Sunday 20 May 2012

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN MENGUKUR TINGKAT KEASAMAN BERBAGAI BAGIAN SALURAN PENCERNAAN DARI BERBAGAI SPESIES




LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
MENGUKUR TINGKAT KEASAMAN BERBAGAI
BAGIAN SALURAN PENCERNAAN DARI BERBAGAI SPESIES


Dosen Pembimbing:
Dra. Retno Susilowati, M. Si


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBAHIM MALANG
2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Proses pencernaan sangat terkait dengan kerja enzim-enzim pencernaan. Aktivitas enzim sangat terpengaruholeh keadaan suhu dan pH tertentu dan aktivitasnya berkurang dalam keadaan di bawah atau di atas titik tersebut. Enzim pepsin pencerna protein bekerja paling efektif pada pH 1-2, sedangkan enzim proteolitik lainnya, tripsin, pada pH tersebut menjadi tidak aktif, tetapi sangat efektif pada pH 8 (Kimball, 1983).
            Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang membutuhkan (Mas’ud, 1999).
Pada saluran pencernaan hewan tingkat tinggi dapat dibedakan dengan jelas antara mulut, lambung, usus, usus halus usus besar yang tentunya memiliki pH yang berbeda. Sekresi lambung dan sekresi lainnya pencernaan sangat berpengaruh pada pH saluran pencernaan. Oleh karena itu pada praktikum ini kita akan mengukur tingkat keasaman berbagai bagian saluran alat pencernaan dalam kaitannya dengan fungsi alat pencernaan pada kodok dan mencit, yang tentunya mengacu pada teori yang ada.
           
1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah tingkat keasaman pada sistem pencernaan kodok?
2.      Bagaimanakah tingkat keasaman pada sistem pencernaan ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu:
  1. Dapat mengetahui tingkat keasaman pada sistem pencernaan kodok.
  2. Dapat mengetahui tingkat keasaman pada sistem pencernaan mencit.


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kelenjar Pencernaan
Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang membutuhkan (Gyton, 1995).
Proses pencernaan terbatas pada organ-organ pencernaan, yaitu pada saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya. Saluran pencernaan disebut juga canalis /tractus almentary, gastrointestinal adalah mulut, faring, esofagus, lambung, intestin. Kelenjarnya adalah kelenjar ludah, pankreas, hati dan kantung empedu (Soewolo, 2005).
Organ pencernaan mempunyai enzim pada kisaran  pH optimal masing-masing, sesuai dengan tempat kerja-nya. Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa, memiliki pH optimal 7,5-8 Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam) (Poedjiadi, 2006 dan Idda, 1998).
2.2 Kelenjar Pencernaan Makanan dan Enzim yang Dihasilkan
Kelenjar pencernaan makanan merupakan bagian sistem pencernaan makanan yang berfungsi menyediakan enzim-enzim pencernaan. Kelenjar-kelenjar pencernaan tersebut adalah: (1) Kelenjar ludah, (2) Mukosa lambung atau kelenjar getah lambung, (3) hati, (4) kelenjar pangkreas, dan (5) kelenjar getah usus (Soewolo, 2000).
Kelenjar ludah menghasilkan air ludah yang mengandung berbagai zat kimia, satu diantaranya adalah enzim ptialin atau amilase ludah. Ptialin berfungsi membantu memeprcepat perombakan tepung (polisakarida) menjadi maltosa (disakarida) dan monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) (Soewolo, 2000).
Mukosa lambung atau kelenjar getah lambung, menghasilkan HCI, pepsin, rennin, dan lipase. HCI berfungsi melarutkan partikel-partikel makanan, membunuh bakteri, dan mengaktifkan pepsin, pepsin berfungsi mengubah protein menjadi polipeptida (proteosa dan pepton). Rennin (yang hanya terdapat pada anak-anak dan hewan) berfungsi mengubah kaseinogen menjadi asam lemak dan gliserol (Soewolo, 2000).
Hati merupakan kelenjar pencernaan yang paling besar yang berfungsi membntuk cairan empedu yang akan dialirkan kedaalam usus halus. Empedu tidak mengandung enzim tetapi sangat penting untuk mengemulsikan lemak (Soewolo, 2000).
Kelenjar pangkreas menghasilkan getah pangkreas yang juga dialirkan ke dalam usus halus. Getah pengkreas mengandung lipase, tripsin, dan amilase. Tripsin (tripsinogen yang telah diaktifkan) berfungsi mengubah protein menjadi peptida dan dan asam amino. Amilase tepung menjadi maltosa dan disakarida yang lain.Lipase berfungsi mengubah lemak yang telah mengubah lemak yang diemulsikan empedu menjadi asa, lemak dan gliserol (Soewolo, 2000).
Kelenjar dinding usus, menghasilkan maltese, sukrase, lactase, dan peptidase. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam-asam amino. Sukrase mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Lactase, mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Maktase mengubah maltose menjadi dua molekul glukosa. Di samping itu dinding usus halus juga menghasilkan enterokinasee yang berfungsi mengaktifkan tripsinogen dari pancreas menjadi tripsin (Soewolo, 2000).


