Saturday 14 January 2012

Makalah : Keputusan Genetically Modified Organism (GMO) yang di Tinjau dari Pandangan Bioetika


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa (Tjokronegoro, 2008).
Teknologi DNA atau rekayasa genetika merupakan kesinambungan dari proses yang terjadi secara alami di alam dengan menggunakan sains dan teknologi baru. Genetically Modified Organism (GMO) atau organisme transgenic merupakan organisme yang telah mengalami modifikasi bahan genetik, sehingga secara sederhana semua organisme merupakan GMO karena dalam proses reproduksinya terjadi pencampuran bahan genetik kedua inangnya. Organisme yang berreproduksi dengan membelah diri juga mengalami modifikasi terutama dari proses mutasi dan transfer gen. Saat ini pengertian GMO telah bergeser menjadi organisme yang telah mengalami modifikasi bahan genetik dengan menggunakan teknologi DNA.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian Genetically Modified Organism (GMO)?
2.    Bagaimana dampak positif dan negatif Genetically Modified Organism (GMO)?
3.    Bagaimana implikasi Genetically Modified Organism (GMO) terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Mengetahui pengertian Genetically Modified Organism (GMO).
2.    Mengetahui pro dan kontra Genetically Modified Organism
3.    Mengetahui implikasi Genetically Modified Organism (GMO) terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genetically Modified Organism (GMO)
Pangan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies. Yang termasuk pangan hasil rekayasa genetika antara lain: hewan transgenik, bahan asal hewan transgenik dan hasil olahannya, ikan transgenik, bahan asal ikan transgenik dan hasil olahannya, tanaman transgenik, bagian-bagiannya dan hasil olahannya, serta jasad renik transgenik (Koswara, 2007).
Tanaman transgenik dibuat membuat gen yang telah diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Secara sederhana Brown (1990) menguraikan perakitan tanaman transgenik sebagai berikut: 1) isolasi gen atau DNA target yang membawa sifat tertentu dari bakteri tertentu atau tanaman lain yang mempunyai sifat yang diinginkan, 2) ligasi DNA target ke dalam vektor sehingga terbentuk DNA rekombinan, 3) transformasi vektor (DNA rekombinan) pada bakteri tertentu dengan tujuan untuk memperbanyak kopi DNA rekombinan, dan 4) penyisipan vektor dan DNA target ke dalam sel tanaman yang dikehendaki yang tidak mempunyai sifat tersebut.
 
2.2 Pro Genetically Modified Organism (GMO)
Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk. GMO adalah mahluk hidup yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui rekayasa genetis. Secara mudah dapat dipahami bahwa dengan rekayasa genetis, ”komponen” mahluk hidup ”dibuah”, disesuaikan, sehingga menjadi lebih unggul, semisal tahan hama, tahan penyakit, dan lebih banyak menghasilkan panen, atau menambah ”gemuk” hewan ternak. Sebagai contoh, tanaman jagung yang mudah terserang hama, melalui rekayasa genetis, dapat di ”silangkan” dengan jenis bakteri yang dapat ”melawan” hama tersebut, sehingga menjadi tanaman jagung type baru yang tahan hama (Koswara, 2007).
Kelompok pro-GMO bersikeras berpendapat bahwa tanaman transgenik dan produk olahannya aman dan menguntungkan dan patut dimasyarakatkan produk transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgnik yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik tahan hama, memiliki keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. AS sebagai negara produsen tanaman transgenik terbesar (68% dari total areal transgenik dunia), terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Di Indonesia, meski tidak tercatat sebagai produsen tanaman transgenik, kenyataannya beberapa jenis komoditas transgenik sudah tumbuh di Tanah Air. Sejak diterbitkan SK Mentan (No. 856/Kpts/HK330/9/1997), menurut Hari Hartiko (2000), di Indonesia sudah ditanam 10 tanaman transgenik, antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah, kapas (2 macam), kakao, kedelai, padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang. Sejauh ini pengujian tanaman transgenik oleh Deptan masih terbatas pada pengamatan secara fisik. Selain keempat komoditas utama (jagung, kedelai, kapas, dan kanola), di dunia ini sudah beredar tanaman transgenik lain, meski masih relatif sedikit jumlahnya , seperti kentang, labu, pepaya, melon, tomat, dan tanaman yang direkayasa agar tahan virus, awet segar, dan bernilai gizi tinggi.
