BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Serangga
merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir
80 % dari jumlah total hewan di bumi. Dari 750.000 spesies golongan serangga,
sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia(Bappenas,
1993).
Serangga
Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih
dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Tingginya jumlah
serangga dikarenakan serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan
hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan
kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Borror, dkk., 1992).
Serangga
termasuk dalam filum arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa yunani arthro
yang artinya ruas dan poda berarti kaki, jadi arthropoda adalah
hewan yang mempunyai ciri utama kaki beruas-ruas (Borror dkk., 1996).
Nama serangga
secara formal mengikuti ketentuan-ketentuan tata nama (nomenklatur) yang
telah dikembangkan untuk semua jenis hewan (tumbuhan mempunyai sistem yang
sedikit berbeda). Nama ilmiah formal dibutuhkan untuk berkomunikasi secara baik
diantara Ilmuwan yang menggunakan berbagai bahasa yang ada di seluruh dunia.
Nama daerah (umum) tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Serangga yang sama
mungkin mempunyai nama daerah yang berbeda bahkan di antara orang-orang yang
berbicara dengan bahasa yang sama. Sebagai contoh, orang Inggris menyebut
kumbang Coccinellid dengan Ladybirds sedangkan serangga yang sama di
Amerika dikenal sebagai Ladybugs. Banyak jenis serangga tidak mempunyai
nama daerah, atau satu nama umum diberikan kepada berbagai spesies, seolah-olah
hanya satu spesies yang memiliki nama tersebut. Berbagai kesulitan tersebut
dapat diatasi oleh sistem Linnaneus, yaitu tiap spesies dijelaskan dengan dua
kata (Binomial) (Busnia, 2006).
Ordo-ordo yang
termasuk kedalam kelas insekta subkelas pterigota antara lain Ephemeroptera, Odonata,
Gryllobataria, Phasmidia, Ortoptera, Mantodea, Blataria Isoptera, Dermaptera, Embidina, Plecoptera, Zoraptera, Psocoptera, Thysanura, Homoptera, Hemiptera, Diptera,
Lepidoptera, Coleoptera, Hymenoptera,(Borror et al.1992).Dari beberapa ordo
tersebut diambil satu ordo yang akan dibahas tentang beberapa subordo dan
family dalam makalah ini, yaitu ordo Coleoptera.
1.2
Rumusan Masalah
- Apa saja family dari ordo Coleoptera ?
- Bagaimana ciri-ciri dari setiap family Coleoptera ?
- Apa saja contoh hewan dari ordo coleoptera ?
1.3
Tujuan
- Untuk mengetahui sub ordo dan family dari ordo Coleoptera
- Untuk mengetahui ciri-ciri dari setiap sub ordo dan family Coleoptera
- Untuk mengetahui beberapa contoh spesies dari ordo Coleoptera
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ordo Coleoptera
termasuk kedalam golongan animalia, phylum arthropoda,sub phylum mandibulata,
kelas insekta,sub kelas pterigotadan masuk kedalam Endopterigota. Ordo
Coleoptera merupakan ordo terbesar dari serangga-serangga dan mengandung
kira-kira 40% yang bterkenal dalam hexapoda (Borror et al.1992)
Ordo
Coleoptera, diambil dari kata coeleos yang berarti seludang dan pteron
yang berarti sayap, maka dapat disimpulkan Coleoptera adalah serangga yang memiliki
seludang pada sayapnya. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah
kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan.
Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak
diuraikan, antara 5 dan 8 juta
Ordo coleoptera
sering disebut Kumbang karena kebanyakan didominasi oleh kelompok kumbang,
dan memiliki sayap depan yang keras,
tebal dan merupakan penutup bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan
disebut elitron. Ketika terbang sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap
belakang yang digunakan untuk terbang. Sayap belakang berupa selaput dan pada
waktu istirahat dilipat dibawah elitra. Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe
penggigit dan pengunyah, kumbang juga memiliki kepala yang bebas dan kadng
memanjang ke depan atau ke bawah sehingga berubah menjadi moncong. Kumbng memiliki
mata majemuk (facet) besar, tanpa mata tunggal (ocellus). Abdomen memiliki 10 ruas
dan pada daerah sternum ruas-ruas ersebut tidak semua terlihat. Pada kumbang
jantan, protoraks dan mandibula kerapkali membesar dan digunakan unuk
berkelahi.
