Tuesday 24 May 2011

Makalah : Jaringan Penyusun Akar, Batang dan Daun (SPT II)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Secara evolusi, tumbuhan berbiji merupakan organisme yang telah teradaptasi dengan lingkungan di daratan. Tumbuhan memiliki karakteristik dalam struktur dan fungsi khusus untuk menunjang kehidupannya di daratan tersebut. Pola struktur jaringan tumbuhan bervariasi dalam setiap jenis tumbuhan yang tergantung pada tahap pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan itu sendiri.
Umumnya, tumbuhan berbiji memiliki struktur dasar organ yang sama, yaitu terdiri atas: akar, batang, dan daun. Namun, ketiga struktur organ tersebut memiliki variasi dalam hal ukuran, bentuk, dan fungsi pada setiap jenis tumbuhan. Adanya variasi dari ketiga struktur dasar tersebut memungkinkan tumbuhan dapat melangsungkan kehidupannya dalam lingkungan yang beragam, seperti di daerah perairan dun gurun pasir yang tandus. semua jenis tumbuhan memiliki dasar persoalan yang sama yaitu bagaimana mereka dapat memperoleh air dari dalam tanah, melalui batang dan membawanya hingga sampai di daun untuk bahan dasar fotosisntesis dengan bantuan sinar matahari.
Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jiringan. jaringan pada tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam bentuk vang memiliki fungsi khusus.
1.2  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      untuk mengetahui sel-sel dan jaringan penyusun akar, batang dan daun.
2.      Untuk mengetahui pertumbuhan akar, batang dan daun
3.      untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan II

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AKAR
2.1.1 Struktur Primer
     Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan biasanya berkembang dibawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Akar embrio juga dinamakan radikula. Pada Gymnospermae dan dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. System akar seperti itu disebut akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan tanaman dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau didekatnya akan muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif dinamakan akar serabut.
     Akar tunggang dan akar serabut umumnya ditemukan pada tumbuhan berbiji. Gunanya untuk melekatkan tanaman pada substrat, menyerap air dan berbagai garam mineral, dan berperan sebagai organ penyimpan dan untuk konduksi. System akar tunggang umumnya dapat menembus tanah lebih dalam dibandingkan dengan akar serabut, namun akar serabut melekat lebih baik pada lapisan atas tanah. Dalam system akar tunggang, akar primer dan cabangnya yang besar akan mengalami penebalan sekunder, namun akar cabang kecil, yang berguna dalam penyerapan, tetap dalam keadaan primer dan sering tiddak bertahan lama.
     Kondisi lingkungan sering mempengaruhi system akar. Pada tanah kering, tumbuhan biasanya memiliki system akar yang berkambang dengan lebih baik. Banyak tumbuhan yang tumbuh di tanah berpasir menghasilkan akar lateral yang horizontal dan tidak dalam, menyebar di bawah permukaan tanah hingga berpuluh meter panjangnya. Keanekaragaman bentuk dan struktur akar sering terkait dengan fungsinya. Karena itu, di kenal akar penyimpan, akar isap, contohnya akar benalu; akar tunjang, contohnya akar pandan; akar lekat, contohnya akar sirih; akar gantung, contohnya akar pohon beringin; akar napas, contohnya akar pohon kayu api.  

2.1.2   Fungsi akar
Bagi tumbuhan akar memiliki beberapa kegunaan, antara lain, untuk menyerap air dan zat hara, untuk menunjang berdirinya tumbuhan, serta untuk menyimpan cadangan makanan.
a.    Menyerap air dan zat hara (mineral)
Tumbuhan memerlukan air dan zat hara untuk kelangsungan hidupnya. Untuk memperoleh kebutuhannya tersebut, tumbuhan menyerapnya dari dalam tanah dengan menggunakan akar. Oleh karena itu, sering dijumpai akar tumbuh memanjang menuju sumber yang banyak mengandung air.
b.    Menunjang berdirinya tumbuhan
Akar yang tertancap ke dalam tanah berfungsi seperti pondasi bangunan. Akar membuat tumbuhan dapat berdiri kokoh di atas tanah. Oleh karena itu, tumbuhan dapat bertahan dari terjangan angin kencang dan hujan deras.
c.    Sebagai alat pernapasan
Selain menyerap air dan zat hara, akar juga menyerap udara dari dalam tanah. Hal ini mungkin dilakukan karena pada tanah terdapat pori-pori. Melalui pori-pori tersebut akar tumbuhan memperoleh udara dari dalam tanah.
d.   Sebagai penyimpan makanan cadangan
Pada tumbuhan tertentu, seperti ubi dan bengkoang, akar digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Biasanya, akar pada tumbuhan tersebut akan membesar seiring banyaknya makanan cadangan yang tersimpan. Makanan cadangan ini digunakan saat menghadapi musim kemarau atau ketika kesulitan mencari sumber makanan.
Manusia juga sering menggunakan akar tumbuhan untuk keperluan hidupnya. Misalnya, sebagai sumber makanan, contohnya ubi kayu, ubi jalar, dan wortel; sebagai bahan obat-obatan, contohnya jahe, kunyit, dan akar pepaya; sebagai parfum, contohnya akar bit; sebagai bumbu, contohnya jahe, kunyit, dan laos.