Tanaman transgenik yang sudah berhasil dilepas di lapangan mempunyai banyak manfaat terutama di bidang pertanian. Tanaman transgenik yang tahan terhadap insekta, herbisida, dan toleran terhadap lingkungan secara langsung berperan dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dapat dipahami karena tanaman dapat sintas menghadapi tekanan lingkungan, sehingga semua fase kehidupannya dapat dilalui dengan baik. Tanaman transgenik yang tahan terhadap insekta akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida. Pengurangan pemakaian pestisida sama artinya dengan tidak memasukkan bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Dalam kasus ini tanaman transgenik mampu meningkatkan keramahan terhadap lingkungan.
Keberhasilan perakitan tanaman transgenik yang mempunyai kadar zat gizi tinggi, masa simpan produk lebih lama, dan penampilan produk lebih baik menyebabkan mutu produk secara keseluruhan lebih baik. Mutu produk yang baik memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Dalam hal pelestarian hayati sudah ada contoh nyata bahwa organisme transgenik justru menjadi penyelamat terhadap kepunahan suatu spesies. Pohon chesnut (Castanea dentata) pada mulanya merupakan tanaman dominan yang tersebar luas di Amerika Utara. Serangan cendawan Cryphonectria parasitica telah menghancurkan tanaman hingga ambang kepunahan. Saat ini telah dilakukan rekayasa genetika sehingga kromosom C. parasitica mengandung gen dari mycovirus sehingga keganasannya berkurang (hypovirulent). C. parasitica transgenik tersebut sangat membantu dalam menangkal serangan C. parasitica liar di alam, sehingga dapat menyelamatkan tanaman chesnut dari kepunahan (Suwanto, 2000).

2.3 Kontra Genetically Modified Organism (GMO)
Sedangkan resiko yang perlu diperhatikan dari pengembangan GMO antara lain kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, dikuatirkan dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi (Koswara, 2007).
Menurut dokumentasi dari Smith dalam buku Seeds of Deception dan Genetik Roulette, setidaknya 65 risiko kesehatan serius dampak dari mengkonsumsi produk GMO, yang dijabarkan sebagai berikut.
·         Keturunan tikus diberi makan kedelai transgenik menunjukkan peningkatan lima kali lipat resiko kematian, bayi yang di lahirkan tidak cukup berat badan, ketidakmampuan bereproduksi
·         Tikus jantan yang diberi makan kedelai Transgenik, mengalami kerusakan sel-sel sperma muda
·         Dapat merubah Fungsi DNA dari Embrio Tikus yang di berikan makan Kedele Transgenik (GMO)
·         Beberapa petani di AS telah melaporkan masalah kemandulan atau kesuburan antara babi dan sapi yang diberi makan Varietas Jagung GMO
·         Penyidik di India telah mendokumentasikan masalah kesuburan, aborsi, kelahiran prematur, dan masalah kesehatan serius, termasuk kematian, di antara kerbau yang diberi makan biji kapas GMO .
·         Hewan yang mengkonsumsi makanan GMO mengalami pendarahan perut, berpotensi bertumbuhnya sel pra-kanker, kerusakan organ dan sistem kekebalan tubuh, peradangan ginjal, masalah dengan darah, sel hati, dan kematian yang tidak dapat dijelaskan.