2.2 Kerja Enzim 
Aktivitas enzim sangat terpengaruholeh keadaan suhu dan pH tertentu dan aktivitasnya berkurang dalam keadaan di bawah atau di atas titik tersebut. Enzim pepsin pencerna protein bekerja paling efektif pada pH 1-2, sedangkan enzim proteolitik lainnya, tripsin, pada pH tersebut menjadi tidak aktif, tetapi sangat efektif pada pH 8. Di dalam fungsi enzim peranan dari daya yang lemah seperti ikatan hydrogen dan ikatan ion dalam pembentukan struktur tersier, kita dapat mengerti mengapa enzim itu begitu peka terhadap suhu dan pH. Ikatan hydrogen mudah rusak dengan menaikan suhu. Hal ini selanjutnya akan merusak bagian-bagian dari struktur tersier enzim yang esensial untuk mengikat substrat. Perubahan pH, mengubah keadaan ionisasi dari asam amino yang bermuatan (yaitu asam aspartiat. Lisina) yang dapat mempunyai peranan penting dalam pengikat substrat dan proses katalitik. Tanpa gugus – COOH dari Glu-35 yang tidak terion dan gugus COO- dari ASP-52 yang terion, proses katalitik dari lisozim akan terhenti (Kimball, 1983).
Enzim bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya (Swenson, 2007).
Derajat keasaman enzim secaara kimiawi disimbolkan dengan “pH”, singkatan dari power of Hydrogen. Nilainya ditentukan dengan kuantitas ion Hidrogen bebas (H+) yang berada dalam satu liter larutan, yaitu tepatnya logaritma negatif dari konsentrasi ion Hidrogen. Misalnya, jika terdapat 10-7 gram ion Hidrogen dalam 1 liter larutan, maka pHnya adalah 7. Range pH dari 1 hingga 14. pH 7 terletak di tengah–tengah, sehingga disebut “netral”. Semakin ke arah angka 1, maka sifat larutan semakin asam. Demikian pula sebaliknya, semakin ke arah 14, semakin basa (Campbell, 2004).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Fisiologi Hewan ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 16 April 2010, di Laboratorium Biologi Dasar Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
            Adapun alat yang kami gunakan pada praktikum kali ini adalah satu buah seperangkat alat bedah, satu buah papan sesi, jarum pentul dan pH meter/ kertas lakmus.

3.2.2        Bahan
            Adapun bahan yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu satu ekor kodok, satu ekor mencit, klorofom dan kapas.                                                             
 
3.2.3 Cara Kerja





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamataan
4.1.1 Tabel Tingkat Keasaman pada Mencit.
No
Organ Pencernaan
Tingkat Keasaman/pH
1.
Mulut
Basa 8
2.
Lambung
Asam 5
3.
Usus halus
Normal 7
4.
Usus besar
Asam 6

4.1.2 Tabel Tingkat Keasaman pada Kodok
No
Organ Pencernaan
Tingkat Keasaman/pH
1.
Mulut
Basa 8
2.
Lambung
Asam 4
3.
Usus halus
Normal 7
4.
Usus besar
Asam 4

