BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu
pengetahuan atau sains dan teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk
menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta isinya, serta digunakan
sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya untuk
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang
melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention),
melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa (Tjokronegoro, 2008).
Teknologi DNA
atau rekayasa genetika merupakan kesinambungan dari proses yang terjadi secara
alami di alam dengan menggunakan sains dan teknologi baru. Genetically Modified
Organism (GMO) atau organisme transgenic merupakan organisme yang telah mengalami
modifikasi bahan genetik, sehingga secara sederhana semua organisme merupakan
GMO karena dalam proses reproduksinya terjadi pencampuran bahan genetik kedua
inangnya. Organisme yang berreproduksi dengan membelah diri juga mengalami
modifikasi terutama dari proses mutasi dan transfer gen. Saat ini pengertian
GMO telah bergeser menjadi organisme yang telah mengalami modifikasi bahan
genetik dengan menggunakan teknologi DNA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Genetically
Modified Organism (GMO)?
2.
Bagaimana dampak
positif dan negatif Genetically Modified Organism (GMO)?
3.
Bagaimana
implikasi Genetically Modified Organism (GMO) terhadap dunia
sains-teknologi dan kehidupan manusia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian Genetically Modified
Organism (GMO).
2. Mengetahui pro dan kontra Genetically Modified
Organism
3. Mengetahui implikasi Genetically Modified
Organism (GMO) terhadap dunia sains-teknologi dan kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Genetically Modified
Organism (GMO)
Pangan hasil rekayasa
genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau
produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui
proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern
dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan
gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun
memodifikasi gen-gen dalam satu spesies. Yang termasuk pangan hasil rekayasa
genetika antara lain: hewan transgenik, bahan asal hewan transgenik dan hasil
olahannya, ikan transgenik, bahan asal ikan transgenik dan hasil olahannya,
tanaman transgenik, bagian-bagiannya dan hasil olahannya, serta jasad renik
transgenik (Koswara, 2007).
Tanaman transgenik dibuat membuat gen yang
telah diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman.
Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat
dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini
kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman
transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain
ke tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Secara sederhana Brown (1990) menguraikan
perakitan tanaman transgenik sebagai berikut: 1) isolasi gen atau DNA target
yang membawa sifat tertentu dari bakteri tertentu atau tanaman lain yang
mempunyai sifat yang diinginkan, 2) ligasi DNA target ke dalam vektor sehingga
terbentuk DNA rekombinan, 3) transformasi vektor (DNA rekombinan) pada bakteri
tertentu dengan tujuan untuk memperbanyak kopi DNA rekombinan, dan 4)
penyisipan vektor dan DNA target ke dalam sel tanaman yang dikehendaki yang
tidak mempunyai sifat tersebut.
2.2 Pro Genetically Modified Organism (GMO)
Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika
antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk,
memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk.
GMO adalah mahluk hidup yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui
rekayasa genetis. Secara mudah dapat dipahami bahwa dengan rekayasa genetis,
”komponen” mahluk hidup ”dibuah”, disesuaikan, sehingga menjadi lebih unggul,
semisal tahan hama, tahan penyakit, dan lebih banyak menghasilkan panen, atau
menambah ”gemuk” hewan ternak. Sebagai contoh, tanaman jagung yang mudah
terserang hama, melalui rekayasa genetis, dapat di ”silangkan” dengan jenis
bakteri yang dapat ”melawan” hama tersebut, sehingga menjadi tanaman jagung
type baru yang tahan hama (Koswara, 2007).
Kelompok pro-GMO bersikeras berpendapat bahwa
tanaman transgenik dan produk olahannya aman dan menguntungkan dan patut
dimasyarakatkan produk transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku
agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgnik yang diklaim mengurangi
pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan
kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik
tahan hama, memiliki keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah
Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat
toksik terhadap hama serangga tertentu. AS sebagai negara produsen tanaman
transgenik terbesar (68% dari total areal transgenik dunia), terdiri atas
tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Di Indonesia, meski
tidak tercatat sebagai produsen tanaman transgenik, kenyataannya beberapa jenis
komoditas transgenik sudah tumbuh di Tanah Air. Sejak diterbitkan SK Mentan
(No. 856/Kpts/HK330/9/1997), menurut Hari Hartiko (2000), di Indonesia sudah
ditanam 10 tanaman transgenik, antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah,
kapas (2 macam), kakao, kedelai, padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang.