·         Alergi terhadap kedelai telah meningkat setelah pengenalan cara menanam dengan metode GMO / Kedelai Transgenik
·         Gen dari tanaman GMO men transfer bakteri usus manusia, yang mungkin akan mengubah flora usus Anda menjadi “hidup seperti pabrik pestisida”
Tidak seorang pun yang mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi pada produk akhir ketika Anda menyambung gen baru (proses mutasi genetik) dan kemudian mengkonsumsi produk hasil mutasi tersebut selama berapa generasi. Satu-satunya hal yang dijamin adalah bahwa hal itu akan menciptakan efek samping yang mengejutkan. Namun, menurut penelitian Smith, bahwa antara tahun 1994 dan 2001 – saat yang bersamaan dengan produk GMO’s membanjiri pasar – penyakit yang berhubungan dengan makanan meningkat dua kali lipat. Produk Hasil GMO dapat menyebabkan alergis, toxic, karsinogenik /potensi kanker, dan anti-gizi. Di sisi lain, banyak yang beranggapan bahwa keberadaan produk ini dikhawatirkan menimbulkan dampak yang merugikan bagi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati serta kesehatan manusia.
Sedangkan menurut Yayasan IDEP Foundation GMO menyebabkan berbagai dampak negative dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya:
1.    Dampak GMO bagi pertanian
·         Hasil panen lebih rendah
     Laporan hasil penelitian menunjukkan hasil panen tanaman transgenik tidaklah seperti yang dijanjikan oleh perusahaan, dan bahkan untuk tanaman tertentu lebih rendah dibanding varietas biasa.
·         Biaya produksi lebih tinggi
    Harga benih transgenk jauh lebih mahal disbanding benih hibrida maupun varietas lokal. Selain itu, seringkali petani terpaksa juga harus membeli paket pestisida dan pupuk tambahan.
·         Peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian
    Sebagian besar tanaman transgenik (tahan herbisida) diciptakan agar petani menggunakan lebih banyak herbisida di lahannya. Ada pula kasus lain dimana tanaman transgenik tahan hama (tanaman Bt) justru membutuhkan lebih banyak insektisida.
·         Hilangnya varietas lokal
    Seperti halnya kasus pemasyarakatan tanaman hibrida secara besar besaran, penggunaan benih transgenik juga dapat menyebabkan hilangnya varietas-varietas lokal. Petani tidak akan lagi melestarikan benih lokalnya. Di samping itu, tanaman transgenik dapat mencemari varietas lokal yang telah ada.
·         Memicu pertanian monokultur yang tidak berkelanjutan
    Penanaman tanaman transgenik secara luas akan menciptakan system pertanian monokultur yang sejarah telah membuktikan tidaklah berkelanjutan dan beresiko tinggi secara ekonomi (petani menjadi tergantung pada harga saat panen raya), maupun secara ekologi (ledakan hama dan penyakit).
·         Hilangnya organik Bt semprot
    Salah satu pilihan petani organik dalam penyemprotan hama adalah dengan menggunakan tanaman Bt (Bacillus thuringiensis). Menggunakan gen Bt akan mengakitbatkan hama menjadi kebal terhadapnya dan menyebabkan petani organik tak punya pilihan lain.
·         Perawatan yang rumit
    Untuk mencegah terjadinya kekebalan hama, penanaman tanaman transgenik Bt harus dilakukan dengan strategi tertentu dimana setidaknya 25% dari lahan petani harus ditanami varietas biasa. Sehingga hal ini menyebabkan pengolahan lahan menjadi lebih rumit.
2.    Dampak GMO bagi lingkungan
·         Polusi genetika
    Angin, hujan, burung, lebah, dan serangga penyerbuk lainnya dapat menyebarkan serbuk sari tanaman transgenik ke lahan sekitarnya, mencemari DNA tanaman organik dan non-transgenik petani lainnya.
·         Dampak negatif pada ekologi tanah
    Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt dapat mempengaruhi mikroba berguna dalam tanah. Gen tanaman transgenik dapat berpindah ke mikroba tersebut dan mempengaruhi ekologi dan kesuburan tanah.
