BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Serangga
merupakan salah satu hewan yang paling sukses di dunia yang menempati berbagai
bentuk habitat, yaitu air, tanah, udara, hutan, tetumbuhan, tanah, manusia,
hewan, dan berbagai habitat lainya. Serangga hidup dengan memakan bahan keras
seperti kayu, menghisap cairan tanaman, menghisap darah manusia dan hewan, atau
menyerap berbagai bentuk makanan lainya, baik saling mengungkan keduanya atau
sebagai parasit yang merugikan satu sama lain (Goodenough, 1984).
Serangga
merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini dan ia dapat
sukses beradaptasi dengan lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh ukuran
tubuhnya yang kecil, kemampuan reproduksinya yang cepat (poliembrioni),
lapisan tubuhnya yang dilapisi oleh kitin untuk mengurangi penguapan, morfologi
dan fisiologinya yang mudah beradaptasi, dapat bermetamorfosis, dan mempunyai
kemampuan bertahan diri yang efektif, berupa sengat, bau-bauan, dan kemampuan
mobilisasi yang cepat (Boror dkk, 1992).
Dalam
kehidupan manusia, serangga berperan penting antara lain di bidang pertanian
yaitu sebagai pembantu terjadinya penyerbukan; di bidang ekonomi seperti produksi
sutera dari ulat sutera, madu dari lebah, lak sebagai bahan insulin, kupu-kupu
dan sebagainya; sebagai makanan, seperti rayap dan belalang; dekompser, pemakan
bangkai (entomologi forensik), pemakan kotoran (sakrofag), menambah kesuburan
tanah, pengobatan, dan bahan untuk penelitian misalnya. Salah satu spesies yang
paling sering digunakan dalam penelitian adalah Drosophila melanogaster. Spesies
ini umumnya dikenal sebagai lalat
buah dalam
pustaka-pustaka biologi eksperimental dan merupakan organisme yang
paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi,
dan evolusi
sejarah kehidupan.
Serangga
berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maunusia, hewan
dalam suatu rantai makanan. Hubungan antara manusia, hewan dan tumbuhan dengan
serangga sangat erat. Sehingga, pengetahuan tentang siklus hidup serangga dan
peranannya menjadi sangat penting. Dengan demikian, untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Drosophila melanogaster, maka disusunlah makalah
Entomologi ini untuk membantu proses perkuliahan dan untuk lebih menambah pengetahuan.
1.1
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah
siklus hidup dari Drosophila melanogaster ?
2. Apa peran
secara umum dari Drosophila melanogaster ?
1.2
Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui siklus
hidup dari Drosophila melanogaster.
2. Mengetahui
peran secara umum dari Drosophila melanogaster.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila
melanogaster (Borror, 1992) :
Kingdom:
Animalia
Phyllum:
Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili:
Drosophilidae
Genus:
Drosophila
Spesies: Drosophila melanogaster
2.2
Ciri Ordo Diptera (Bangsa Lalat)
Menurut Firmansyah (2012), ordo Diptera mempunyai cirri-ciri
sebagai berikut :
- Bersayap dua (sepasang) tipis
- Termasuk Endopterygota
- Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
- Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter.
- Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
- Tipe alat mulut bervariasi, umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
- Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu: a. Bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, b. Bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum, c.Bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.
- Metamorfosisnya sempurna (holometabola), melalui stadia: telur —> larva —> kepompong —> dewasa.
- Larva tidak berkaki
- Biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator.
- Pupa bertipe coartacta
2.3
Famili dari Ordo Diptera
Menurut
Firmansyah (2012), Ordo ini terdiri dari beberapa kelas, diantaranya adalah:
1. Family
Culicidae (mosquito/nyamuk)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Larvanya dikenal dengan nama wrigglers atau jentik, hidup di air
memakan algae atau plankton, tetapi ada beberapa predator yang memakan larva
nyamuk lain.
b. Larva ini memerlukan oksigen dari atmosfer.
c. Fase pupa atau tumblers berada di air (akuatik) dan bernafas dengan
menggunakan tabung pernafasan.
d. Serangga dewasa (imago), sebagian besar bersifat crepuskular atau
nocturnal.
e. Serangga jantan makan nektar, sedangkan betina makan darah, yang
diperlukan untuk petumbuhan telur.
f. Betinanya merupakan bagian dari siklus penyakit, yang berperan
sebagai vektor (penyebaran biologis) untuk patogen tertentu, misalnya malaria,
yellow fever, encephalistis, filariasis.
g. Nyamuk ini merupakan hama nomor satu di dunia.