Sejauh ini pengujian tanaman transgenik oleh Deptan masih terbatas pada
pengamatan secara fisik. Selain keempat komoditas utama (jagung, kedelai,
kapas, dan kanola), di dunia ini sudah beredar tanaman transgenik lain, meski
masih relatif sedikit jumlahnya , seperti kentang, labu, pepaya, melon, tomat,
dan tanaman yang direkayasa agar tahan virus, awet segar, dan bernilai gizi
tinggi.
Tanaman transgenik yang sudah berhasil dilepas
di lapangan mempunyai banyak manfaat terutama di bidang pertanian. Tanaman
transgenik yang tahan terhadap insekta, herbisida, dan toleran terhadap
lingkungan secara langsung berperan dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini
dapat dipahami karena tanaman dapat sintas menghadapi tekanan lingkungan,
sehingga semua fase kehidupannya dapat dilalui dengan baik. Tanaman transgenik
yang tahan terhadap insekta akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida.
Pengurangan pemakaian pestisida sama artinya dengan tidak memasukkan
bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga dampak pencemaran
lingkungan dapat dikurangi. Dalam kasus ini tanaman transgenik mampu
meningkatkan keramahan terhadap lingkungan.
Keberhasilan perakitan tanaman transgenik yang
mempunyai kadar zat gizi tinggi, masa simpan produk lebih lama, dan penampilan
produk lebih baik menyebabkan mutu produk secara keseluruhan lebih baik. Mutu
produk yang baik memberikan kepuasan terhadap konsumen.
Dalam hal pelestarian hayati sudah ada contoh
nyata bahwa organisme transgenik justru menjadi penyelamat terhadap kepunahan
suatu spesies. Pohon chesnut (Castanea
dentata) pada mulanya merupakan tanaman dominan yang tersebar luas di
Amerika Utara. Serangan cendawan Cryphonectria parasitica telah
menghancurkan tanaman hingga ambang kepunahan. Saat ini telah dilakukan
rekayasa genetika sehingga kromosom C. parasitica mengandung gen dari
mycovirus sehingga keganasannya berkurang (hypovirulent). C.
parasitica transgenik tersebut sangat membantu dalam menangkal serangan C.
parasitica liar di alam, sehingga dapat menyelamatkan tanaman chesnut dari
kepunahan (Suwanto, 2000).
2.3 Kontra Genetically Modified Organism (GMO)
Sedangkan resiko yang perlu diperhatikan dari
pengembangan GMO antara lain kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan
ekologi, terbentuknya resistensi terhadap antibiotik, dikuatirkan dapat
terbentuknya senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi
(Koswara, 2007).
Menurut dokumentasi
dari Smith dalam buku Seeds of Deception dan Genetik Roulette, setidaknya 65
risiko kesehatan serius dampak dari mengkonsumsi produk GMO, yang dijabarkan
sebagai berikut.
·
Keturunan tikus
diberi makan kedelai transgenik menunjukkan peningkatan lima kali lipat resiko
kematian, bayi yang di lahirkan tidak cukup berat badan, ketidakmampuan
bereproduksi
·
Tikus jantan
yang diberi makan kedelai Transgenik, mengalami kerusakan sel-sel sperma muda
·
Dapat merubah
Fungsi DNA dari Embrio Tikus yang di berikan makan Kedele Transgenik (GMO)
·
Beberapa petani
di AS telah melaporkan masalah kemandulan atau kesuburan antara babi dan sapi
yang diberi makan Varietas Jagung GMO
·
Penyidik di
India telah mendokumentasikan masalah kesuburan, aborsi, kelahiran prematur,
dan masalah kesehatan serius, termasuk kematian, di antara kerbau yang diberi
makan biji kapas GMO .
·
Hewan yang
mengkonsumsi makanan GMO mengalami pendarahan perut, berpotensi bertumbuhnya
sel pra-kanker, kerusakan organ dan sistem kekebalan tubuh, peradangan ginjal,
masalah dengan darah, sel hati, dan kematian yang tidak dapat dijelaskan.