·         Gulma super
    Tanaman transgenik yang tahan herbisida berpotensi untuk menyerbuki gulma sejenis di sekitarnya. Gulma ini kemudian berkembang menjadi tahan herbisida sehingga akan diperlukan bahan kimia yang lebih beracun lagi untuk mengendalikannya.
·         Hama super
    Karena siklus hidup yang pendek, hama serangga dikenal dapat dengan cepat mengembangkan kekebalan tubuhnya terhadap insektisida. Akankah hal yang sama juga akan terjadi pada tanaman transgenik yang menghsilkan racun sendiri, seperti misalnya tanaman transgenik Bt.
·         Virus tanaman baru yang lebih berbahaya
    Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik yang tahan virus dapat menyebabkan virus-virus tersebut bermutasi menjadi virus baru yang lebih ganas. Hal ini berpotensi untuk menyebabkan bencana yang lebih parah jika virus tersebut terus menerus bermutasi, mengakibatkan penyakit tanaman enjadi lebih sulit ditangani.
·         Dampak pada serangga dan hewan yang tidak mengganggu
    Penelitian mulai menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt berefek merugikan pada berbagai serangga dan burung. Ada pula laporan kontroversial yang menyatakan bahwa tanaman transgenik telah berdampak buruk pada jumlah kupu-kupu tertentu.
·         Hilangnya keanekaragaman hayati
    Belum jelas bagaimana tanaman transgenik akan berinteraksi dengan mahluk hidup lain yang telah ada. Tanpa pengujian yang memadai, keaneka-ragaman lokal dan dunia dalam bahaya. Pencemaran gen terhadap jenis lain dalah kemungkinan pasti. Selain itu masih banyak lagi yang belum diketahui. Ini adalah juga sebuah hal besar.
·         Efek negatif pada ekologi hutan yang ditanami pohon transgenik
    Pohon transgenik dirancang untuk tumbuh dengan sangat cepat. Oleh karenanya mereka akan bersaing dengan pohon asli lain yang telah ada, dan merebut unsur hara, air dan sinar matahari yang tersedia. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan total ekologi hutan dimana pohon tersebut hidup.
3.    Dampak GMO bagi kesehatan
·         Keracunan makanan transgenik
    Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan adalah sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah satu merek makanan suplemen yang mengandung bahan transgenik telah mengakibatkan kematian 37 warga Amerika dan memperparah penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah menderita sakit sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999, penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik yang tersisipi DNA suatu tanaman dan virus ‘’Cauliflower Mosaic Virus’’ (penunjang virus yang biasa digunakan dalam pembuatan tanaman transgenik), adalah beracun bagi mamalia.
·         Meningkatnya resiko kanker
    Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone (rBGH) transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat memproduksi lebig banyak susu. Susu serta produk-produk olahannya dapat menyebabkan gangguan pada jaringan payudara dan prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk samping hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung menyebabkan resiko kanker.
·         Alergi terhadap makanan
    Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan transgenik dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra-pemasaran yang ketat sangatlah penting untuk melindungi kesehatan masyarakat umum. Hukum pelabelan atas produk makanan transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan dapat menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak balik sumber bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi makanan transgenik.
·         Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan
    Kandungan zat-zat yang berguna untuk mencegah penyakit jantung dan kanker pada kedelai transgenik malahan lebih rendah dibanding kedelai tradisional. Hasil penelitian ini dan yang lainnya, termasuk penelitian Dr. Pusztai, menunjukkan bahwa makanan transgenik cenderung lebih rendah kualitas dan kandungan nutrisinya.