2. Family
Chironomidae (midges)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Sebagian besar larva mempunyai habitat akuatik dan bersifat
saprofag, ada beberapa jenis hidup dan membuat suatu tempat seperti kotak atau
tabung pada bagian bawah sedimen, dan ada beberapa dengan hemoglobin
(bloodworms).
b. Imago sebagian besar crepuskular atau nocturnal, banyak di sekitar
cahaya, tidak makan atau makan nektar, morfologinya seperti nyamuk, tetapi
tidak menggigit.
c. Pada famili ini ada yang bersifat cryptobiosis yang dipelajari pada
jenis dari Afrika, pada saat larva dikeringkan, laju metabolisme turun hingga
nol, dan pada saat larva disimpan dalam gas cair (Helium), kemudian dipanaskan
hingga lebih dari 100 ºC, dicelupkan dalam etahanol 100% selama 24 jam atau dicelupkan
dalam gliserol selama satu minggu, kondisi serangga ini masih dapat membaik dan
berkembang dengan sempurna.
3. Family
Simuliidae (black flies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Larva dan pupa mempunyai kebiasaan (habit) yang serupa dengan
Culicidae, larva akuatik, makan plankton, dan memerlukan oksigen dari atmosfer,
dengan menggunakan insang anal, berbeda dengan pada fase larva yang ada di
thoraks.
b. Larva beradaptasi pada air yang mengalir dengan cepat (deras), yang
didukung dengan struktur caudal seperti piringan (disk) dan tow-line.
c. Fase imagonya juga mirip dengan Culicidae, dimana serangga betina memerlukan
darah untuk telur.
d. Banyak spesies dengan agen anasthetik pada sekresi ludah dan
seringkali inang tidak memperhatikannya.
e. Sekresi ludah yang mengandung koagulan menyebabkan darah akan
keluar terus sampai lalat selesai makan/menghisap.
f.
Beberapa spesies yang hidup di daerah tropis menjadi vektor
penyakit filarial yang menyebabkan kebutaan.
4. Family
Tabanidae (horse flies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Sebagian besar fase larvanya akuatik, pada air yang tidak dalam,
seringkali mereka bersifat predator dan beberapa fitofag.
b. Serangga dewasa seperti nyamuk, betina menghisap darah, sedangkan
jantan makan nektar.
c. Sebagian besar spesies aktif siang hari (diurnal), reaktif terhadap
tanda-tanda visual, dan tertarik pada gerakan.
d. Serangga jantannya ini mempunyai mata majemuk yang sangat besar.
e. Serangga ini berperan sebagai vektor penyakit tularemia dan anthraks,
filariasis di Afrika.
f.
Dua grup yang umum dari famili ini adalah deer flies (Chrysops
spp.) dan horse flies (Tabanus spp.).
5. Family
Asilidae (robber flies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Larva hidup pada tanah dan kayu yang membusuk, sebagian besar
bersifat predator atau saprofag dan hanya sebagian kecil yang bersifat fitofag.
b. Mereka bersifat predator, dan mengeluarkan enzym proteolitik.
c. Untuk menghindari predator, ada yang mimic (meniru) lebah besar
(bumble bees), dan pada beberapa spesies ada yang mukanya berjanggut (sensory
organ) untuk menghindari kepala dari mangsa.
6. Family Syrphidae
(flowerflies, hoverflies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Larva sebagian besar bersifat predator pada aphid atau kutu
tanaman.
b. Serangga dewasa umum pada bunga, makan nektara, mereka penerbang
yang berpengalaman, untuk menghindari serangan predator beberapa meniru (mimic)
tabuhan atau lebah.