·
Alergi terhadap
kedelai telah meningkat setelah pengenalan cara menanam dengan metode GMO /
Kedelai Transgenik
·
Gen dari tanaman
GMO men transfer bakteri usus manusia, yang mungkin akan mengubah flora usus
Anda menjadi “hidup seperti pabrik pestisida”
Tidak seorang pun yang
mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi pada produk akhir ketika Anda menyambung
gen baru (proses mutasi genetik) dan kemudian mengkonsumsi produk hasil mutasi
tersebut selama berapa generasi. Satu-satunya hal yang dijamin adalah bahwa hal
itu akan menciptakan efek samping yang mengejutkan. Namun, menurut penelitian
Smith, bahwa antara tahun 1994 dan 2001 – saat yang bersamaan dengan produk
GMO’s membanjiri pasar – penyakit yang berhubungan dengan makanan meningkat dua
kali lipat. Produk Hasil GMO dapat menyebabkan alergis, toxic,
karsinogenik /potensi kanker, dan anti-gizi. Di sisi lain, banyak yang
beranggapan bahwa keberadaan produk ini dikhawatirkan menimbulkan dampak yang
merugikan bagi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati
serta kesehatan manusia.
Sedangkan menurut
Yayasan IDEP Foundation GMO menyebabkan berbagai dampak negative dalam berbagai
aspek kehidupan diantaranya:
1.
Dampak GMO bagi
pertanian
·
Hasil panen lebih rendah
Laporan hasil penelitian menunjukkan hasil panen tanaman transgenik
tidaklah seperti yang dijanjikan oleh perusahaan, dan bahkan untuk tanaman
tertentu lebih rendah dibanding varietas biasa.
·
Biaya produksi lebih tinggi
Harga benih transgenk jauh lebih mahal disbanding benih hibrida maupun
varietas lokal. Selain itu, seringkali petani terpaksa juga harus membeli paket
pestisida dan pupuk tambahan.
·
Peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian
Sebagian besar tanaman transgenik (tahan herbisida) diciptakan agar
petani menggunakan lebih banyak herbisida di lahannya. Ada pula kasus lain
dimana tanaman transgenik tahan hama (tanaman Bt) justru membutuhkan lebih
banyak insektisida.
·
Hilangnya varietas lokal
Seperti halnya kasus pemasyarakatan tanaman hibrida secara besar
besaran, penggunaan benih transgenik juga dapat menyebabkan hilangnya
varietas-varietas lokal. Petani tidak akan lagi melestarikan benih lokalnya. Di
samping itu, tanaman transgenik dapat mencemari varietas lokal yang telah ada.
·
Memicu pertanian monokultur yang tidak berkelanjutan
Penanaman tanaman transgenik secara luas akan menciptakan system
pertanian monokultur yang sejarah telah membuktikan tidaklah berkelanjutan dan
beresiko tinggi secara ekonomi (petani menjadi tergantung pada harga saat panen
raya), maupun secara ekologi (ledakan hama dan penyakit).
·
Hilangnya organik Bt semprot
Salah satu pilihan petani organik dalam penyemprotan hama adalah dengan menggunakan
tanaman Bt (Bacillus thuringiensis). Menggunakan gen Bt akan mengakitbatkan
hama menjadi kebal terhadapnya dan menyebabkan petani organik tak punya pilihan
lain.
·
Perawatan yang rumit
Untuk mencegah terjadinya kekebalan hama, penanaman tanaman transgenik
Bt harus dilakukan dengan strategi tertentu dimana setidaknya 25% dari lahan
petani harus ditanami varietas biasa. Sehingga hal ini menyebabkan pengolahan
lahan menjadi lebih rumit.
2.
Dampak GMO bagi
lingkungan
·
Polusi genetika
Angin, hujan, burung, lebah, dan serangga penyerbuk lainnya dapat
menyebarkan serbuk sari tanaman transgenik ke lahan sekitarnya, mencemari DNA
tanaman organik dan non-transgenik petani lainnya.
·
Dampak negatif pada ekologi tanah
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt dapat mempengaruhi
mikroba berguna dalam tanah. Gen tanaman transgenik dapat berpindah ke mikroba
tersebut dan mempengaruhi ekologi dan kesuburan tanah.