·         Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotika
    Proses pembuatan produk transgenik seringkali dilakukan dengan menggunakan gen ‘’penanda’’ yang bersifat antibiotik. Gen penanda ini berfungsi sebagai tanda untuk menunjukkan apakah gen yang ditransfer/ dipindahkan sudah berhasil menyatu dengan inangnya atau tidak. Beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa gen penanda yang tahan antibiotic ini tanpa diduga dapat menyatu dengan kuman penyebab penyakit, baik di alam bebas maupun di dalam perut hewan ataupun manusia yang mengkonsumsi makanan trasgenik. Jika ini terjadi, akan menyebabkan bencana kesehatan bagi manusia dimana penyakit menjadi tahan antibiotic sehingga tak dapat diobati lagi dengan antibiotik biasa dan menyebabkan pembuatan obat yang lebih keras lagi.
·         Menigkatnya kandungan residu pestisida pada makanan
    Perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak di bidang bioteknologi ini adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan kimia yang memproduksi dan menjual racun kimia pestisida. Perusahaan-perusahaan ini merekayasa gen tanaman sehingga menjadi tahan terhadap herbisida yang mereka buat sehingga mereka dapat menjual lebih banyak herbisida lagi kepada petani yang akhirnya memaksa petani harus menggunakan lebih banyak herbisida lagi untuk mengendalikan gulma.
4.    Dampak GMO bagi dunia perekonomian
·         Diperkirakan berbahaya, beberapa negara telah mengatur dan menolak produk transgenik, sehingga menutup pasar ekspor transgenik.
·         Produk bebas-transgenik memperoleh harga yang lebih baik di pasar internasional.
·         Perusahaan transgenik memonopoli sistem produksi pangan.
·         Perubahan pasar internasional atas produk minyak pangan.

2.3 Kajian GMO dan Cara Menyikapinya dari Segi Bioetika
Kemajuan di bidang ilmu hayati seperti biologi molekuler, genetika molekuler, dan rekayasa genetika pada abad ke-20 telah dikemas menjadi suatu teknologi canggih yang disebut dengan bioteknologi. Salah satu keunggulan bioteknologi adalah kemampuannya mengubah suatu sifat organisme menjadi sifat baru seperti yang dikehendaki. Perkembangan bioteknologi terkini telah memasuki tahap pemasaran GMO (Genetically Modified Organism) yang lebih dikenal dengan teknologi transgenik. Perakitan tanaman transgenik dapat diarahkan untuk memperoleh kultivar tanaman yang memiliki produksi tinggi, nutrisi dan penampilan berkualitas tinggi, maupun resistensi terhadap hama, penyakit dan cekaman lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik rekayasa genetika dapat disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke dalam genom lain tidak mengenal batas jenis maupun golongan organisme. Melihat potensi manfaat yang dapat disumbangkan, pendekatan GMO sebagai produk sains dan teknologi dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju (Zohrah 2001; Suranto 1999).
Perkembangan revolusi genetika yang begitu pesat memberi peluang sangat besar terjadinya perubahan-perubahan di masa mendatang yang akan berpengaruh besar terhadap dunia sains-teknologi dan peradaban manusia. Dengan ditemukannya GMO, sains dan teknologi menjadi lebih berkembang dan mendorong para ahli sains untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang bioteknologi.
Menurut Moeljopawiro (2002) bioetika adalah etika yang terkait dengan kehidupan yang pertanggungjawabannya dua arah yaitu vertikal dan horizontal, kepada Yang Maha Pencipta dan kepada sesama manusia. Sukara (2002) menambahkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat seakan-akan berlangsung secara otomatis dan tidak tergantung kepada kemauan manusia, sehingga seolah-olah kemajuan ilmu pengetahuan tadi tidak memperhatikan aspek etika. Akibatnya pada saat teknologi akan diterapkan sering mendapatkan reaksi negatif dari kalangan masyarakat.