Kumbang (ordo
coleoptera) mengalami metamorphosis sempurna mengalami tiga tahap berbeda yang
dimulai dari telur, larva (ulat), dan pupa (kepompong) hingga menjadi dewasa
(imago). Siklus hidup pada ordo ini bervariasi lamanya dari empat keturunan
setahun sampai satu keturunan dalam beberapa tahun kebanyakan satu keturunan
dalam setiap tahun (Borror et al.1992)
2.2 Habitat
Coleoptera dapat ditemukan hampir di
semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub.
Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka
sering makan tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan
memangsan invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti
burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang
Colorado Leptinotarsa decemlineata, Kumbang tanaman kapas Anthonomus
grandis, kumbang tepung merah Tribolium castaneum, dan kumbang
mungbean atau cowpea Callosobruchus maculatus, spesies kumbang lainnya
adalah kotrol penting hama agrikultur. Seperti contoh, coccinellidae
("ladybirds" atau "kumbang tutul") yang mengkonsumsi aphid,
hama pohon, thrips, dan serangga penghisap tanaman lainnya yang menyebabkan
kerusakan panen tanaman.
2.3 Sub ordo Coleoptera
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari
serangga dan dapat ditemui pada berbagai habitat, dapat beradaptasi dengan baik
pada habitat subcortical (di bawah kulit kayu pepohonan) dan fungi. Ordo ini mempunyai lebih dari 400 ribu
spesies, lebih besar dari filum animalia, kira-kira 1 dari setiap 3 hewan
adalah kumbang. Salah satu ciri khas dari ordo ini adalah
memiliki empat sayap dengan pasangan sayap depan menebal, seperti kulit, atau
keras dan rapuh, dan biasanya bertemu dalam satu garis lurus dibawah tengah
punggung dan menutupi sayap-sayap belakang. Sayap-sayap belakang berselaput tipis, dan
biasanya lebih panjang dari sayap depan, dalam keadaan istirahat terlipat
dibawah sayap depan. Sayap depan kumbang disebut elitra yang
bertindak sebagai selubung pelindung. Tipe mulut adalah pengunyah dan mandibel
sangat bagus berkembang, tetapi beberapa (Curculionidae) dengan cranium yang
memanjang membentuk moncong, beberapa dengan mandibel yang berlekuk/beralur (=blood
channel), mirip dengan adaptasi yang terlihat pada Neuroptera (sucking-like),
dan beberapa dengan maksila yang memanjang (Meloidae tertentu); fungsi untuk
menghisap.
Banyak kumbang yang dapat menghasilkan bunyi
walaupun tidak sebagus dari ordo Orthoptera. Bunyi dihasilkan dari aktivitas makan dan
terbang, memukulkan beberapa bagian tubuh pada subtrat dan dihasilkan oleh alat
penghasil suara. Dalam pengklasifikasian, coleoptera lebih
dekat berkerabat dengan Neuropteroidea primitif (Megaloptera, Raphidioptera,
dan Neuroptera), dan mirip dengan Orthopteroidea (Dermaptera). Coleoptera
terbagi kedalam 4 subordo, yaitu :
a.Achostemata (termasuk Micromalthus), total 3
family
b.Myxophaga, total 4 family
c.Adephaga, total 8 family
d. Polyphaga, total kurang lebih 138 family
Beberapa famili dari serangga ini yang sering
dijumpai adalah, Carabidae, Cicindelidae, Hydrophilidae .
2.3.1 Subordo Adephaga
Anggota-anggota subordo ini memiliki
koksa-koksa belakang yang membagi-bagi sternum abdomen pertama yang kelihatan. Batas dari posterior sternum ini tidak meluas
secara sempurna melewati abdomen, tetapi dihentikan oleh-oleh koksa- koksa
belakang. Hampir semuanya mempunyai antena yang berbentuk rambut,
mempunyai sutura-sutura notopleura dan kebanyakan bersifat pemangsa (Hadi M.2009).
Familia Cicindelidae
Fase imago Cicindelidae hidup bebas,
larvanya hidup dalam tempat perlindungan dimana dia dapat menangkap mangsa yang
lewat. Contoh: Cicindela sp. Pada siang hari banyak berterbangan di
jalan-jalan atau di tempat kering. Larva Cicindela hidup pada lubang dalam
tanah dan siap menangkap mangsa. Bentuk kepalanya pipih dan bisa digunakan
sebagai penutup liang. (Hidayat Otang,dkk.