·
Gulma super
Tanaman transgenik yang tahan herbisida berpotensi untuk menyerbuki
gulma sejenis di sekitarnya. Gulma ini kemudian berkembang menjadi tahan
herbisida sehingga akan diperlukan bahan kimia yang lebih beracun lagi untuk
mengendalikannya.
·
Hama super
Karena siklus hidup yang pendek, hama serangga dikenal dapat dengan
cepat mengembangkan kekebalan tubuhnya terhadap insektisida. Akankah hal yang
sama juga akan terjadi pada tanaman transgenik yang menghsilkan racun sendiri,
seperti misalnya tanaman transgenik Bt.
·
Virus tanaman baru yang lebih berbahaya
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik yang tahan virus dapat
menyebabkan virus-virus tersebut bermutasi menjadi virus baru yang lebih ganas.
Hal ini berpotensi untuk menyebabkan bencana yang lebih parah jika virus
tersebut terus menerus bermutasi, mengakibatkan penyakit tanaman enjadi lebih sulit
ditangani.
·
Dampak pada serangga dan hewan yang tidak mengganggu
Penelitian mulai menunjukkan bahwa tanaman transgenik Bt berefek
merugikan pada berbagai serangga dan burung. Ada pula laporan kontroversial
yang menyatakan bahwa tanaman transgenik telah berdampak buruk pada jumlah
kupu-kupu tertentu.
·
Hilangnya keanekaragaman hayati
Belum jelas bagaimana tanaman transgenik akan berinteraksi dengan mahluk
hidup lain yang telah ada. Tanpa pengujian yang memadai, keaneka-ragaman lokal
dan dunia dalam bahaya. Pencemaran gen terhadap jenis lain dalah kemungkinan
pasti. Selain itu masih banyak lagi yang belum diketahui. Ini adalah juga
sebuah hal besar.
·
Efek negatif pada ekologi hutan yang ditanami pohon transgenik
Pohon transgenik dirancang untuk tumbuh dengan sangat cepat. Oleh
karenanya mereka akan bersaing dengan pohon asli lain yang telah ada, dan
merebut unsur hara, air dan sinar matahari yang tersedia. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan total ekologi hutan dimana pohon tersebut
hidup.
3.
Dampak GMO bagi
kesehatan
·
Keracunan makanan transgenik
Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan adalah
sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah satu merek makanan
suplemen yang mengandung bahan transgenik telah mengakibatkan kematian 37 warga
Amerika dan memperparah penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah
menderita sakit sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999,
penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik yang tersisipi
DNA suatu tanaman dan virus ‘’Cauliflower Mosaic Virus’’ (penunjang virus yang
biasa digunakan dalam pembuatan tanaman transgenik), adalah beracun bagi
mamalia.
·
Meningkatnya resiko kanker
Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone (rBGH)
transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat memproduksi lebig banyak
susu. Susu serta produk-produk olahannya dapat menyebabkan gangguan pada
jaringan payudara dan prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk samping
hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung menyebabkan resiko kanker.
·
Alergi terhadap makanan
Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan transgenik
dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra-pemasaran yang ketat
sangatlah penting untuk melindungi kesehatan masyarakat umum. Hukum pelabelan
atas produk makanan transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan
dapat menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak balik sumber
bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi makanan transgenik.
·
Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan
Kandungan zat-zat yang berguna untuk mencegah penyakit jantung dan
kanker pada kedelai transgenik malahan lebih rendah dibanding kedelai
tradisional. Hasil penelitian ini dan yang lainnya, termasuk penelitian Dr.
Pusztai, menunjukkan bahwa makanan transgenik cenderung lebih rendah kualitas
dan kandungan nutrisinya.
·
Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotika
Proses pembuatan produk transgenik seringkali dilakukan dengan
menggunakan gen ‘’penanda’’ yang bersifat antibiotik. Gen penanda ini berfungsi
sebagai tanda untuk menunjukkan apakah gen yang ditransfer/ dipindahkan sudah
berhasil menyatu dengan inangnya atau tidak. Beberapa peneliti mengkhawatirkan
bahwa gen penanda yang tahan antibiotic ini tanpa diduga dapat menyatu dengan
kuman penyebab penyakit, baik di alam bebas maupun di dalam perut hewan ataupun
manusia yang mengkonsumsi makanan trasgenik. Jika ini terjadi, akan menyebabkan
bencana kesehatan bagi manusia dimana penyakit menjadi tahan antibiotic
sehingga tak dapat diobati lagi dengan antibiotik biasa dan menyebabkan
pembuatan obat yang lebih keras lagi.