2.1.3   Susunan jaringan primer dalam akar
Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam.
a.    Tudung akar
Tudung akar terdapat di ujung akar dan melindungi promeristem akar serta membantu penembusan tanah oleh akar. Tudung akar terdiri atas sel hidup yang mengandung pati. Sel kadang-kadang tersusun dalam deretan radial yang berasal dari pemula tudung akar. Pada banyak tumbuhan, sel sentral di tudung akar membentuk struktur yang lebih jelas dan tetap yang di sebut kolumela. Sel tudung akar mensekresikan lender yang terdiri atas polisakarida. Proses sekresinya diiringi oleh hipertrofi sisternae diktiosom yang membentuk vesikula besar. Isi vesikula kemudian dibebaskan dari protoplas dengan adanya penyatuan membrane vesikula dengan plasmalema. Kemudian secret bergerak ke luar melalui dinding sel. Tudung akar berkembang terus menerus. Sel paling luarmati, terpisah dari yang lain dan hancur, lalu digantikan oleh sel baru yang dibentuk oleh sel pemula. Pada tanaman air, tudung akar akan segera berdegenerasi.
b.    Epidermis
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral terlarut, bulu akar memperluas permukaan akar. Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa kutikula. Namun kadang-kadang dinding sel paling luar berkutikula. Tebal epidermis biasanya satu lapisan sel, namun di daerah tropika epidermis berlapis banyak dan terspesialisasi membentuk filament.
Ciri khas akar adalah adanya rambut akar yang teradaptasi untuk menyerap air dan garam tanah. Rambur akar adalah sel epidermis yang memanjang ke luar, tegak lurus permukaan akar, dan berbentuk tabung. Di bagian akar yang lebih dewasa, rambut akar akan mati dan mengering. Adanya rambut akar menambah perluasan permukaan penyerapan, namun jumlah rambut akar yang tidak terlalu banyak telah cukup untuk memasok seluruh air yang diperlukan untuk transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Sel epidermis juga dapat menyerap air. Pada sejumlah tanaman, seluruh sel epidermis dapat membentuk rambut akar.
c.    Korteks akar
Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkim. Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim. Parenkim dianggap berperan dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah oksigen yang diperlukan dalam respirasi jaringan yang tidak bisa memperoleh oksigen dari udara luar. Sel korteks biasanya besar dan bervakuola besar. Plastida di dalamnya menghimpun pati. Lapisan paling dalam berkembang menjadi endodermis dan satu atau beberapa lapisan korteks paling luar dapat berkembang menjadi eksodermis.
d.   Eksodermis
Pada sebagian besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks akan membentuk gabus, sehingga terjadi pembentukan jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan epidermis. Sturuktur dan sifat sitokimiawi sel eksodermis hamper mirip dengan sel epidermis. Dinding primer dilapisi oleh suberin dan lapisan itu dilapisi lagi oleh selulosa. Lignin juga dapat ditemukan. Contoh tanaman yang memiliki eksodermis adalah Smilax, Oryza, Phoenix.sel eksodermis mengandung protoplas hidup ketika dewasa.
e.    Endodermis
Lapisan terdalam dari korteks akar berkembang menjadi endodermis. Endodermis terdiri dari selapis sel yang tebal, yang menandai batas korteks. Pada sel endodermis muda terdapat penebalan dinding sel oleh zat suberin atau lignin. Penebalan tersebut membentuk rangkaian berbentuk pita yang di sebut pita caspari. Pita caspari merupakan kesatuan antara lamella tengah dan dinding primer, tempat suberin dan lignin tersimpan. Jika sel terplasmolisis, maka protoplas melepaskan diri dari dinding, namun tetap melekat pada pita caspari. Pita caspari mencegah air masuk melintasi dinding sel. Endodermis berperan mengatur lalu lintas zat ke dalam pembuluh akar.
Kehadiran pita caspari membagi akar menjadi dua bagian yang terpisah. Pembagian ini dalam gerak selektif garam mineral dan air. Setiap ion dalam larutan air tanah mampu menembus epidermis dan korteks akar. Bahkan jika seluruh sel korteks akar memiliki plasmalema yang tidak permeable terhadapnya, ion tersebut dapat menembus korteks melalui air dalam dinding dan ruang antarsel. Namun pita casperi merupakan penghalang. Agar dapat masuk stele dan  memasuki arus transpirasi xylem, ion harus melewati plasmalema sel endodermis. Disinilah terjadi seleksi antara ion yang dapat masuk dan ion yang harus tetap di luar. Untuk masuk ke selinder pusat, air melalui endodermis yang dindingnya tidak menebal, yang disebut sel pelalu (sel peresap).
f.     Silinder pembuluh/silinder pusat (stele)
Silinder pusat akar tersususun oleh jaringan xilem, floem, dan perisikel. Perisiskel terdiri dari sel parenkim yang berada diantara endodrmis dan jaringan pembuluh. Perisikel berkembang dari prokambium. Perisikel akan berkembang membentuk kambium dan jari-jari empulur. Pada tumbuhan monokotil, xilem primer terletak berselang-seling dengan floem primer, dengan letak xilem lebih dalam dari floem. Sedangkan pada tumbuhan dikotil, xilem terletak di pusat akar dan berbentuk seperti bintang.