Selain masalah sikap pro dan kontra yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan lingkungan, penggunaan tanaman transgenik juga menimbulkan masalah sosial-religius, menyangkut boleh tidaknya dikonsumsi menurut ajaran agama masing-masing, masalah etika, masalah ekonomi-politik yang harus dikaji secara mendalam. (Cahyadi, 2006). Seperti telah disampaikan di latar belakang, bahwasanya penggunaan produk transgenik juga berkaitan erat dengan etika pangan dan etika pembahasan mengenai penggunaan tanaman transgenik tidak lagi hanya berupa keamanan pangan, melainkan juga mempertimbangkan hak konsumen dan dampak lingkungan dari pengembangan dan komersialisasi GMO. Untuk itu pada bagian ini akan dipaparkan pandangan atau kajian dari aspek bioetika.
Bioetika pada dasarnya membahas etika atau moral yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan. Pada awalnya bioetika dikemukakan oleh V.P. Potter dan merupakan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Namun dalam perkembangannya, bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu atau nilai etika yang timbul karena perkembangan iptek dan biomedis (Fitmawati, dkk, 2002).
Dalam pengkajian ini, maka terlebih dahulu kita melihat pada makna dasar dari tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan salah satu produk bioteknologi. Secara aksiologis, bioteknologi adalah teknik yang mengubah suatu bahan mentah melalui proses transformasi biologi untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat demi kelangsungan hidup manusia sepanjang hayatnya dengan tujuan akhir agar manusia dapat survive. Dengan adanya bioteknologi, juga memudahkan manusia dalam mengolah pertanian, dengan lahan yang sempit, ternyata tanaman yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas dari segi ukuran, rasa, mutu, serta tahan hama penyakit. Sedangkan di bidang kesehatan, sudah jelas dapat mengatasi penyakit dengan melakukan pengubahan terhadap susunan gen-gen yang termutasi. Produksi hormon insulin untuk pengidap diabetes mellitus juga adanya pra-Implantasi Genetik Diagnosis yang memungkinkan stem cells memproduksi sel-sel yang diacu karena kekurangan. Dengan kecerdasan, maka manusia dapat mencari dan mengembangkan ilmu, termasuk bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman setinggi-tingginya demi kesejahteraan manusia sendiri. Hal ini sesuai fitrah bahwa semua yang ada dalam diri adalah pemberian-Nya, maka ilmu pengetahuan pun akan dapat sejalan dengan etika dan moral.
Namun setinggi apapun keilmuan kita, dan keinginan untuk mengembangkan ilmu, masih ada tanggung jawab moral kita yang harus diemban terhadap umat manusia dan lingkungan (alam). Seperti telah dikemukakan di atas, masih banyak pro dan kontra yang berkaitan dengan penggunaan tanaman transgenik yang berkaitan dengan bidang kesehatan, lingkungan, ekonomi, budaya dan politik. Hal tersebut hendaknya menjadikan ilmuwan menjadi arif dalam menyikapi penggunaan tanaman transgenik ini. Penggunaan tanaman transgenik yang menyebabkan penyakit pada diri manusia, hendaknya dihentikan, meskipun berkaitan dengan penelitian dan kemajuan ilmu bioteknologi, hal tersebut merupakan tantangan. Selain bertanggungjawab terhadap kesehatannya, manusia juga masih memilki tanggung jawab yang besar terhadap alam. Karena manusia hidup dari hubungan saling bergantung dengan alam. Apabila alam punah, apabila plasma nutfah yang ada di alam lenyap, maka bisa dipastikan manusia juga akan lenyap. Penggunaan dan distribusi besar-besaran  tanaman transgenik tanpa meneliti resikonya terhadap alam secara mendetail menyebabkan manusia menjadi tidak beretika terhadap alam. Industrialisasi tanaman transgenik yang tergesa-gesa, karena ingin mencapai kesejahteraan, sehingga mengesampingkan semua pertimbangan di atas juga tidak beretika. Karena efek domino yang ditimbulkan dalam jangka panjanglah yang harus dikaji dan diputuskan bagaimana penggunaannya.