·
Menigkatnya kandungan residu pestisida pada makanan
Perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak di bidang bioteknologi ini
adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan kimia yang memproduksi dan
menjual racun kimia pestisida. Perusahaan-perusahaan ini merekayasa gen tanaman
sehingga menjadi tahan terhadap herbisida yang mereka buat sehingga mereka
dapat menjual lebih banyak herbisida lagi kepada petani yang akhirnya memaksa
petani harus menggunakan lebih banyak herbisida lagi untuk mengendalikan gulma.
4.
Dampak GMO bagi dunia perekonomian
·
Diperkirakan berbahaya, beberapa negara telah mengatur dan menolak
produk transgenik, sehingga menutup pasar ekspor transgenik.
·
Produk bebas-transgenik memperoleh harga yang lebih baik di pasar
internasional.
·
Perusahaan transgenik memonopoli sistem produksi pangan.
·
Perubahan pasar internasional atas produk minyak pangan.
2.3 Kajian GMO dan Cara Menyikapinya dari Segi
Bioetika
Kemajuan di bidang ilmu hayati seperti biologi
molekuler, genetika molekuler, dan rekayasa genetika pada abad ke-20 telah
dikemas menjadi suatu teknologi canggih yang disebut dengan bioteknologi. Salah
satu keunggulan bioteknologi adalah kemampuannya mengubah suatu sifat organisme
menjadi sifat baru seperti yang dikehendaki. Perkembangan bioteknologi terkini
telah memasuki tahap pemasaran GMO (Genetically Modified Organism) yang
lebih dikenal dengan teknologi transgenik. Perakitan tanaman transgenik dapat
diarahkan untuk memperoleh kultivar tanaman yang memiliki produksi tinggi,
nutrisi dan penampilan berkualitas tinggi, maupun resistensi terhadap hama,
penyakit dan cekaman lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik
rekayasa genetika dapat disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh
hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke dalam genom lain tidak mengenal
batas jenis maupun golongan organisme. Melihat potensi manfaat yang dapat
disumbangkan, pendekatan GMO sebagai produk sains dan teknologi dipandang mampu
menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang
berkembang seperti yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju (Zohrah
2001; Suranto 1999).
Perkembangan revolusi genetika yang begitu pesat memberi peluang sangat
besar terjadinya perubahan-perubahan di masa mendatang yang akan berpengaruh
besar terhadap dunia sains-teknologi dan peradaban manusia. Dengan ditemukannya
GMO, sains dan teknologi menjadi lebih berkembang dan mendorong para ahli sains
untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang
bioteknologi.
Menurut
Moeljopawiro (2002) bioetika adalah etika yang terkait dengan kehidupan yang pertanggungjawabannya
dua arah yaitu vertikal dan horizontal, kepada Yang Maha Pencipta dan kepada
sesama manusia. Sukara (2002) menambahkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat cepat seakan-akan berlangsung secara otomatis dan tidak
tergantung kepada kemauan manusia, sehingga seolah-olah kemajuan ilmu
pengetahuan tadi tidak memperhatikan aspek etika. Akibatnya pada saat teknologi
akan diterapkan sering mendapatkan reaksi negatif dari kalangan masyarakat.
Selain masalah sikap pro dan kontra yang berkaitan
dengan masalah kesehatan dan lingkungan, penggunaan tanaman transgenik juga
menimbulkan masalah sosial-religius, menyangkut boleh tidaknya dikonsumsi
menurut ajaran agama masing-masing, masalah etika, masalah ekonomi-politik yang
harus dikaji secara mendalam. (Cahyadi, 2006). Seperti telah disampaikan di
latar belakang, bahwasanya penggunaan produk transgenik juga berkaitan erat
dengan etika pangan dan etika pembahasan mengenai penggunaan tanaman transgenik
tidak lagi hanya berupa keamanan pangan, melainkan juga mempertimbangkan hak
konsumen dan dampak lingkungan dari pengembangan dan komersialisasi GMO. Untuk
itu pada bagian ini akan dipaparkan pandangan atau kajian dari aspek bioetika.