2004)
Family Carabidae (ground beetles)
Famili ini termasuk yang terbesar pada
Adephaga (lebih dari 30 ribu spesies), sebagian besar anggotanya bersifat
predator, baik larva maupun dewasanya dan pada serangga lain, beberapa snail-specialists.
Larva dan imagonya sangat aktif, meski
beberapa mendiami lubang, misalnya tiger beetles.
Anggota Carabidae mempunyai tiga kelompok ekologi, yaitu geofil, hidrofil,
dan arboreal. Dalam kehidupannya ada yang bersifat diurnal dan
nocturnal, baik diurnal maupun nocturnal merupakan strategi pencarian mangsa. Untuk
perlindungan dirinya, banyak spesies mempunyai pertahanan kimia yang dihasilkan
dari kelenjar abdomen. Misalnya ada kelompok (bombardier beetles) yang
menghasilkan bahan kimia yang teremisi secara eksplosive dari daerah anal yang
mengeluarkan asap, ini dikeluarkan oleh kelenjar (prekursor) yang mempunyai
reservoir, vestibule (enzym interjected) yang menghasilkan quinon
panas (kira-kira 100 C).
Family Dytiscidae (water tigers, kumbang penyelam predator)
Larva dan imago dari Dytiscidae hidup di air
(akuatik), tetapi imago penerbang aktif dan tertarik pada cahaya. Selain itu keduanya bersifat predator pada
sebagian besar serangga, beberapa pada moluska, amfibi, dan ikan. Larva mempunyai lubang (hollow) pada bagian mandibel
yang seperti sabit (pencernaan ekstra oral), pada saat mereka menyerang seekor
korban mereka menghisap keluar cairan-cairan tubuh melalui lubang-lubang di
dalam mandibel tersebut.
Larva menerima gas melalui spirakel caudal dan
insang abdomen, untuk beberapa spesies menerima gas melalui integumen. Pada serangga dewasa, permukaan caudalnya end-up yang digunakan untuk
mengambil gelembung udara pada rongga perut (cavity) subelytra, mereka
mengisinya pada waktu ke permukaan. Tungkai bertipe natatorial, baik pada larva maupun imago,
yang berkembang baik pada tungkai metathoraks imago.
Family Gyrinidae (whirligig beetles)
Larva bersifat akuatik hidup di dasar air (bottom dwellin)
dan abbomial appendaes, berpasangan seperti pada larva Mealoptera. Imago hidup di permukaan air dan berkelompok (grearious).
Larva dan imago bersifat predator, larva makan
berbagai hewan akuatik yang kecil dan seringkali kanibalistik Imago makan
serangga-serangga yang jatuh di atas permukaan air dan kadang-kadang saprofag
pada hewan yang membusuk. Larva mempunyai mandibel sicle-like, seperti
Dytiscidae. Pertukaran gas pada larva melalui insang abdomen. Pada imago terdapat antena yang termodifikasi
membentuk organ Johnston yang berkembang baik, untuk mendeteksi gerakan
permukaan air. Imago mempunyai mata majemuk yang terbagi menjadi pasangan dorsal (aerial) dan
pasangan ventral (submarine).
Pasangan dorsal berfungsi untuk menemukan
mangsa, sedankan pasangan ventral untuk menghindari predator. Gerakan berenang imago tak menentu (erratic),
yang disebabkan tungkai yang pendek, tungkai mesothoraks dan metathoraks
termodifikasi, tetapi ini merupakan suatu strategi untuk menghindari predator.
2.3.2 Subordo Polyphaga
Pada subordo ini sternum abdomen pertama yang
kelihatan tidak terbagi olehh kosa-koksa belakang dan batas posteriornya meluas
secara sempurna melewati abdomen. Trokhanter belakang biasanya kecil, muncul menuju garis
tengah seperti pada Adephaga dan sutura notopleura tidak ada.
Family Hydrophilidae (water scavenger beetles)
Serangga ini mempunyai fase larva dan imago di
air (akuatik), untuk serangga dewasa bisa meninggalkan air dan mendekati
cahaya. Larvanya bersifat predator,utuk kelompok terutama pada larva
Diptera, sedangkan imagonya bersifat omnivora, pemakan bangkai. Pertukaran gas
pada larva, sebagian besar melalui filamen lateral abdomen (insang), seperti
pada Megaloptera. Serangga dewasa jarang menggantungkan kepalanya ke bawah
(kebalikan Dytiscidae). Antena pada permukaan lapisan air menghidrofusi
rambut-rambut pada ujung antena, antena "memegang gelembung dan
mendorongnya ke venter thoraks dan abdomen, kemudian ke lubang subelytra. Venter akan terlihat berkilau seperti logam
ketika "memegang" gelembung udara. Sebagai fungsi
respiratori, antena yang berujung (clubbed), palpi maksila menjadi lebih
panjang, yang digunakan sebagai alat sensor, mirip antena jenis filiform.