Jika di bagian tengah tidak ditempati jaringan pembuluh, maka bagian itu diisi oleh parenkim empulur. Di bagian dalam, perisikel langsung berbatasan dengan protofloem dan protoxilem. Pada akar, xylem tersusun dalam sejumlah berkas yang terpisah dan letaknya bergantian dengan berkas floem. Semua berkas, yakni xylem dan floem tersusun dalam lingkaran. Bila jumlah berkas tidak banyak, maka sering xylem bersatu dibagian tengah akar sehingga akar tidak berempulur. Sesuai dengan jumlah berkas xylem di tepi, maka akar dinamakan diark bila terdapat dua berkas xylem, triark bila jumlahnya tiga berkas, tetrarch bila jumlahnya empat dan seterusnya. Pada akar pentark, bagian dalam tidak terisi metaxilem, melainkan parenkim empulur. Metaxilem terdapat di tepi bagian dalam protoxilem. Bila jumlah kutup lebih banyak, akar disebut poliark, disertai empulur yang luas. Jumlah kelompok atau kutup protoxilem berkolerasi erat dengan ketegaran akar dan dengan garis tengahnya. Tumbuhasn yang ketegarannya berkurang akan berkurang jumlah kutub protoxilemnya.
Unsure floem yang paling awal menjadi dewasa adalah protofloem, yakni yang terdapat paling luar dan berbatasan dengan perisikel. Metafloem berada ditempat yang lebih dalam. Oleh karena itu arah pendewasaan sel dalam floem juga dari luar ke dalam, seperti halnya xylem primer. Pada akar yang mengalami penebalan sekunder, sel yang terdapat di antara xylem dan floem berfungsi sebagai cambium pembuluh. Pada akar yang tanpa penebalan sekunder, sel tersebut akan menjadi dewasa sebagai sel parenkim atau sklerenkim.

2.1.4   Akar kontraktil
Pada sejumlah tumbuhan, pergantian batang lama dengan batang baru berlangsung pada posisi tertentu dalam tanah atau permukaannya. Posisi tersebut sering diperoleh dengan penarikan oleh akar khusus yang disebut akar pengerut atau akar kontraktil. Akar seperti itu banyak terdapat di dikotil basah (seperti Taraxacum, Daucus, Trifolium, Oxalis) dan di banyak monokotil berumbi lapis/sisik dan berumbi batang (Allium, Gladiolus).
Pada tumbuhan, sebagian akar saja yang menunjukan pengerutan, dan dapat dibedakan dari akar normal karena penampakannya berkerut. Mekanisme pengerutan utama adalah sebagai berikut: bagian parenkim floem yang horizontal kehilangan protoplas dan cairan vakuolanya, membuatnya rebah. Dinding vertical dari sel yang rebah itu melipat sehingga dinding horizontal saling berhimpun. Setiap bagian yang rebah melekuk keatas sehingga garis tengah bagian tengah akar berkurang. Bagian akar ini memisahkan diri dari periderm dan sisa korteks. Jaringan korteks kemudian memperlihatkan pengerutan. Berkas floem dekatnya juga ikut terputar.
2.1.5   Mikoriza
Epidermis dan korteks pada sejumlah besar tumbuhan seringberasosiasi dengan fungi (jamur) tanah. Asosiasi antara hifa jamur dan akar muda tumbuhan tinggi dikenal dengan mikoriza (Yunani: Mykes, jamur: rhiza, akar). Biasanya hubungan ini suatu simbiosis: baik tumbuhan tinggi maupun jamur memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Penyerapan air dan zat hara oleh akar akan meningkat dan jamur memperoleh senyawa organic.
Berdasarkan hubungan jamur dengan inangnya dibedakan ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamur menyelubungi seluruh ujung akar dengan penutup yang disebut tudung hifa. Hifa memasuki akar diruang antarsel korteks dan berbentuk jala (jala harting). Pada endomikoriza, jamur membentuk penutup yang kurang jelas penampakannya dan menembus bagian dalam sel akar serta menghasilkan vesikula dan arbuskula yang khas. Mikoriza juga disebut mikoriza vesicular-arbuskular atau mikoriza VA. Endomikoriza mirip akar biasa yang tidak terinfeksi, namun warnanya lebih gelap. Akar mikoriza pendek dan sering bercabang dikotom serta tampak sedikit membengkak.
Sifat khusus dari inang menentukan jenis mikoriza yang akan dibentuk dan penting sekali untuk memperoleh pertumbuhan inang yang baik. Peran penting jamur adalah menyerap zat hara dari tanah, mengkonversi garam mineral dari bahan organic yang membusuk menjadi bentuk yang dapat diterima oleh inang. Sebaliknya, inang yang berklorofil memasok jamur dengan karbohidrat, asam amino, vitamin dan senyawa organic lainnya. Beberapa mikoriza dapat meningkatkan daya tahan terhadap tanaman inang terhadap infeksi penyakit. Selain itu mikoriza juga dapat membuat inang kurang peka terhadap kekeringan.
2.1.6   Bintil akar
Bintil akar merupakan asosiasi akar dengan bakteri penambat nitrogen udara (Rhizobium) yang berguna bagi tumbuhan. Bakteri memasuki akar terutama melalui rambut akar, dan dengan memperbanyak diri, membentuk benang infeksi. Caranya adalah dengan menyelubungi seludang yang terdiri dari bahan seperti gum. Benang ini amat dalam menembus akar dan merangsang proliferasi sel (pembelahan sel secara cepat dan banyak menghasilkan sel) pada lapisan korteks sebelah dalam. Hasil proliferasi ini, yang menyerupai bakal akar cabang, akan menjadi bintil.