7. Family Muscidae
(lalat rumah, tsetse, dll)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Sebagian besar saprofag pada berbagai macam bahan yang membusuk.
b.
Imago mempunyai habitat dan kebiasaan beragam, banyak yang bersifat
saprofag dan beberapa spesies merupakan hama penggigit penting dan penghisap
darah, seperti stable fly (lalat kandang) dan tsetse fly.
c.
Banyak spesies mempunyai strategi reproduksi ovovivipar dan
vivipar, larva lalat tsetse berkembang dan makan dari organ seperti plasenta
pada oviduct betina, imago meletakkan larva pada tanah dan lubang hingga
menjadi pupa.
d.
Famili Muscidae dikenal sebagai vektor dari patogen penting,
seperti penyakit tidur Afrika (trypanosomes), demam typhoid, cholera, dan
disentri amoeba.
e.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara mekanik oleh lalat
rumah, dan dapat terjadi secara biologis oleh lalat tsetse.
8. Family
Calliphoridae (blowflies, bottleflies, screwworm)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Sebagian besar larva bersifat saprofag, beberapa parasitoid pada
annelida dan molluska, dan sebagian kecil berkembang pada jaringan mamalia
(=myiasis).
b.
Imago mempunyai perilaku yang beragam seperti pada Muscidae, begitu
juga dengan strategi reproduksi yaitu ovovivipar atau vivipar.
9. Family
Sarcophagidae (flesh flies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Larva sebagian besar bersifat saprofag dan sebagian kecil
parasitoid.
b.
Imago mempunyai kebiasaan mirip Muscidae dan Calliphoridae.
10. Family
Tachnidae (tachinid flies)
Anggota
dari kelas ini memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Kebanyakan larva bersifat endoparasit pada endopterygota lain
terutama Lepidoptera dan Coleoptera dan beberapa berguna sebagai musuh alami.
b.
Imago bersifat fitofag, makan nektar.
c.
Imago mencari inang dan tempat yang sesuai untuk peletakkan telur.
d.
Beberapa spesies mempunyai strategi peletakkan telur dan larva yang
aneh, mereka mempunyai telur mikro yang diletakkan pada dedaunan, telur
tersebut akan menetas jika mereka tertelan oleh inang, kemudian larva
melanjutkan makan organ-organ bagian dalam inangnya.
2.4
Struktur Morfologi dan Anatomi
Drosophila dan
Arthrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, yaitu suatu seri segmen yang
teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks,
dan abdomen seperti hewan simetris bilateral lainnya. Drosophila memiliki
poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral
(punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada
di dalam telur member informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini
bahkan sebelum fertilisasi. Setelah fertilisasi, informasi dengan benar
akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen (Ashburner, 1989).
Pada umumnya Drosophila melanogaster memiliki
warna tubuh kuning kecokelatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian
belakang. Ukuran tubuh Drosophila melanogaster berkisar antara 3-5 mm.
Sayap Drosophila melanogaster cukup panjang dan transparan. Posisi
sayapnya bermula dari thorax. Urat tepi sayap (costal vein)nya memiliki dua
bagian yang terinterupsi dekat dengan tubuhnya. Sungut (arista)nya pada umumnya
berbentuk bulu dan memiliki 7-12 percabangan. Crossvein posterior umumnya
berbentuk lurus, tidak melengkung. Drosophila melanogaster memiliki mata
majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah. Hewan ini juga memiliki
mata oceli pada bagian atas kepalanya dengan ukuran relatif lebih kecil dibanding
mata majemuk. Thoraxnya berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedankan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam (Shorrocks, 1972).
Selain pengklasifikasian menurut Borror (1992),
Wheeler (1981) telah mengklasifikasikan Drosophila melanogaster ke dalam
sub ordo Cyclophorpha, yaitu pengelompokkan lalat yang pupanya terdapat kulit
instar 3 dan memiliki jaw hooks. Selain itu, Drosophila melanogaster termasuk
ke dalam seri Acaliptrata, yaitu imago yang menetas dari bagian anterior pupa.