Serangga dewasa berenang dengan menggerakkan tungkai-tungkainya yang
berlawanan secara bergantian, berbeda dengan Dytiscidae yang menggerakan
tungkai-tungkai yang berlawanan secara simultan seperti pada katak.
Family Staphylinidae (rove beetles)
Dalam karakteristiknya mempunyai persamaan
dengan Dermaptera, pendek, elytra berbentuk kerucut dan memotong di bagian
atasnya, tetapi mempunyai lipatan kompleks pada sayap metathoraks. Staphylinidae sangat aktif dengan abdomen yang
fleksibel. Larva dan imago bersifat predator atau saprofag,
populasinya sangat berlimpah pada sampah dedaunan, tanaman yang membusuk, kayu
yang membusuk, dan lain-lain, atau ada juga yang berasosiasi dengan fungi. Kehadirannya di tempat-tempat lembab dan
tanaman membusuk mungkin berhubungan dengan pengendalian biologis dari
lalat-lalat tertentu, misalnya onion maggot.
Dalam famili Staphylinidae ada subfamili yang
semiakuatik, yang diketahui dapat meluncur di atas permukaan melalui sekresi
bahan kimia dari kelenjar abdomen yang mereduksi tegangan permukaan air. Kemampuan ini digunakan untuk pergerakan yang
cepat dan berguna dalam menghindari predator. Pertahanan lainnya adalah dengan menghasilkan senyawa
kimia yang menyebabkan panas pada kulit manusia.
Family Scarabaeidae (white grubs, scarab beetles)
Sebagian besar kumbang termasuk kedalam famili
ini, dan bahkan sebagian besar serangga, pada kelompok hewan, pada famili ini
terdapat genus terbesar dengan anggota lebih dari 1500 spesies.
Secara ekologi, famili ini terbagi atas 3
kelompok, yaitu serangga fitofag, pemakan kotoran hewan (agen daur ulang), dan
untuk beberapa merupakan spesies termitophilous dan myrmecophilous. Serangga yang
bersifat fitofag, mempunyai larva berbentuk "C", tipe scarabaeiform, yang
disebut tempayak atau grubs. Larva ini seringkali menjadi hama pada ladang berumput,
seperti di lapangan golf, atau hidup pada kayu yang membusuk. Kumbang dewasanya makan pada dedaunan, bunga, dan lain-lain. Kumbang berperan sebagai stadium awal
polinasi, sehingga dianggap sebagai polinator original. Serangga yang memakan kotoran hewan, lebih berperan sebagai agen daur ulang. Di Australia, digunakan sebagai kontrol
biologi untuk mengatasi kotoran hewan yang berlimpah di peternakan. Perilaku serangga scarabid dalam kehidupan
menjadikannya disakralkan masyarakat Mesir kuno, yang dihubungkan dengan Ra
(dewa matahari). Serangga dewasa akan mengunyah sepotong tinja, dibuat
sebuah bola, dan menggelindingkannya, bentuknya yang seperti bola tersebut
dihubungkan dengan matahari.
Kegiatan peletakan telur oleh serangga dewasa,
oleh orang Mesir melihat hal tersebut sebagai pola siklus alam. Spesies termitophilous dan myrmecophilous,
biasanya ditemukan hidup di sarang-sarang atau lubang-lubang vertebrata atau di
dalam sarang-sarang semut atau rayap.
Family Elateridae (wireworm, click beetles)
Larva bersifat subteranian atau hidup pada
kayu membusuk, sedangkan dewasanya pada dedaunan, kayu, dan pada beberapa jenis
tertarik dengan cahaya. Larva dan dewasanya bersifat fitofag, beberapa larva
merupakan hama pada benih yang baru ditanam dan akar tanaman, misalnya pada
tanaman kentang, dan ada juga yang bersifat predator, terutama yang hidup dalam
kayu. Larva bertubuh
keras (larva hard bodied), bertangkai pendek, head capsul dan mandibel
berkembang baik, larva bertipe elateriform, atau untuk famili ini larvanya
disebut juga wireworms.