2.1.7   Perkembangan akar
Peristiwa utama pada awal pembentukan akar adalah penyusunan meristem apeksnya. Saat biji berkecambah, promeristem diujung akar embrio membentuk akar primer. Sementara akar primer tumbuh, meristem apeks memperoleh bentuk tertentu. Ada dua macam jenis susunan sel pada meristem apeks akar. Pada jenis pertama silinder pembuluh, korteks dan tudung akar dapat diurut asalnya pada lapisan terpisah pada meristem apeks, ketiganya memiliki sel pemula sendiri-sendiri. Epidermis berdiferensiasi dari lapisan korteks paling luar atau dari lapisan tudung akar paling dalam. Pada jenis kedua, semua lapisan sel dihasilkan oleh sekelompok sel di titik tumbuh akar. Jadi, sel di semua daerah akar memiliki pemula bersama.
Umumnya pemula yang menyebabkan pola dasar akar akan berhenti membelah pada saat pertumbuhan akar berlangsung. Ini menyebabkan adanya konsep pusat diam (quiescent centre) dalam meristem apeks. Konsep ini menyatakan bahwa sel paling distal pada tubuh akar tidak sering membelah, tidak banyak menunjukan perbedaan dalam ukuran, serta sintesis asam nukleat an protein berjalan lambat. Pemula tudung akar tidak termasuk pusat-diam. Adanya pusat diam tidak berarti bahwa sel itu selamanya tidak berfungsi lagi. Pada kondisi normal masih terjadi mitosis.
Pada beberapa jarak tertentu dari promeristem, sel membesar dan berkembang menjadi sel terspesialisasi yang melibatkan masa pemanjangan sebagian besar sel. Rambut akar berdiferensiasi dari sel epidermis, dan akar menjadi dewasa di belakang daerah pemanjangan akar. Korteks bertambah besar, lapisan paling dalam berdiferensiasi menjadi endodermis. Pada silinder pembuluh yang pertama Nampak adalah perisikel. Sel metaxilem membesar dan menghasilkan vakuola besar, sel floem pertama akan menjadi dewasa. Akar lateral berkembang pada jarak tertentu di belakang meristem apeks akar. Lokasi akar lateral terhadap berkas xylem dari akar induknya berbeda-beda menurut pola jaringan pembuluh induknya. Pada akar diark, akar lateral tumbuh di tempat di antara xylem dan floem. Akar triark, tetrarch, dan seterusnya akar lateral muncul di hadapan berkas xylem. Pada akar poliark, akar lateral berkembang di hadapan berkas floem.

2.2. BATANG
2.2.1 Pertumbuhan Primer
            Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjad tunas terminal. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh dibawah tunas (rhizome, umbi lapis, atau umbi batang), di dalam air, atau di darat. Jaringan pada batang dapat dibagi menjadi jaringan dermal, jaringan dasar, dan jaringan pembuluh.
2.2.1.1  Jaringan pada Batang
A. Epidermis
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti di atas, derma berarti kulit, maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada paling luar pada alat-alat tumbuhan primer. SCHMIDT, adalah epidermis pada bagian batang berasal dari lapisan sel paling luar dari meristem apical (sutrian, 2004).
Epidermis terdiri dari satu lapis sel yang memiliki mulut daun (stomata) dan rambut (trikoma). Sel epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder (Hidayat, 1995).

B. Korteks dan Empulur
B.1 korteks
Adalah kawasan diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar. Korteks batang biasanya terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim atau sklerenkim.
B.2 Empulur
Biasanya terdiri dari parenkim yang dapat mengandung kloroplas. Bagian tengah empulur dapat rusak diwaktu pertumbuhan. Sering hal itu terjadi hanya di daerah ruas, sementara di daerah buku empulurnya utuh.
C. Sistem Jaringan Pembuluh
          Sistem jaringan pembuluh primer (system jaringan pembuluh yang terdapat dalam tumbuhaan yang beum menghasilkan kaambium pembuluh jadi, keadaannya primer) terdiri dari sejumlah berkas pembuluh yang berbeda-beda ukuraanyya. Posisi xylem dan floem daam berkas atau juga disebut ikatan pembuluh.
C.1 Xilem
Xilem berasal dari kata Yunani xylos yang berarti kayu, oleh karena itulah maka xylem diartikan sebagai Xilem berasal dari kata Yunani pembuluh kayu. Fungsi xylem yang merupakan bagian dari jaringan pengangkut jadi hanya akan melangsungkan pengangkutan air dan zat-zat mineral (hara) dari bagian bawah (akar) ke bagian atas (daun-daunan).
C.2 Floem
Floem merupakan b again dari jaringan pengangkut. Floem berfungsi mengangkut dan menyebarkan zat-zat makanan yang merupakan hasil fotosintesis dari bagian atas (daun) ke bagian-bagian lain yang ada di bawahnya atau di atasnya.
C.3 Tipe Berkas Pengangkut
a. Kolateral
Berkas pengangkut di mana letak xylem dan floem berdampingan. Dalam haal ini letak floem adalah dibagian luar atau di sebelah luar xylem.
b. Bikollateral
Seperti kolateral, namun terdapat floem di sebelah dala xylem sehingga ada floem eksternal dan floem internal.
c. Konsentris
Merupakan berkas pengangkut yang mempunyai kekhususan, bahwa salah satu dari unsure jaringan pengangkut yang ada terletak di tengah-tengah sedang unsure jaringan pengangkut yang lainnya mengelilingi unsure yang di tengah itu. Dalam hal ini xylem berada di tengah dikelilingi floem atau sebaliknya.
·         Konsentrasi amphikribal
Di sini xilemnya berada di tengah-tengah, sedang floemnya mengelilingi xylem tersebut. Pada tumbuhan yang termasuk pteridophyta atau paku-pakuan umunya mempunyai konsentris amphikribal tersebut.
