Biografi Al-Farghani
- Insinyur Sipil di Abad IX
Insinyur
sipil Muslim dari abad ke-9 M itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad
ibnu Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani. Ilmuwan yang terlahir di
Farghana, Tansoksiana, itu biasa dipanggil Al-Farghani. Orang Barat
biasa menyebutnya Al-Fraganus. Sebelum terjun dalam bidang teknik sipil,
sejatinya Al-Farghani adalah seorang astronom. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum (Elemen-elemen Astronomi) yaitu buku tentang gerakan menyeluruh surgawi dan ilmu tentang bintang-bintang, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12 dan diberikan
pengaruh yang besar atas astronom eropa sebelum Regiomontanus.
Al-Farghani begitu populer sebagai astronom, karena mampu menetapkan
diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet.
Di era kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakil, Al-Farghani lalu terjun di
bidang teknik.
Menurut sejarawan Ibnu Tughri Birdi, Al-Farghani dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer
di Fustat (kota tua Kairo). Pembangunan megaproyek Great Nilometer itu
rampung pada tahun 861 M, bersamaan dengan meninggalnya Khalifah
Al-Mutawakil. Proyek lainnya yang digarap Al-Farghani adalah pengggalian
kanal Al-Ja'fari.
Al-Farghani
ditugaskan dua putera Khalifah Al-Mutawakil, yakni Muhammad dan Ahmad,
untuk mengawasi proyek penggalian kanal itu. Kanal itu melalui kota baru
Al-Ja'fariyah yang dibangun Al-Mutawakil dekat Samarra, di Tigris.
Sayangnya, proyek penggalian kala yang diawasi Al-Farghani itu tak
terlalu sukses.
Sebab,
kanal itu tak bisa mengalirkan air dengan baik, kecuali bila ketinggian
Sungai Tigris sedang tinggi. Konon, khalifah pun sempat marah, karena
Al-Farghani ternyata salah perhitungan. Akibatnya, dia lebih dijuluki
sebagai sebagai insinyur teoritis dibandingkan insinyur praktik.
Namun
hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik
lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali. Sind membenarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat
khalifah menerima kebijakan tersebut
Pada tahun 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik yakni, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti dan Kitab Amal Al-Rukhmat atau 'Book on the Construction of Sun-dials.
- Al Farghani, Rujukan Astronom Eropa
Astronomi
merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui
kajian ilmu ini umat Islam mampu mengurai misteri benda-benda langit
dan memberikan sumbangan berharga di dalamnya. Tak heran pula jika
banyak astronom Muslim dan menyumbangkan pemikirannya dalam karya yang
dibukukukan.
Sebagian
besar karya mereka pun menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan
semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan non-Muslim. Buku
karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak hanya
dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di
Eropa
.Salah
satu astronom Muslim yang berhasil menorehkan prestasi gemilang itu
adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah
salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun
pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada
masa itu pemerintah memang memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian astronomi. Bahkan khalifah
membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut sebagai Akademi
Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang direkrut untuk
bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani
bersama astronom lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih
pada masanya. Mereka mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga
mampu menghitung ukuran bumi, meneropong bintang-bintang dan menerbitkan
berbagai laporan ilmiah.
Al-Farghani
(wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar
yang pernah hidup. ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda
angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun
data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang
titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya
utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di
Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak
pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani
(Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang
membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Dan
kemudian Al-Farghani pun mampu menuliskan sebuah karya astronomi yang
di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia menuliskan Kitab fi
al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan
menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan
celestial dan kajian atas bintang.
Pada
abad kedua belas buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin
dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa
sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori
Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia
mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain
itu ia pun kemudian berhasil menentukan besarnya diameter bumi yang
mencapai 6.500 mil. Al-Farghani menjabarkan pula jarak dan diameter
planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa. Tak
heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang
positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.
Terkenalnya
karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjamahan atas
karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements of Astronomy dalam bahasa
latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya ditulis oleh John
Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada
1460-an.
Sedangkan
terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya
selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya
mengenai astronomi dan Ia masukan dalam karyanya, La Vita Nuova. Seorang
ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam bahasa
Yahudi.
Ini
menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob
Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya
tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan
saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran
Al-Farghani di Eropa.
Kelak
kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah
karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz
al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang
kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai
manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip
lainnya juga banyak bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di
Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan
dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu
di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya di bidang
teknik.
Paget
Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran
Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante
dalam karyanya Vita Nuova,
dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu
dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang
terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee
menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva,
yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet,
tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang
tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee
menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang
sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari
dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang
banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya
sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga
merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah
tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang
sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan
oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London,
Methuen, 1902, hlm. 56-57).
- hikmah yang dapat diambil dari Al-Farghani
Dari
biografi Al-Farghani diatas kita dapat mengambil hikmah yaitu kita
dapat mengetahui tokoh islam zaman dahulu beserta Ilmu yang ditekuninya.
Setiap orang juga dapat melakukan kesalahan seperti halnya Al-Farghani,
tetapi setiap orang tidak akan bisa menyamai ilmu yang dimiliki
Al-Farghani karena Ilmu dalam bidang astronomi dan bidang teknik,
Al-Farghani mampu
menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter
planet-planet dan dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo).
Semua ilmu yang dimiliki Al-Farghani
dapat bermanfaat bagi seluruh umat di bumi ini. Buku karangan
Al-Farghani dapat dijadikan inspirasi bagi para pengarang buku yang
berada di tahun berikutnya. Seperti pada karangan Paget
Toynbee yang berjudul The “Vita Nouva” yang didasarkan dengan buku
karangan Al-Farghani, "Elements of Astronomy". yang berisikan
teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak
Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap.
0 comments:
Post a Comment