Secara morfologi Drosophila
jantan dan betina memiliki ciri yang berbeda.
Ukuran tubuh jantan lebih kecil dari betina. Pada Drosophila jantan,
sayapnya pun lebih pendek dibandingkan sayap betina. Drosophila jantan
memiliki sisir kelamin (sex comb) yang tidak dimiliki oleh betina. Hal yang
paling memudahkan membedakan Drosophila jantan dan betina adalah, ujung abdomen
jantan lebih tumpul, sementara ujung abdomen betina runcing dan tidak berwarna
hitam (Nio, 1990).
2.5 Siklus
Hidup Drosophila melanogaster
Metamorfosis pada Drosophila termasuk
metamorfosis holometabola, yaitu metamorfosis sempurna. Tahapan metamorfosisnya
dari telur - larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa –
imago.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi
fertilisasi yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam
telur pada saat ferlisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur. Hal
tetsebut terjadi dalam waktu sekitar 24 jam. Pada saat seperti itu, larva tidak
dapat berhenti untuk makan (Silvia 2003).
Menurut Silvia (2003), periode kedua adalah
periode setelah menetas dari telur. Periode ini disebut dengan perkembangan
postembrionik. Postembrionik dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan
imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Telur Drosophila berbentuk
benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina
dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan
meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan
dapat mencapai 400-500 buah dalam 10 hari.
Telur Drosophila dilapisi oleh dua
lapisan, yaitu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu
selaput tipis tapi kuat (korion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua
tangkai tipis. Korion memiliki kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut
(Borror 1992). Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk
seperti cacing dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk
pernapasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada
ujung anterior dan posterior (Silvia 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda
secara periodic berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama
dibuang dan integument baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi.
Selama pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah
menetas sampai pergantian kulit pertama. Indikasi instar adalah ukuran larva
dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva
(instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir,
larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang
kering dan berhenti bergerak. Sehingga pada Drosophila, destruksi
sel-sel larva terjadi pada proses pergantian kulit ‘molting’ yang
berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar I ke
instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan
dari pupa ke imago. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar I sekitar 1
hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar III sekitar 1 hari, prepupa
sekitar 2 hari, dan pupa selama 3 hari. (Ashburner 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di
dalam medium. Jika terdapat banyak saluran makan pertumbuhbiakan dapat
dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada
dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Di tempat tersebut larva
akan melekatkan diri dengan cairan lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan
kemudian membentuk pupa. Menurut Ashburner (1985), saat larva Drosophila
membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan
berpigmen, tidak berkepala dan bersayap disebut larva instar 4. Formasi pupa
ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kaki. Puparium (bentuk
terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva
dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini juga larva berganti menjadi
lalat dewasa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode
pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio.
Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama
dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia,
2003). Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya
berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih
puat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin
setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak
dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior Drosophila terapat mikofili,
yaitu tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang
masuk ke dalam mikrofili, namun hanya satu sperma yang dapat berfertilisasi
dengan pronuleus betina, sementara yang lainnya segera berabsorpsi dalam
perkembangan jaringan embrio (Borror 1992).
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan pada Siklus Hidup Drosophila
melanogaster
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya yaitu suhu
lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan, dan
intensitas cahaya (Ruslan, 2007).
Drosophila melanogaster
mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang
dimaksud adalah suhu sekitar 25-28oC. Pada suhu ini lalat akan
mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau
sekitar 18oC, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus
hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30oC,
lalat dewasa yang tumbuh akan steril (Ruslan, 2007).
Ketersediaan makanan juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangbiakan Drosophila. Jika kekurangan makanan,
jumlah telur yag dikeluarkan Drosophila betina akan menurun. Drosophila
yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini
mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun seringkali gagal berkembang menjadi
individu dewasa. Beberapa yang dapat menjadi dewasa dapat menghasilkan hnaya
sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks 1972).