·         Konsentris amphivasal
Keadaan sel-sel pada floem dan xylem dalam konsentri amphivasal ini adalah sebaliknya dari konsentrasi amphikibral. Di sini floem terdapat di tengah-tengah sedangkan xylem mengelilinginya.
2.2.2 Konsep Stele
     Kata stele berarti tiang atau pilar dan di sini dimaksudkan inti sumbu tumbuhan (akar dan batang) yang terdiri dari system pembuluh dengan parenkim di daerah interfasikuler, celah daun, empulur (bila ada), dan periskel. Stele juga disebut silinder pusat atau silinder pembuluh. Sumbu tumbuhan digambarkan sebagai stele berbentuk pilart di tengah yang dikelilingi korteks yang pada gilirannya ditutup oleh epidermis. Macam-macam stele adalah sebagai berikut :
a.    Protostele
Jenis stele paling sederhana disini adalah haplostele dengan  xylem bundar pada penampang melintang. Jika tepi xylem tidak rata, melainkan berombak, diperoleh aktinostele. Disebut plektostele, seerti pada berbentuk papan dan silinder kecil.
b.    Sifanostele
Karena berongga, stele ini juga disebut solenostele. Sifanostele amflifoik dengan floem disebelah luar dan sebelah dalam silinder floem. Sifonostele ektofloik dengan floem hanya dibagian luar. Sifonostele ektofloik hanya terdapat pada paku.
2.2.3 Perkembangan
     Apeks pucuk merupakan tempat meristem apeks, beserta aringan yang diturunkannya, bnersama-saama menghasilkan dasar tubuh tumbuhan. Teori yang masih diterima adalah yang diusulkan oleh Schmid (1924) yang membagi daerah apeks tengah menjadi dua daerah utama, yakni tunika dan korpus. Tunika yang tebalnya beragam berupa lapisan luar. Pembelahan sel, terutama berlangsung dalam bidang antiklinal. Korpus adalah daera di bawah tunika, dan pembelahan sel terjadi dengan bidang pembelahan menyebar ke semua arah.
Sel apeks sentral pada tunika dan korpus kadang-kkadang lebih besar dengan vakuola lebih besar dibanding dengan yang ada di kedua sisinya, dinamakan pemula tyunika atau korpus. Daera sentral di bawah korpus adalah meristem rusuk yang membentuk deretan sel yang pada tahap lanjut menjadi empulur. Daerah sentral irtu dikelilingi oleh meristem sisi atau perifer yang akan menghasilkan prokambium, kawasan korteks, dan bakal daaun.
A.  Pembentukan Tunas Lateral.
Pada kebanyakan Angiospermae, bakal tunas lateral bertempat adaksial dan aksiler teerhadap bakal daun. Biasanya tunas lateral atau tunas ketiak itu dibentuk sedikit lebih lambat dibandingkan dengan bakal daun yang mendukungnya, umumnya jika bakal daun berrada paada plastokron kedua atau ketiga. Di lapisan luar meeristem apeks terjaadi pembelahan periklinaal. pembelahan ini memisahkan meristem tunas dari sisa apeks dan membentuk apa yang dinamakan daerah cangkang kerang karenaa bentuknya seperti cangkang kerang. Biasanya pembelahan periklinal terjadi dilapisan ketiga. Kemudian, pembelahan dalam bidang lain menyusul dan terjadi suunan organisasi seperti pada pucuk induk dan selanjutnya dapat membentuk bakal daun sendiri. Jika tunas ketia tumbu langsung setelah dibentuk tanpaa ada masa dorman antara pembentukan serta perkembangan itu dinamakan silepsis. Cabangnya disebut cabang sileptik. Jika ada masa istirahat antara pembentukan dan pertumbuhan cabang, maka proses perkembangannya disebut prolepsis dan cabang disebut prilepsis.
B.  Pemanjangan Batang
Meristem apek pucuk menghasilkan organ lateral sseperti daun dan tunas lateral serta meruakan tempat jaringan primer teerdeferensiasi. Sebaliknya, pertumbuhan baatang menjadi panjang dan lebar dilakukan terutama oleh daerah di bawah mristem apeks atau daerah subapikal.
Pada batang yang berdaun normaa, pemanjangan terjadi terutama pada ruas. Pada apeks batang, daun tampak berdekatan satu sama lain sehingga buku dan  ruas tidak terlihat secara terpisah. Kemudian, teerjadi pemanjangan dengaan cepat yang terutama terlihat antara buku sehingga kini ruas kelihatan jelaas. Pertumbuhan ini didaasari oleh pertumbuha jenis meristem rusuk yang meembentuk deretan sel panjang dalam meristem korteks dan empulur dengan pembelahan melintang ssecara berulang-ulang..
Pada taraf llanjut, pembesaran sel juga berlangsung dan akhirnya menggantikan pembelahan sel. Sebagian besar pemanjangan ruas dapat disebabkan pemanjangan sel, namun panjang akhirnya juga dapat ditentukan oleh jumla sel.
Penaambahan tebal sumbu meibatkan pembelhan periklinal dan pembelahan sel dalaam empulur dan korteks. Pada jenis yang memiliki penebalan sekunder, jumlah penebalan primer tiak banyak. Pada dikotil, pertumbuhan penebalan primer meencolok pada empuur atau pada korteks atau tersebar diseluruh sumbu. Beberapa monokotil memiliki pertumbuhan penebalan primer yang amat mencolok pada daerah sempit dekat sisi sumbu dan dinamakan meristem penebalan primer.
