Friday 15 April 2011

Al - Farghani (Tarbiyah Ulul Albab)



Biografi Al-Farghani
  1. Insinyur Sipil di Abad IX
Insinyur sipil Muslim dari abad ke-9 M itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani. Ilmuwan yang terlahir di Farghana, Tansoksiana, itu biasa dipanggil Al-Farghani. Orang Barat biasa menyebutnya Al-Fraganus. Sebelum terjun dalam bidang teknik sipil, sejatinya Al-Farghani adalah seorang astronom. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum (Elemen-elemen Astronomi) yaitu buku tentang gerakan menyeluruh surgawi dan ilmu tentang bintang-bintang, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12 dan diberikan pengaruh yang besar atas astronom eropa sebelum Regiomontanus. Al-Farghani begitu populer sebagai astronom, karena mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet. Di era kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakil, Al-Farghani lalu terjun di bidang teknik.
Menurut sejarawan Ibnu Tughri Birdi, Al-Farghani dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo). Pembangunan megaproyek Great Nilometer itu rampung pada tahun 861 M, bersamaan dengan meninggalnya Khalifah Al-Mutawakil. Proyek lainnya yang digarap Al-Farghani adalah pengggalian kanal Al-Ja'fari.
Al-Farghani ditugaskan dua putera Khalifah Al-Mutawakil, yakni Muhammad dan Ahmad, untuk mengawasi proyek penggalian kanal itu. Kanal itu melalui kota baru Al-Ja'fariyah yang dibangun Al-Mutawakil dekat Samarra, di Tigris. Sayangnya, proyek penggalian kala yang diawasi Al-Farghani itu tak terlalu sukses.
Sebab, kanal itu tak bisa mengalirkan air dengan baik, kecuali bila ketinggian Sungai Tigris sedang tinggi. Konon, khalifah pun sempat marah, karena Al-Farghani ternyata salah perhitungan. Akibatnya, dia lebih dijuluki sebagai sebagai insinyur teoritis dibandingkan insinyur praktik.
Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali. Sind membenarkan perhitungan yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima kebijakan tersebut
Pada tahun 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik yakni, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti dan Kitab Amal Al-Rukhmat atau 'Book on the Construction of Sun-dials.
  1. Al Farghani, Rujukan Astronom Eropa
Astronomi merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini umat Islam mampu mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga di dalamnya. Tak heran pula jika banyak astronom Muslim dan menyumbangkan pemikirannya dalam karya yang dibukukukan.
Sebagian besar karya mereka pun menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di Eropa
.Salah satu astronom Muslim yang berhasil menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada masa itu pemerintah memang memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani bersama astronom lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi, meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.
Al-Farghani (wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar yang pernah hidup. ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Dan kemudian Al-Farghani pun mampu menuliskan sebuah karya astronomi yang di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia menuliskan Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan celestial dan kajian atas bintang.
Pada abad kedua belas buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain itu ia pun kemudian berhasil menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farghani menjabarkan pula jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.
Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an.
Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan Ia masukan dalam karyanya, La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam bahasa Yahudi.
Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Al-Farghani di Eropa.
Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya di bidang teknik.
Paget Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante dalam karyanya Vita Nuova, dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva, yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London, Methuen, 1902, hlm. 56-57).
  1. hikmah yang dapat diambil dari Al-Farghani
Dari biografi Al-Farghani diatas kita dapat mengambil hikmah yaitu kita dapat mengetahui tokoh islam zaman dahulu beserta Ilmu yang ditekuninya. Setiap orang juga dapat melakukan kesalahan seperti halnya Al-Farghani, tetapi setiap orang tidak akan bisa menyamai ilmu yang dimiliki Al-Farghani karena Ilmu dalam bidang astronomi dan bidang teknik, Al-Farghani mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet dan dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo).
Semua ilmu yang dimiliki Al-Farghani dapat bermanfaat bagi seluruh umat di bumi ini. Buku karangan Al-Farghani dapat dijadikan inspirasi bagi para pengarang buku yang berada di tahun berikutnya. Seperti pada karangan Paget Toynbee yang berjudul The “Vita Nouva” yang didasarkan dengan buku karangan Al-Farghani, "Elements of Astronomy". yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap.

0 comments:

Post a Comment