4.2 Pembahasan
            Dari hasil pengamatan pada tingkat keasaman dengan mengukur pH pada organ pencernaan mencit dan kodok yaitu mulut, lambung, usus halus dan usus besar dengan menggunakan kertas lakmus, yang merupakan salah satu alat yang digunakan unrtuk mengukur pH dengan jalan membasahi bagian prmukaan atu bagian yang sensitif terhadap pH. Hasil yang diperoleh adalah, pada organ pencernaan mencit pH yang paling tinggi terletak pada mulut yaitu 8 (basa) dan yang paling rendah terletak pada mulut yaitu 5 (asam). Sedangkan pada organ pencernaan kodok pH yang paling tinggi juga sama terletak pada mulut yaitu 8 (basa) dan yang paling rendah terletak pada lambung dan usus besar yaitu 4 (asam). Sehingga menunjukkan pada mencit dan kodok rata-rata pH yang paling tinggi terletak di dalam mulut dan pH yang paling rendah untuk terletak di lambung.
            Dari data tersebut maka dapat di ketahui bahwa tingkat keasaman yang paling tinggi terletak di dalam lambung. Hal tersebut di sebabkan karena apabila suasana asam maka pH rendah, begitu juga sebaliknya jika suasana basa maka pH tinggi. Penyebab dari tingginya keasaman pada lambung berhubungan dengan fungsi kerja dari lambung, dan sistem kerja pada lambung pada masing-masing hewan berbeda tergantung apa yang menjadi bahan makanan mereka. Kandungan pH dan kadar keasaman organ pencernaaan juga dipengaruhi oleh komposisi cairan yang diproduksi pada masing masing organ. 
Enzim yang dihasilkan dari mukosa lambung atau kelenjar getah lambung adalah HCI, pepsin, rennin, dan lipase. HCI berfungsi melarutkan partikel-partikel makanan, membunuh bakteri, dan mengaktifkan pepsin, pepsin berfungsi mengubah protein menjadi polipeptida (proteosa dan pepton). Rennin (yang hanya terdapat pada anak-anak dan hewan) berfungsi mengubah kaseinogen menjadi asam lemak dan gliserol (Soewolo, 2000).
Menurut Poedjiadi (2006) dan Idda (1998), organ pencernaan mempunyai enzim pada kisaran  pH optimal masing-masing, sesuai dengan tempat kerja-nya. Misalnya enzim pepsin, karena bekerja di lambung yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2. Contoh lain, enzim ptialin, karena bekerja di mulut yang bersuasana basa, memiliki pH optimal 7,5-8 Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).
Pengaruh pH bahwa, ikatan elektrostatik sering berpartisipasi pada susunan suatu enzim substrak, selama H+ dan OH- dapat berperan sebagai “counter ion” untuk daerah elektrostatik, penurunan pH akan meningkatkan lebih banyak daerah positif pada suatu enzim untuk berinteraksi dengan kelompok negatif pada molekul substrak. Sebaliknya, suatu peningktan pH akan menggalakkan ikatan kelompok positif pada suatu substrak kedaerah negatif pada enzim. Jadi tidak mengherankan bila aktivitas suatu enzim dipengaruhi oleh pH medium dan setiap enzim itu memiliki suatu rentangan optimum pH sendiri (Soewolo, 2000).
Menurut Swenson (2007), ada 3 hal yang berperan menyumbang derajat keasaman, yaitu:
1.      Produk asam yang dibuat oleh tubuh sendiri.
                 Secara alami tubuh memang memproduksi asam yang dibutuhkan fungsi -fungsi fisiologis tubuh, misalnya: molekul DNA (deoxyribonucleic acid) yang sangat penting dalam reproduksi sel, asam amino sebagai bahan penyusun protein, dan lain-lain.
2.    Lima jalur sistem organ pembuangan (eliminative system).
                 Ada lima organ pembuangan, yaitu: usus, paru-paru, ginjal, kulit, dan kelenjar getah bening. Kelima sistem organ ini turut berperan menjaga keseimbangan asam basa dengan membuang asam-asam sisa metabolisme sel.
3.    Asam atau basa dari asupan makanan.
                 Mengetahui pH cairan tubuh yang sedikit ke arah basa, ditambah dengan metabolit asam yang selalu dihasilkan oleh tubuh sendiri, maka kita perlu menjaga tidak terlalu banyak dalam mengkonsumsi makanan yang bersifat asam. Pemeriksaan laboratorium telah mencoba melihat reaksi asam basa beberapa makanan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai  tingkat keasaman pada mencit dan kodok maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Pada sistem pencernaan mencit tingkat keasaman yang tinggi terletak pada lambung, sedangkan tingkat keasaman yang paling rendah terletak pada mulut.
  2. Pada sistem pencernaan kodok tingkat keasaman yang tinggi juga terletak pada lambung, sedangkan tingkat keasaman yang paling rendah terletak pada mulut.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, Edisi 2. Jakarta:  EGC.

Idda, Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Mas’ud, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Poedjiadi, Anna,dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UIP.


Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: PPGSM.


Swenson, GM. 2007. Dules Physiology or Domestic Animals. USA: Publishing Co. Inc.




Sosilowati, Retno. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Malang: UIN Malang.




0 comments:

Post a Comment