Selama penebalan primer, batang menjadi serupa kerucut terbalik oleh karena ruas yang dibentuk kemudian lebih besar daripada yang lebih tua. Jika macam pertumbuha ini berlangsung terus menerus akan terjadi sumbu yang stabil.

2.2.4 Pertumbuhan Sekunder
     Penambahan tinggi yang dicapai oleh pertumbuhan di meristem apeks serig disertai penambahan tebal batang. Penebalan itu disebabkan oleh pertumbuhan sekunder akibat aktivitas cambium pembuluh yang menambah jumlah jaringan pembuluh.
2.2.4.1 Terjadinya Kambium Pembuluh
            Berkas prokambium, vilem primer berdiferensi dari tepi luar ke arah dalam. Seluruh berkas terdiferensi menjadi berkas koleteral dengan xylem dan floem primer. Tumbuhan yang memiliki pertumbuhan sekunder, sebagian prokambium di antara floem, yakni yang terletak di antara floem dan xylem primer, berdiferensiasi menjadi cambium pembuluh. Cambium dalam berkas cambium pembuluh disebut cambium fasikuler, cambium yang dibentuk di daerah perenkim di antara dua berkas yang berdampingan disebut cambium interfaskuler.
            Jika daerah interfasikuler mat uas, pembntukan cambium dimulai d tepi berkas pembuluh secara bertahap meluas tangensial eingga seluruh daerah terisi cambium interfasikuler. Cambium pembuluh membentuk silinder sempuna dan menghasilkan silinder floem dan xylem sekunder dengan system aksian dan radialnya.
2.2.4.2 Jenis Batang
A. Coniferae
     Keadaan primer, batang menun jukkan sejumlah berkas pembuluh yang masing-masing terpisah oleh interfasikuler yang sempit. Cambium pembuluh terdiri dari fasikuler dan interfasikuler membentuk silinder xylem dan floem sekunder. Xylem Vrimer dapat dilihat dekat empulu, namun floem primer sama sekali lenyap. Korteks berisi sluran harsa yang membesar tangensial ketika keliling batang bertambah. Periderm pertama dibentuk di bawa epidermis dan bertahan lama sebelum diganti beberapa tahun kemudian.
B. Dikotil Berkayu
     Daerah interfasikuler  tampak sempit (Salix, Quercus) atau lebih sempit lagi (Tilia).  Jaringan pembuluh sekunder membentuk silinder dan tidak ada jari-jari empulur prmer yang lebar.
     Batas dalam dari xylem sekunder, terdapat xylem prmer yang bergelombang di skeliling empulur. Xylem sekunder memiliki komponen trakea, trakeid, serat dan parenkim xylem. Jari-jari empulur ada yang lebar dan ada yang sempit. Floem sekundar mudah dikenal karena beberapa jari-jari empulur mengalami dilatasi serta karena ada pita yang mengandung pembuluh tapis, sel pengantar dan parenkim. Periderm pertama terjadi di bawah epidermis dan bertahan sampai beberapa athun sehingga kortekpun bertahan. Empulur terdiri dari paenkim dan di dalamnya terdapat sel lendir.
C. Dikotil Basah
     Epidermis batang bertahan pada waktu awal perkambang periderm pertama, yakni di bawah epidermis bersama dengan lentisel. Floem primer menghasilkan serat di batas luar. Floem sekunder juga mengahsilkan serat. Jari-jari dalam jaringan pembuluh sekunder primer tadinya uniserat, anmun kemudian dibentuk multiserat. Empulur mengandung parenkim dan sel lendir.
D. Dikotil Memanjat
     Jari-jari empulurnya yang lebar yang membuat penampakan xylem sekunder seolah-olah terbagi. Cambium fasikular dan cambium interfasikular dibentuk dan berkesinambungan. Cambium interfasikular membentuk parenkim saja sehingga jari-jari empulur yang bersangkutan tetap Nampak jelas dan menjadi lebar. Jari-jari empulur baru tidak bersinambungan dengan yang lama, menyebabkan jaringan empulur nampak terbagi. Protofloem membentuk serat setelah jaringan itu berhenti berfungsi. Korteks terdiri dari kolenkimdan parenkim, keduanya dengan kloroplas. Empulur terdiri dari pati.
     Pada anggur, parenkim pertama tidak terbentuk tepat di bawah epidermis, melainkan pada floem primer, di bawah serat floem primer. Sel pembentuknya adalah sel parenkim metafloem. Jaringan di luar periderm pertama mencakup sebagian foem primer, akan tanggal sebagai satu kesatuan. Periderm berikutnya akan dibentuk pada floem sekunder.
E. Pertumbuhan Sekunder Anomali pada Dikotil
     Bentuk pertumbuha nsekunder pada anomaliberbeda-beda dan terlihat adanya tahapan dengan bentuk normal, namun perilakunya berbeda dari normal. Bila dalam sayatan batang tampak bahwa cambium menghasilkan lebih banyak xylem dripada floem di beberapa tempat tertentu, sedangkan di tempat lain dibentuk lebih banyak floem daripada xlem, akan diperoleh gambaran seperti Passiflora. Pada tumbuhan tertentu seperti Aristolochia terdapat berkas cambium yang hanya membentuk parenkim seperti jari-jari empulur, jumlah ini bertambah dengan meningkatnya keliling cambium.