Serangga dewasa dapat membalik dan meloncat,
mekanisme clicking ini terjadi dengan melakukan gerakan tulang belakang
prosternal secara tiba-tiba kelubang mesosternal, sedangkan posisi normalnya
penjepit memegang prosternal pada tepi lubang, dan ketika jepitan dilepaskan,
lompatan dimulai.
Ketika berputar tubuhnya condong ke kanan,
untuk menghindari predator. Perilaku ini menghemat energi menjadi lebih efesien
sekitar 50% - 60% dan energi otot dikonversikan kedalam energi kinetik. Satu genus dari
famili Elateridae ada yang bersifat bioluminescence baik pada larva
maupun imagonya. Serangga ini mempunyai traceated fat body cells
dan reflector cells. Organ ini sel penghasil cahaya, mengontrol
pemancaran cahaya oleh pengontrolan suplai udara ke organ-organ tersebut. Cahaya
yang dihasilkan lebih intens daripada pada fireflies, (kunang-kunang, family
Lampyridae).
Ketika berada di tanah, imago biasanya
bercahaya pada 2 spots pada pronotum (hijau kekuningan), sedangkan 1 spots
ventral pada dasar abdomen (merah) digunakan sebagai landing light.
Family Coccinellidae (lady bugs, lady bird beetles)
Larva dan imago biasanya pada dedaunan,
serangga dewasa dari banyak spesies melaui musim dingin dalam kelompok yang
sangat banyak. Serangga yang bersifat predator, aktif mencari mangsa pada
serangga kecil dan bertubuh lunak, misalnya aphids, hal ini sangat berguna
dalam pengendalian.
Contoh klasik dari kontrol biologis dari
kumbang coccinellidae adalah diimpornya Rodolia cardinalis dari
Australia (1888) untuk mengendalikan cottony cushion scale ( Icerya
purchasi) yang menghancurkan industri jeruk di California. Untuk spesies fitofag, banyak yang menjadi
hama kebun yang merusak, seperti Mexican bean beetles. Beberapa spesies ada yang bersifat mycetofagus (pada mildews).
Sebagian besar spesies imago yang memakan
aphid beragregasi melewati musim dingin, mengikuti sinkronisasi siklus hidup
dengan siklus hidup aphid. Untuk pertahanannya, dewasa umumnya berpura-pura
mati yang dihubungkan dengan reflex bleeding yang berhubungan dengan
pertahanan kimiawi.
Family Tenebrionidae (darkling beetles)
Famili Tenebrionidae lebih dari 1500 spesies,
dengan habitat yang hampir sama dengan Elateridae, yaitu larva di subteranian
atau pada kayu yang membusuk, sedangkan imago di tanah atau kayu dan beberapa
tertarik pada cahaya. Larva dan imago bersifat fitofag atau mycetofag, larva pada akar,
kayu,atau fungi. Sebagian spesies merupakan hama kosmopolitan pada butir padi.
Serangga ini beradaptasi dengan baik pada
habitat xeric, dengan hard-bodied, elytra bersatu, beberapa dengan sayap
metathorak tereduksi atau tidak ada sama sekali, dan sistem cryptonephridial
berkembang baik. Secara ekologis, kumbang tanah memiliki kemampuan untuk
menyimpan air. Kelenjar abdomennya mengeluarkan alomon interspesifik, quinon
berwarna dan baunya tidak enak. Karakteristik posturnya sesuai untuk pertahanan
misalnya pada Eleodes dengan headstand. Serangga ini juga mengsekresikan
feromon intraspesifik, sekresi kimiawi sebagai feromon agregasi.
Family Meloidae (blister beetles)
Larva berkembang pada masa telur belalang,
atau beberapa hidup di dalam sarang-sarang lebah liar pada tahapan larvanya,
dimana mereka makan telur-telur lebah dan makanan yang disimpan (provisions)
di dalam ruangan-ruangan dengan telur-telur. Imago pada dedaunan, bersifat fitofag atau tidak makan.
Serangga ini mengalami hypermetamorfosis, dengan instar-instar larva yang
berlainan dan sangat berbeda bentuknya. Instar larva yang pertama, bertungkai
panjang dan aktif, disebut triungulin, berbentuk seperti campodeiform, mencari
telur belalang atau sarang lebah kemudian berganti kulit.