Bioetika pada dasarnya membahas etika atau moral yang
mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan. Pada awalnya bioetika
dikemukakan oleh V.P. Potter dan merupakan ilmu yang digunakan untuk
mempertahankan hidup dalam mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi
kepunahan manusia. Namun dalam perkembangannya, bioetika cenderung mengarah
pada penanganan isu atau nilai etika yang timbul karena perkembangan iptek dan
biomedis (Fitmawati, dkk, 2002).
Dalam pengkajian ini, maka terlebih dahulu kita
melihat pada makna dasar dari tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan
salah satu produk bioteknologi. Secara aksiologis, bioteknologi adalah teknik
yang mengubah suatu bahan mentah melalui proses transformasi biologi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat demi kelangsungan hidup manusia
sepanjang hayatnya dengan tujuan akhir agar manusia dapat survive.
Dengan adanya bioteknologi, juga memudahkan manusia dalam mengolah pertanian,
dengan lahan yang sempit, ternyata tanaman yang dihasilkan lebih banyak dan
berkualitas dari segi ukuran, rasa, mutu, serta tahan hama penyakit. Sedangkan
di bidang kesehatan, sudah jelas dapat mengatasi penyakit dengan melakukan
pengubahan terhadap susunan gen-gen yang termutasi. Produksi hormon insulin
untuk pengidap diabetes mellitus juga adanya pra-Implantasi Genetik Diagnosis
yang memungkinkan stem cells memproduksi sel-sel yang diacu karena kekurangan.
Dengan kecerdasan, maka manusia dapat mencari dan mengembangkan ilmu, termasuk
bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman setinggi-tingginya demi
kesejahteraan manusia sendiri. Hal ini sesuai fitrah bahwa semua yang ada dalam
diri adalah pemberian-Nya, maka ilmu pengetahuan pun akan dapat sejalan dengan
etika dan moral.
Namun setinggi apapun keilmuan kita, dan keinginan
untuk mengembangkan ilmu, masih ada tanggung jawab moral kita yang harus
diemban terhadap umat manusia dan lingkungan (alam). Seperti telah dikemukakan
di atas, masih banyak pro dan kontra yang berkaitan dengan penggunaan tanaman
transgenik yang berkaitan dengan bidang kesehatan, lingkungan, ekonomi, budaya
dan politik. Hal tersebut hendaknya menjadikan ilmuwan menjadi arif dalam
menyikapi penggunaan tanaman transgenik ini. Penggunaan tanaman transgenik yang
menyebabkan penyakit pada diri manusia, hendaknya dihentikan, meskipun
berkaitan dengan penelitian dan kemajuan ilmu bioteknologi, hal tersebut
merupakan tantangan. Selain bertanggungjawab terhadap kesehatannya, manusia
juga masih memilki tanggung jawab yang besar terhadap alam. Karena manusia
hidup dari hubungan saling bergantung dengan alam. Apabila alam punah, apabila
plasma nutfah yang ada di alam lenyap, maka bisa dipastikan manusia juga akan
lenyap. Penggunaan dan distribusi besar-besaran
tanaman transgenik tanpa meneliti resikonya terhadap alam secara mendetail
menyebabkan manusia menjadi tidak beretika terhadap alam. Industrialisasi
tanaman transgenik yang tergesa-gesa, karena ingin mencapai kesejahteraan,
sehingga mengesampingkan semua pertimbangan di atas juga tidak beretika. Karena
efek domino yang ditimbulkan dalam jangka panjanglah yang harus dikaji dan diputuskan
bagaimana penggunaannya.
Mengutip
pernyataan Nasoetion (1998 dalam Fazari, 2006) secanggih apapun teknologi
pastilah akan berdampak terhadap lingkungan. "Setiap waktu ilmuwan akan
mengadakan penelitian dia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi
ini. Dia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dapat dikuasainya hanyalah
sebagian kecil saja dari Al-Ilm, ilmu yang dikuasai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,
dan bahwa ia hanya pesuruh-Nya di bumi ini yang diminta untuk menjaga
keseimbangan antara mahluk yang ada di bumi ini", merupakan suatu falsafah
yang baik tentang bagaimana kita menyikapi pengembangan ilmu dalam bidang
rekayasa genetika (tanaman transgenik) ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan hasil rekayasa
genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) adalah pangan atau
produk pangan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang dihasilkan melalui
proses rekayasa genetika. Rekayasa genetika adalah proses bioteknologi modern
dimana sifat-sifat dari suatu mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan
gen-gen dari satu spesies mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun
memodifikasi gen-gen dalam satu spesies.