     Jika aktifitas cambium beerkurang di tempat tertentu, akan teerbentuk b atang yang beralur permukaan. Pada Sapindaceace berbentuk lianan seperti Serjania, cambium mula-mula tampak sebagai berkas terpisah yang masing-masing mengelilingi berkas pembuluh. Pada masa yang lebih tua serta pembentukan verideerm, batang bisa terbagi menjadi beberapa bagian.
     Pada Leptadenia (Asclepiadaceae), Strychnos (Loganiaceae), Thunbergia (Achantaceae), floem dibentuk tidak hanya disebelah luar, namun sekali-sekali juga embentuk floem kea rah dalam. Terjadi berkas floem yang saling beranastomosis dan tertanam di dalam xylem. Pada Bougenvillea (Nyctaginaceae) tidak ada kaambium normal dan berkas pembuluh tetap terpisah satu sama lain. Di sebelaah luar kelompok berkas pembuluh muncul silinder jarinngan meristematik yang akan membentyk berkas pembuluh, dan jaringan di sampingnya sseolah suat kambiuym.
F. Pertumbuhan Sekunder pada Monokotil
Pada banyak monokotil, meristem penebalan primer berhenti kegiatannya dekat di belakang meristem apeks sehingga penebalan selanjutnya terbatas.  Namun, pada palmae penebalan batang yang cukup menonjol terjadi dengan adanya penebalan dan pembesaran sel parenkim dasar. Pada beberapa liliiflorae penebalan batang selanjutnya dicapai dengan pertumbuhan sekunder oleh meristem penebalan sekunder.
     Pada dasarnya meristem penebalan sekunder khusus itu sama dengan meristem penbalan primer dalam hal lokasinya, yakni di daerah periskel dan menghasilkan derivate kea rah radial. Bedanya adalah bahwa meristem penebalan sekunder dibentuk agak jauh dari apeks batang dan berkas pembuluh sekunder sering amfivasaal dan memanjaan radial.
     Berkas pembuluh sekunder berjenis kolaateral atau amfivasal, berseludung sklerenkim, serta tersusun dalam deretan yang cendwrung radial. Meristeem penebalan primer dan sekunder pada monokotil tidak dapaat dianggap homolog engan cambium pembuluh pada dikotil oleh karena susunan derivatnya berbeda sekali. Sebaliknya, pada monokotil berkas pembuluh yang terdiri dari floem dan ilem dibentuk secara sentripetal dan saling terpisah oleh parenkim yang dibentuk disaat yang sama.


2.2      DAUN
2.3.1 Struktur dan Fungsi Daun
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.
A.  Struktur Daun
Struktur daun dapat  kita bedakan menjadi dua yaitu morfologi (struktur luar) daun dan anatomi (struktur dalam) daun.
a.    Morfologi (Struktur Luar) Daun
Pada umumnya daun berwarna hijau. Warna hijau daun itu disebabkan oleh kandungan kloroplas di dalam sel-sel daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil. Secara morfologi, pada umunya daun memiliki bagian-bagian antara lain helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun terdapat bagian yang menempel dengan batang yag disebut pangkal tangkai daun. Pada daun tubuhan monokotil, pangkal daun berbentuk pipih dan lebar serta membungkus batangnya. Pangkal daun itu disebut juga pelepah daun. Contoh pelepah daun terdapat pada tumbuhan pisang dan talas.
Daun yang memiliki ketiga bagian daun yaitu pelepah daun, tangkai daun, dan helaian daun disebut juga daun sempurna. Tetapi daun yang tidak memiliki 1 bagian daun atau lebih disebut daun tidak sempurna.
Pada umumnya tumbuhan dikotil memiliki tulang daun menyirip atau menjari. Sedangkan tembuhan monokotil memiliki daun dengan tulang daun sejajar atau melengkung.
b.    Anatomi (Struktur Dalam) Daun
Pada dasarnya, anatomi daun dengan batang itu sama jika diamati dibawah mikrosop akan tampak bagian-bagian mulai dari atas yaitu epidermis, jaringan tiang (palisade), jaringan bunga karang (spons) dan berkas pembuluh angkut daun.
1.    Epidermis daun
Epidermis Daun merupakan lapisan terluar dari daun bagian atas dan bawah. Epidermis daun terdiri dari saru lapis sel-sel epidermis yang tidak memiliki ruang antarsel. Epidermis daun berfungsi untuk melindungi bagian atas maupun bawah daripada sel tersebut. Untuk mencegah penguapan air yang berlebihan, umumnya dan memiliki lapisan lilin atau rambut-rambut halus. Diantara sel-sel epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang berfungsi sebagai pertukaran gas. Stomata umumnya terdapat pada bagian bawah daun tetapi letak stomata tumbuhan air terdapat di bagian atas daun.
2.    Jaringan Mesofil
Jaringan Tiang adalah kumpulan sel-sel berbentuk silindris, tegak, tersusun rapat, dan mengandung kloroplas. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruangan antar sel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien. Jaringan bunga karang (spons) adalah jaringan yang berbentuk tidak teratur dan ada ruang antarsel.  Jaringan yang tidak rapat ini berfungsi untuk menampung karbon dioksida untuk proses fotosintesis.
3.    Berkas pembuluh angkut
Berkas Pembuluh Angkut terdapat di dalam tulang-tulang daun. Sistem tulang daun merupakan lanjutan dari sistem jaringan pembuluh angkut batang atau cabang dan pembuluh angkut akar. Bagian tersebut merupakan cabang dari silinder pusat yang merupakan cabang dari silinder pusat batang. Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.