Tingkat kepadatan di botol mempengaruhi
pertumbuhan Drosophila. Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah
yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang
dikembangbiakkan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak. Dalam
kondisi ideal, yaitu tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat), Drosophila
melanogaster dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila
kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur
dan meningkatnya jumlah kematian padfa individu dewasa. Drosophila
melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap (Shorrocks 1972).
2.6
Peranan Secara Umum
Ordo
dipetra yang terdiri atas lebih dari 80 ribu spesies serangga yang berasal dari
sekitar 140 famili. Ordo ini merupakan golongan serangga yang paling banyak
menjadi penular penyakit. Sesuai dengan namannya, artropoda ini hanya mempunyai
dua sayap, karena pasangan sayap posterior telah berubah bentuk dan fungsi
menjadi alat keseimbangan (halter). Ordo diptera mempunyai mata majemuk dan umumnya
memilki tiga buah ocelli. Pada golongan Diptera berderajat tinggi, larva sering
mampu menembus jaringan dan organ tubuh manusia atau hewan hidup sehingga
menimbulkan miasis (myiasis) (Anonymous, 2012).
Drosophila melanogaster banyak dijadikan objek untuk kajian-kajian genetik. Lalat buah
mudah dipelihara dalam laboratorium karena makanannya sangat sederhana, yang
membutuhkan sedikit ruangan dan tubuhnya pun cukup kuat. Pada temperatur kamar,
lalat buah dapat menyelesaikan siklus hidupnya kurang lebih dalam 12 hari.
Selain di alam jumlahnya sangat berlimpah dan mudah didapati, lalat buah dapat
menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar setiap siklus reproduksi.
Menurut Hartwell et al. (2004), genom Drosophila memiliki
kemiripan 77% dengan genom pada manusia, hal ini menyebabkan Drosophila
melanogaster sebagai model yang ideal untuk dipelajari. Jumlah kromosomnya
relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki “Giant Chromosome”. Kromosom ini
terdapat di dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari
kromosom biasa, sehingga mudah diamati di bawah mikroskop cahaya. Lalat buah
memiliki berbagai macam perbedaan sifat keturunan yang dapat dikenali dengan
pembesaran lemah. Lalat buah ini memiliki beberapa jenis mutan (individu yang
dihasilkan karena adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran lemah
pula. Selain itu, perkembangan dari siklus hidupnya mudah diamati karena terjadi
di luar tubuhnya mulai telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa (imago).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis
holometabola (metamorfosis sempurna). Tahapan metamorfosisnya dari telur -
larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
2.
Ordo diptera merupakan golongan serangga yang paling banyak menjadi
penular penyakit, namun Drosophila melanogaster banyak dijadikan objek
untuk kajian-kajian genetik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashburner,
Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring
Harbor Laboratory Press
Borror J.D. Triplehorn. 1992. Pengenalan
Pengajaran Serangga. Yogyakarta : UGM Press
Firmansyah,
2012. http://Anything/DIPTERA/ordo-diptera.html Diakses Tanggal 29 April 2012
Goodenough. 1984.
Genetika Edisi ketiga Jilid Satu. Jakarta : Erlangga
Hartwell
L.H., L. Hood, Reynolds Goldberg, Veres Silver. 2004. Genetics From Genes to
Genoms 2nd Ed. New Delhi : McGraw-Hill Publishing Company LTD.
http//:Anything/DIPTERA/lalat-buah-drosophila-melanogaster.html
Diakses Tanggal 29 april 2012
Jumar, 2000. Entomologi Pertanian.
Jakarta : Rhineka Cipta
Nio.T.K. 1990. Genetika
Dasar. Bandung : ITB Press
Ruslan, H. 2007. Entomologi. Jakarta : Fakultas
Biologi Universitas Nasional
Shorrocks B. 1972. Drosophila. London :
Ginn & Company Limited.
Silvia
Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap
Perkembangan Larva Drosophila. Bandung: Jurusan Biologi Universitas
Padjadjaran
0 comments:
Post a Comment