GMO banyak menuai pro dan kotra. Kalangan pro GMO
menyatakan rekayasa genetika merupakan salah satu teknologi yang potensial
sebagai alternatif pemecahan masalah pangan dunia untuk menghasilkan tanaman
transgenik. Tanaman transgenik telah banyak dilepas sebagai tanaman pangan
dengan tujuan seperti tahan insekta, tahan herbisida, mengandung vitamin dan
gizi tinggi, tahan penyimpanan jangka panjang, dan sebagainya. Sampai saat ini
fakta menunjukkan bahwa kelompok tanaman ini telah memberi banyak manfaat
khususnya dalam dunia pertanian karena memiliki produktivitas dan kualitas
tinggi serta lebih ramah lingkungan. Sedangkan kalangan yang kontra GMO
berpendapat bahwa tidak ada teknologi tanpa
resiko, begitu juga dengan tanaman transgenik. Adanya resiko ini menimbulkan
kekhawatiran pada kelompok tertentu diantaranya kemungkinan terjadinya gangguan pada
keseimbangan ekologi, menurunnya
biodiversitas, timbulnya masalah perekonomian petani, terbentuknya
resistensi terhadap antibiotik, terbentuknya senyawa toksik, dan allergen
atau terjadinya perubahan nilai gizi.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik
serta saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini sehingga dapat lebih
disempurnakan dengan lebih baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T.A.
1990. Gene Cloning.. London: Chapman and Hall.
Hartiko, Hari. 2000. Diskusi
Pakar dalam Memperingati Hari Hak-hak Konsumen Sedunia Tahhun 2000.
Jakarta, 2 Maret 2000.
Koswara, 2007. Labelisasi
dan Deteksi GMO. ( http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr264042.pdf, diakes 1 Desember
2011).
Matsui, S., S.
Miyazaki and K. Kasamo. 1997. The Biosafety Result of Field Test of
Genetically Modified Plants and Microorganisms. Jepang: Japan International
Risearch Centre for Agricultural Sciences (JIRCAS).
Moeljopawiro, S.2002. Bioetika
Penelitian Pertanian. Jakarta Pusat: Perlindungan Varietas Tanaman.
Muladno, M.S.A. 2002. Seputar
Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar
ke Filsafat Sains. Jakarta: Litera Antarnusa.
Rifai, A.M. 2002. Bioetika
dan Kode Etika Biologiwan. Dalam Diskusi Panel Bioetika : Bagian Keseharian
Ilmuwan. Dewan Riset Nasional. Bogor : LIPI.
Suharsono, S. 2000. Prinsip
Rekayasa Genetika Pelatihan Teknik Pengklonan Gen dan Pengurutan DNA.
Bogor.
Sukara, E. 2002. Pentingnya
Bioetika Sebagai Kendali dan Arah Bagi Kemajuan Biosains : Beberapa Studi Kasus
Yang Harus Dicermati. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Suranto, S. 1999. Krisis
Pangan Dunia dan Prospek Pendekatan Biologi Molekul untuk Mengatasinya.
Hayati. 6(2): 47-50.
Suwanto ,A. 2000. Tanaman
Transgenik : Bagaimana Kita Menyikapinya?. Hayati. 7(1):26-30.
Tjokronegoro, Harijono
A. 2008. Teknologi dan Peningkatan Kesejahteraan Bangsa, (Online), (http://mgb.itb.ac.id,
diakses 14 Mei 2010).
Yayasan IDEP
Foundation GMO. Keterangan/Fact Sheet mengenai Genetically Modified Organism,
(Online), (http://124.81.86.180/publikasi/ ip023093. pdf, diakses 14 Mei
2010).
Zohrah. 2001.
Bioteknologi dan Biosefti. Dalam Rampak Serantau. Sariyan, A (Ed.). Brunei
Darussalam: Pusat Fotostat Hulu Kelang.
0 comments:
Post a Comment