B.   Fungsi Daun
Daun merupakan salah satu bagian penting pada tumbuhan karena fungsi-fungsinya seperti tempat terjadinya fotosintesis, tranpirasi,dan sebagai alat pernapasan. Pada beberapa jenis tumbuhan daun juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.
  1. Tempat fotosintesis. Fungsi utama dari daun adalah sebagai tempat fotosintesis. Berawal dari air diserap oleh akar dan berlanjut sanpai daun. Air dan mineral kemudian masuk ke jaringan mesofil daun terutama ke jaringan palisade. Air digunakan untuk fotosintesis dan sebagian lagi untuk proses penguapan. Hasil fotosintesis berupa gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan melalui stomata daun dan sebagian dipakai untuk respirasi sel-sel di daun.
  2. Tempat tranpirasi tumbuhan.  Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat berlangsung di batang, tapi pada umumnya terjadi di daun. Melalui transpirasi, air dan tumbuhan dalam bentuk uap air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya transpirasi menyebabkan air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi terus menerus. Selain itu, transpirasi juga berfungsi sebagai pengatur suhu tumbuhan. Kecepatan transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal(dalam) dan eksternal(luar). Faktor-faktor dalam yang mempengaruhi antara lain ukuran daun, jumlah stomata, ada todaknya lapisan lilin pada permukaan daun, dan banyak sedikitnya bulu-bulu (trikoma) pada permukaan daun. Faktor luar yang mempengaruhi antara lain suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan keadaan air di dalam tanah. Saat udara lembab transpirasi pada tumbuhan terganggu. Dalam keadaan tersebut tumbuhan mengeluarkan kelebihan air tersebut dalam bentuk tetesan-tetesan air yang dapat kita pada saat pagi hari. Peristiwa penetesan air itu disebut juga gutasi atau penetesan.
  3. Alat respirasi (pernapasan). Melalui stomata oksigen dari luar masuk ke dalam tumbuhan. Oksigen yang masuk digunakan tumbuhan untuk melakukan respirasi. Respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang terkandung dalam makanan. Melalui proses itu juga tumbuhan menghasilkan karbon dioksida dan uap air yang dikeluarkan melalui stomata daun.
4.      Tempat Terjadinya Gutasi. Gutasi adalah proses pelepasan air dari jaringan daun dalam bentuk cair. Gutasi terjadi melalui lubang-lubang pengeluaran yang terdapat pada bagian tepi daun sebagai bagian dari proses pengeluaran kelebihan air sebagai sisa metabolisme, khususnya pada saat pengeluaran dengan cara transpirasi (penguapan) tidak efektif, misalnya pada malam hari. Gutasi dapat diamati pada pagi hari dan dapat disalahartikan sebagai embun. Ia terlihat sebagai tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur, sesuai dengan lokasi lubang pengeluaran.
  1. Alat perkembangbiakan vegetatif. tumbuhan cocor bebek sering dipakai menjadi tanaman hias dan yang menarik perhatian adalah daunnya yang menjadi alat perkembangbiakan vegetatif. Pada daun tumbuhan seperti cocor bebek ini, dapat menghasilkan individu baru sehingga daun ini berfungsi sebagi alat perkembangbiakan vegetatif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan biasanya berkembang dibawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di luar tanah. Bagi tumbuhan akar memiliki beberapa kegunaan, antara lain, untuk menyerap air dan zat hara, untuk menunjang berdirinya tumbuhan, serta untuk menyimpan cadangan makanan.
Susunan jaringan primer dalam akar terdiri dari Tudung akar, epidermis, korteks akar, eksodermis, endodermis, dan silinder pembuluh atau silinder pusat.
Epidermis dan korteks pada sejumlah besar tumbuhan sering berasosiasi dengan fungi (jamur) tanah. Asosiasi antara hifa jamur dan akar muda tumbuhan tinggi dikenal dengan mikoriza (Yunani: Mykes, jamur: rhiza, akar) sedangkan Bintil akar merupakan asosiasi akar dengan bakteri penambat nitrogen udara (Rhizobium) yang berguna bagi tumbuhan.
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjad tunas terminal.
Susunan jaringan pada batang tidak jauh berbeda pada susunan jaringan pada akar, yakni terdiri dari epidermis, korteks dan empulur, dan system jaringan pembuluh yang terdiri dari xylem dan floem. Fungsi xylem yang merupakan bagian dari jaringan pengangkut jadi hanya akan melangsungkan pengangkutan air dan zat-zat mineral (hara) dari bagian bawah (akar) ke bagian atas (daun-daunan) sedangkan fungsi floem mengangkut dan menyebarkan zat-zat makanan yang merupakan hasil fotosintesis dari bagian atas (daun) ke bagian-bagian lain yang ada di bawahnya atau di atasnya.
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun. Pada dasarnya, anatomi daun dengan batang itu sama jika diamati dibawah mikrosop akan tampak bagian-bagian mulai dari atas yaitu epidermis, jaringan tiang (palisade), jaringan bunga karang (spons) dan berkas pembuluh angkut daun.
Daun merupakan salah satu bagian penting pada tumbuhan karena fungsi-fungsinya seperti tempat terjadinya fotosintesis, tranpirasi,dan sebagai alat pernapasan. Pada beberapa jenis tumbuhan daun juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga
Estiti, Bambang. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
Sutrian, Yayan. 2004. Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta: Rineke Cipta

2 comments:

Unknown said...

kang bisa ijin copy

al-amin said...

kang bisaijin copy

Post a Comment