipat. Cairan tubuh dipompakan
dengan pengerutan tubuh yang kuat ke dalam jaringan sayap. Setelah capung
meninggalkan tubuh lamanya dan mongering dengan sempurna, capung mencoba
seluruh kaki dan sayapnya. Capung memompakan kelebihan cairan keluar, untuk
menyeimbangkan sistemnya. Pendeknya metamorphosis capung merupakan satu dari
sekian banyak bukti nayata mengenai betapa sempurnanya Allah SWT menciptakan
makhluk hidupnya.
Selain itu ada juga dalam
Firman Allah SWT dalam Surat Huud
Ayat 6, yang artinya:
Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Penjelasan dari ayat
diatas bahwa Allah menciptakan hewan melata untu dapat berkembang biak dan
mempunyai manfaat bagi sesama hewan atau bagi manusia, selain itu hewan melata
ini mempunyai keahlian atau kemampuan sendiri-sendiri. Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang
bernyawa. Hewan atau makhluk yang bersenyawa disini yakni hewan yang mampu
berkembang biak atau hewan yang mampu bernafas, mencari makan, demi
kelangsungan hidupnya. Menurut sebagian
ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat
penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud
tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Pada
capung tempat penyimpanannya yakni pada masa capung berbentuk larva. Telur
capung hanya berusia sebulan setelah itu berubah menjadi larva, larva ini
berusia sampai 3 tahun setelah itu beruabah lagi menjadi capung dewasa dan
usianya hanya selama beberapa minggu. Capung menghabiskan waktu di air yakni
dalam bentuk larva, saat berbentuk larva capung mengalami pertumbuhan seperti
pertumbuhan kaki, pembentukan tubuh, dan pembentukan sayap. Seperti yang
dijelaskan tadi bahwa tempat berdiam
ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. Untuk capung tempat
penyimpanannya adalah pada saat capung masih berbentuk larva, sehingga sangat sulit
larva tersebut dimangsa hewan lain karena larva tersebut sangat keras.
2.9
Peranan
Dari Ordo Odonata (Capung)
Peran keberadaan capung
untuk manusia. Bentuk capung yang anggun dan warna yang indah sering menjadikan
capung sebagai sumber inspirasi bagi para seniman lukis, perancang mode,
perhiasan, penulis lagu maupun puisi. Gerakan terbangnya yang cepat dan dinamis
menjadi inspirasi bagi pada seniman seni tari. Pada zaman dahulu di Madagaskar,
Indonesia dan Malaysia konon capung digunakan sebagai makanan perangsang, dan
ada pula yang menggunakannya sebagai obat.
Di beberapa daerah di
Indonesia, terutama di pedesaan, capung tentara sering digunakan untuk
menghentikan kebiasaan mengompol pada anak-anak. Capung yang masih hidup di
tempatkan di atas pusar anak hingga kaki capung menggelitik pusar anak
tersebut. Lain lagi di Jepang. Di negeri matahari terbit ini capung dilindungi
dan tidak bisa dilukai atau di bunuh, sebab capung menurut kepercayaan orang
jepang merupakan simbol kesuksesan dan semangat serta penghubung jiwa orang
yang sudah meninggal.
Capung mempunyai manfaat bagi manusia.
Nimfa capung memakan berbagai jenis binatang air termasuk jentik nyamuk yang
dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam berdarah. Di beberapa
Negara-negara asia timur baru-baru ini telah terungkap bahwa capung dapat
digunakan sebagai pembasmi efektif terhaap nyamuk penyebab penyakit.
2.10
Macam - Macam Ordo Odonata (Capung)
Capung terdiri atas 2 macam capung
dengan perbedaan ukuran yang sangat mencolok yaitu capung jarum dan capung
biasa. Capung jarum (anak bangsa Zygoptera) ukuran tubuhnya kecil dan ramping
seperti jarum. Pada waktu hinggap, sayap capung jarum terlipat / menutup diatas
punggungnya. Sedangkan capung biasa (anak bangsa Anisoptera) tubuhnya lebih
besar dan lebih kekar dari capung jarum, dan umumnya dapat terbang lebih cepat.
Sayap capung bisa terentang pada waktu hinggap. Capung biasa termasuk penerbang
ulung karena kecepatan terbangnya yang tinggi, bahkan ada jenis yang dapat
terbang mencapai 64 km / jam.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
- Capung berada di permukaan air untuk menaruh telur-telunya dan kemudian menetas menjadi larva.
- Capung sering berkelahi satu sama lain untuk memperebutkan daerah kekuasaan mereka.
- Capung termasuk serangga karnivora karena serangga suka menyantap hewan lain.
- Capung menghabiskan seluruh masa hidupnya pada saat mereka larva.
- Capung dewasa bertahan hidup hanya beberapa minggu karena tujuan mereka bermetamorfosis.
- Sayap capung bagian depan lebih panjang dari pada sayap capung bagian belakang.
- Capung memiliki mata yang besar dengan ribuan lensa yang bersegi-segi seperti pada lebah. Dengan mata yang besar dan bersegi-segi tersebut, capung dapat melihat ke segala arah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bland, R.G. and Jaques, H.E. 1978. How to Know
the Insect. Third Edition. Boston: McGraw-Hill.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F. 1996. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Penerjemah: Soetiyono Partosoedjono.
Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Price, P.W. 1997. Insect Ecology. Third Edition,
New York: John Wiley & Sons, inc.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan.
Yogyakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Suheriyanto,
Dwi. 2008. Ekologi Serangga. Malang: Uin Malang Press.
2 comments:
wow artikel yg bagus sekali ,mampir yuk kak terimakasih
http://capungssss.over-blog.com/
.
Bagus sekali,terima
Kasih ya
Post a Comment