Pada jenis yang berkembang di sarang lebah
biasanya triungulin memanjat pada sebuah bunga dan dirinya ditempelkan pada
seekor lebah, sehingga terjadi perpindahan (phoresy), terutama parasitoid
lebah. Pada satu grup, dewasa mempunyai maksila yang termodifikasi (galea), membentuk
tabung penghisap untuk makan pada nektar.
Family Cerambycidae
Larva dan imago bersifat fitofag atau saprofag, Larva pada kayu
mati (xylofag), beberapa merupakan hama hutan minor. Imago ditemukan pada kayu
(gelondongan), sering tertarik pada kayu yang segar/baru dipotong, dan pada
bunga, banyak yang berambut dan berfungsi sebagai polinator seperti pada banyak
Scarabaeidae. Serangga dewasa berwarna-warni untuk spesies diurnal sedangkan untuk spesies nocturnal,
warna tidak menarik, banyak spesies nocturnal yang tertarik pada cahaya.
Family Chrysomelidae (leaf beetles)
Larva dan imago bersifat fitofag, banyak
anggotanya yang merupakan spesies hama serius (terutama larva). Perilaku satu
grup (subfamily Hispinae), mengumpulkan dedaunan. Beberapa serangga dewasa mempunyai kebiasaan mimic fecal pellets.
Family Curculionidae (weevils, snout beetles)
Famili Curculionidae merupakan famili terbesar
dalam Ordo Coleoptera, anggotanya lebih dari 60 ribu spesies. Larva dan imago bersifat fitofag, banyak yang memiliki inang spesifik,
dan banyak juga yang merupakan hama penting, seperti cotton boll weevil, rice dan
maize weevil, alfalfa weevil, dan lain-lain. Permukaan kumbang membantu pertumbuhan
fungi, algae, lichenes, liverworts, mosses, kumbang ini merupakan inang
untuk protozoa, rottifers, nematoda dan mites.
2.4 Contoh spesies dari Coleoptera (Tomcat)
Kingdom
: Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Subordo : Polyphaga
Familia : Stapilinidae
Genus : Paederini
Spesies :Paederus Sp.
Serangga Paederus Sp (tomcat) memiliki badan berwarna oranye dengan bagian
bawah perut (abdomen) dan kepala berwarna gelap. Bila merasa terancam akan
menaikkan bagian perut sehingga nampak seperti kalajengking. Ada 622 spesies
yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang menyebabkan dermatitis
adalah Paederus peregrine
Direktur Jenderal Penanggulangan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE mengatakan beberapa tahun terakhir, dilaporkan
adanya gangguan kesehatan Dermatitis Contact Irritant, yang diakibatkan oleh
racun paederin (C25H45O9N) yang ada di badan serangga Tomcat, kecuali di sayap
Biasanya, setelah 24-48 jam akan
muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous
lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar. Pada
kasus yang jarang tidak menimbulkan gejala kulit yang berarti. “Kulit yang
terkena racun paederin (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat
akan terasa panas”, Perlu dipastikan bahwa tidak ada riwayat terkena bahan
kimia atau luka bakar. Lesi pada mata menyebabkan periorbital conjunctivitis
atau keratoconjunctivitis dan dikenal dengan Naerobi’s Eye. Dermatitis terjadi
bila bersentuhan secara langsung dengan serangga ini, atau secara tidak
langsung, misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun
paederin
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ordo
Coleoptera (bangsa kumbang) Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama
tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra
seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian
dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah
sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae
alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Terdapat
tiga sub ordo meliputi Archostemata, Myxophaga, Adepagha,dan polyphaga tetapi pada subordo
Archostemata jarang dikenal karena termasuk serangga primitif. Sedangkan pada
adepagha terdapat 8 family dan polyphaga terdapat 115 family, Myxophaga
terdapat 4 family.
DAFTAR PUSTAKA
Borror. D.J. Triplehorn C.A dan
Jhonson.1992.pengenalan pelajaran serangga Edisi keenam (terjemahan)_penerjemah
: Partosoedjono S. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Hadi
M, dkk.2009.Biologi Insekta Entomologi.yogyakarta: Graha Ilmu
Hidayat
Otang,dkk. 2004. Dasar-dasar Entomologi. Bandung: IMSTEP
WWW. Bugguide.net
WWW.Edukasi.net
1 comments:
gak bisa di coppy :(
Post a Comment