Mengutip pernyataan Nasoetion (1998 dalam Fazari, 2006) secanggih apapun teknologi pastilah akan berdampak terhadap lingkungan. "Setiap waktu ilmuwan akan mengadakan penelitian dia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Dia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dapat dikuasainya hanyalah sebagian kecil saja dari Al-Ilm, ilmu yang dikuasai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dan bahwa ia hanya pesuruh-Nya di bumi ini yang diminta untuk menjaga keseimbangan antara mahluk yang ada di bumi ini", merupakan suatu falsafah yang baik tentang bagaimana kita menyikapi pengembangan ilmu dalam bidang rekayasa genetika (tanaman transgenik) ini.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pangan hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu spesies.
GMO banyak menuai pro dan kotra. Kalangan pro GMO menyatakan rekayasa genetika merupakan salah satu teknologi yang potensial sebagai alternatif pemecahan masalah pangan dunia untuk menghasilkan tanaman transgenik. Tanaman transgenik telah banyak dilepas sebagai tanaman pangan dengan tujuan seperti tahan insekta, tahan herbisida, mengandung vitamin dan gizi tinggi, tahan penyimpanan jangka panjang, dan sebagainya. Sampai saat ini fakta menunjukkan bahwa kelompok tanaman ini telah memberi banyak manfaat khususnya dalam dunia pertanian karena memiliki produktivitas dan kualitas tinggi serta lebih ramah lingkungan. Sedangkan kalangan yang kontra GMO berpendapat bahwa tidak ada teknologi tanpa resiko, begitu juga dengan tanaman transgenik. Adanya resiko ini menimbulkan kekhawatiran pada kelompok tertentu diantaranya kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, menurunnya biodiversitas, timbulnya masalah perekonomian petani, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, terbentuknya senyawa toksik, dan allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Brown, T.A. 1990. Gene Cloning.. London: Chapman and Hall.
Hartiko, Hari. 2000. Diskusi Pakar dalam Memperingati Hari Hak-hak Konsumen Sedunia Tahhun 2000. Jakarta, 2 Maret 2000.
Koswara, 2007. Labelisasi dan Deteksi GMO. ( http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr264042.pdf, diakes 1 Desember 2011).
Matsui, S., S. Miyazaki and K. Kasamo. 1997. The Biosafety Result of Field Test of Genetically Modified Plants and Microorganisms. Jepang: Japan International Risearch Centre for Agricultural Sciences (JIRCAS).
Moeljopawiro, S.2002. Bioetika Penelitian Pertanian. Jakarta Pusat: Perlindungan Varietas Tanaman.
Muladno, M.S.A. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta: Litera Antarnusa.
Rifai, A.M. 2002. Bioetika dan Kode Etika Biologiwan. Dalam Diskusi Panel Bioetika : Bagian Keseharian Ilmuwan. Dewan Riset Nasional. Bogor : LIPI.
Suharsono, S. 2000. Prinsip Rekayasa Genetika Pelatihan Teknik Pengklonan Gen dan Pengurutan DNA. Bogor.
Sukara, E. 2002. Pentingnya Bioetika Sebagai Kendali dan Arah Bagi Kemajuan Biosains : Beberapa Studi Kasus Yang Harus Dicermati. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Suranto, S. 1999. Krisis Pangan Dunia dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul untuk Mengatasinya. Hayati. 6(2): 47-50.
Suwanto ,A. 2000. Tanaman Transgenik : Bagaimana Kita Menyikapinya?. Hayati. 7(1):26-30.
Tjokronegoro, Harijono A. 2008. Teknologi dan Peningkatan Kesejahteraan Bangsa, (Online), (http://mgb.itb.ac.id, diakses 14 Mei 2010).
Yayasan IDEP Foundation GMO. Keterangan/Fact Sheet mengenai Genetically Modified Organism, (Online), (http://124.81.86.180/publikasi/ ip023093. pdf, diakses 14 Mei 2010).
Zohrah. 2001. Bioteknologi dan Biosefti. Dalam Rampak Serantau. Sariyan, A (Ed.). Brunei Darussalam: Pusat Fotostat Hulu Kelang.

0 comments:

Post a Comment