Resuman: Pentingnya mempelajari sistem jaringan penyusun tubuh beserta ayat Al-Qur’an yang menerangkannya.
Histologi menurut bahasa Yunani (Histos)
yang memiliki arti jaringan adalah suatu ilmu yang menguraikan struktur
dari hewan serta tumbuhan secaara terperinci,dan hubungan antara
struktur pengorganisasian sel dan jaringan dan fungsi-fungsi yang mereka
lakukan. Unit terkecil untuk mahluk hidup yang mempunyai fungsi
tertentu adalah sel, suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan
keutuhannya, daya penyesuaiannya terhadap lingkungan di luar batas
dirinya, serta susunan kimiawinya yang khas. Pada dasarnya, sel adalah
suatu wadah bagi susunan kimiawi yang rumit,yang akan terganggu sifatnya
jika lingkungannya bebas masuk ke dalam sel itu (Bevelander, 1979: 01).
Jaringan
merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur
atau matrik. Susunan sel-sel, hubungan antara mereka sendiri, hubungan
mereka dengan matriks ekstraseluler, dan sifat matriks itu harus kita
pahami untuk mengembangkan pengertian tentang bagaimana jaringan itu
melakukan fungsinya dengan khas (Bevelander, 1979: 01).
Dari
pengantar yang telah dijelaskan diatas dapat diterangkan bahwa sangat
penting sekali kita mempelajari jaringan penyusun mahluk hidup, hal ini
diterangkan juga dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al Infithaar ayat ke-7
dan 8:
Artinya: “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,” (Qs: Al Infithaar 82:7)
Artinya: “Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (Qs: Al Infithaar 82:8)
Hal tersebut dinyatakan juga dalam Al-Qur-an surat Al Insaan ayat 28:
Artinya: “Kami
telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka,
apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan
orang-orang yang serupa dengan mereka.” (Qs: Al Insaan 76:28)
Untuk
lebih menjelaskan kita betapa pentingnya mempelajari jaringan struktur
penyusun tubuh, saya mengambil contoh pada jaringan saraf, suatu
jaringan yang menjadi induk dari segala aktifitas yang kita lakukan.
Berikut adalah penjelasannya.
Jaringan saraf (Nervous Tissue)
Jaringan yang paling rumit dalam tubuh manusia adalah jaringan saraf. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf (neutron) untuk berkomunikasi satu sama lain dan dengan jenis sel-sel lain (sel-sel otot, sel-sel kelenjar).
Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam
komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan pesan kimiawi yang
membantu memelihara kesatuan kelompok sel itu sebagai keseluruhan.
Jaringan saraf mempunyai fungsi utama sebagai pembuat pesan kimiawi (pengantar saraf dan hormon-hormon)
dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi
tubuh. Jaringan saraf juga menspesialisasikan diri dalam kemampuan
seperti ini, menuju ke arah fungsi belajar dan ingat yang tidak banyak
dipahami (Bevelander, 1979: 132).
System saraf itu dapat dibagi dalam suatu system saraf periferal (peripheral nervous system) dan suatu system saraf sentral (central vernous system - CNS).
System saraf peripheral berfungsi untuk mengumpulkan informasi dari
permukaan tubuh, dari organ-organ khusus, dan dari isi perut, dan
menghantarkan sinyal-sinyal ke system saraf sentral. Ia juga mengandung
saluran keluar yang membawa suatu arus sinyal ke organ-organ efektor (pelaksana) dalam tubuh (otot dan kelenjar, system penggerak),
yang bereaksi terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungan dalam dan
luar. Antara sinyal-sinyal yang masuk dan perintah-perintah yang keluar
terdapat sekumpulan jaringan saraf yang terlibat dalam membandingkan
bahan-bahan masukan, dalam pengolahan, dan da lam melakukan keputusan.
Kumpulan jaringan saraf ini disebut sistem saraf sentral dan untuk
sebagian besar terletak dalam jaringan saraf dalam jaringan saraf tulang
punggung, batang, otak, dan kulit selebral (Bevelander, 1979: 132-133).
Pada
tingkatannya yang paling primitif, system saraf sentral dapat dalam dua
bagian. Yang pertama adalah jaringan saraf tulang punggungyang
mengkoordinasikan respon-respon tubuh di bawah tingkatan leher. Dan yang
kedua adalah otak belakang (hindbrain), otak tengah (midbrain), dan otak depan (forebrain)
yang menjalankan fungsi daerah kepala dan leher. Otak belakang
bertalian dengan telinga, otak tengah dengan mata, dan otak depan dengan
indra pembauan (olfaksi) (Bevelander, 1979: 136).
Dua
golongan pokok sel terdapat dalam jaringan saraf, sel-sel ini adalah
neuron dan glia. Neuron merupakan unit dasar untuk komunikasi dan ia
sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Secara ringkas neuron-neuron
itu dapat dibagi dalam tiga kelompok dasar berdasarkan susunan dan
fungsinya:
1. Neuron sensorik (aferens)
yang letak serta konstruksinya begitu rupa sehingga tanggap terhadap
stimulans-stimulans yang timbul dalam atau luar organism dan mengirimkan
impuls ke system saraf sentral.
2. Neuron asosiasi (intercalated atau internunsial) yang berfungsi sebagai mata rantai antara neuron sensorik dan neuron motoris.
3. Neuron motoris (eferens) yang membawa impuls ke otot atau kelenjar, dan merangsang mereka menjadi aktif (Bevelander, 1979: 136).
Glia
tampaknya menjadi unsur struktural yang mengikat jaringan neuron
menjadi satu, dan berpengaruh pada perpindahan informasi, dan
sebagainya. Perluasan sel-sel ini dalam ruang sangat penting dalam
menentukan cara berkomunikasi kesatuan kelompok sel-sel itu satu sama
lain dalam sistem saraf (Bevelander, 1979: 137).
Dari
penjelasan sistem saraf yang telah di tuliskan saya dapat menyimpulkan
bahwasannya memang betul suatu jaringan sangat diperlukan dalam
pembentukan tubuh yang dibentuk dari sekumpulan sel. Padahal saya hanya
menspesifikasikan jaringan pada saraf belum semua jenis jaringan yang
ada dalam bagian mahluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia
sendiri.
2 comments:
www.wka-cool32.blogspot.com
Post a Comment